Menuju konten utama

Pada Biometrik Kita Percaya

Perbankan dan perusahaan berbasis e-commerce berbondong-bondong meninggalkan penggunaan password serta mulai menerapkan teknologi biometrik, baik berupa pemindaian wajah (selfie) maupun pemeriksaan sidik jari. Nilai transaksi non-tunai global makin besar. Untuk menghindari kasus penipuan dan atas nama kepraktisan, penggunaan teknologi biometrik terbukti lebih aman dan nyaman.

Pada Biometrik Kita Percaya
Ilustrasi [Foto/Shutterstock]

tirto.id - MasterCard secara resmi memperkenalkan Identity Check Mobile kepada publik Eropa. Ini merupakan sebuah aplikasi pembayaran terbaru yang memakai teknologi biometrik. Berbeda dengan penggunaan password, teknologi biometrik lebih canggih sebab melibatkan sidik jari atau pemindaian wajah si pemilik kartu kredit. Alih-alih menghabiskan waktu untuk memasukkan kata sandi, kini membayar barang belanjaan cukup bermodal jempol atau foto diri. Lebih praktis dan efisien.

Identity Check Mobile diperkenalkan di 12 negara di Eropa, yakni Britania Raya, Austria, Belgia, Ceko, Denmark, Finlandia, Jerman, Hongaria, Belanda, Norwegia, Spanyol, dan Swedia. Kebijakan perluasan teritori pasar ini berpegang pada kesuksesan uji coba Identity Check Mobile pada beberapa waktu lalu di Belanda, Amerika Serikat, dan Kanada. Penggunaan teknologi biometrik ini akan diluncurkan di seluruh dunia secara bertahap pada tahun 2017 nanti.

“Kami akan berfokus pada pelayanan pembayaran online dengan proses seefisien dan sepraktis mungkin. Revolusi gaya belanja tanpa bertatap muka ini tak akan terjadi tanpa kemunculan dan penggunaan kartu kredit, pembayaran online lewat ponsel pintar, dan sekarang kami membuat Identity Check Mobile. Sebuah terobosan untuk belanja online di Eropa, dan segera menyusul ke seluruh penjuru dunia,” kata Ajay Bhalla selaku presiden Enterprise Risk & Security MasterCard.

Password yang Usang dan Tak Lagi Aman

Penggunaan Identity Check Mobile akan mengubah metode konvensional, di mana para konsumen mesti mengingat-ingat kata sandi. Dalam pandangan MasterCard, proses ini hanya buang-buang waktu mengingat banyak pemakai kartu kreditnya yang pelupa. Konsumen juga kerap membatalkan transaksinya karena memasukkan kata sandi yang salah.

Menurut survei MasterCard, sepertiga respondennya mengaku pernah membatalkan transaksi online hanya gara-gara lupa kata sandi kartu kreditnya. Lebih lanjut, 53 persen konsumen lupa kata sandi rekeningnya setidaknya satu kali dalam seminggu, dan menghabiskan lebih dari 10 menit untuk mengganti kata sandi baru.

Ajay Bhalla tak hanya menekankan pada perkara kepraktisan, tapi juga keamanan. Menurut hasil survei MasterCard yang dilaksanakan usai uji coba Identity Check Mobile di Belanda, Amerika Serikat, dan Kanada, sebanyak 84 persen responden menilai teknologi baru berbasis biometrik lebih aman dibandingkan pemakaian kata sandi. Lebih lanjut, 73 persen responden berkeyakinan bahwa Identity Check Mobile ala MasterCard lebih mampu mencegah tindak penipuan.

Kepercayaan atas jaminan keamanan metode biometrik ini ditunjukkan oleh 92 persen responden yang ingin teknologi tersebut dipakai untuk mengganti penggunaan kata sandi. Ada sensasi kenyamanan tersendiri bagi 93 persen pengguna metode sidik jari dan bagi 71 persen responden yang mencoba metode pemindaian wajah alias lewat selfie.

Metode pemindaian wajah dinilai jauh lebih aman saat aplikasi penjebol kata sandi sudah marak dan kita sudah tak bisa menaruh kepercayaan pada pengukur kekuatan kata sandi. Pemanfaatan teknologi pendeteksi wajah ini tetap memerlukan kedipan mata si pemilik akun. Langkah tersebut mesti dilewati untuk menghindari kejahatan siber dimana si pelaku mencoba membuka akun atau rekening dengan cara menyodorkan foto korban ke arah kamera.

Berbondong-bondong Menjajaki Biometrik

MasterCard bukan satu-satunya perusahaan perbankan yang kepincut dengan metode biometrik untuk memanjakan sekaligus mengamankan duit para nasabahnya. Awal September lalu, sistem yang sama diperkenalkan oleh HSBC, namun khusus saat calon nasabahnya ingin membuka rekening baru.

Para calon nasabah tetap perlu menyediakan foto di kartu identitas ataupun Surat Izin Mengemudi (SIM) untuk prosedur pemeriksaan silang. Dengan metode biometrik baru tersebut, mereka tinggal mengambil foto diri, dan setelah identitas terverifikasi, maka pembuatan rekening baru pun selesai. Mereka tak perlu lagi repot-repot berangkat ke kantor cabang sebagaimana prosedur standar yang dahulu diterapkan.

Tahun 2016 menandai babak baru penjajakan atas metode biometrik secara serius oleh sejumlah perusahaan. Sedangkan satu tahun sebelumnya menjadi masa pemanasan dan uji coba. Alibaba salah satunya. Perusahaan e-commerce yang disetir oleh kepiawaian seorang Jack Ma itu pada pertengahan Maret 2015 menguji metode pembayaran online baru dengan sistem pemindaian wajah menggunakan ponsel pintar.

Aplikasi itu dinamakan “Smile To Pay”. Alibaba menggandeng Ant Financial dalam mengembangkan aplikasi tersebut untuk nanti digunakan dengan layanan pembayaran online Alipay dan Alipay Wallet—pelayanan pembayaran online yang serupa dengan Apple Pay. Sama seperti aplikasi berbasis biometrik lain, kemunculan Smile To Pay didasarkan atas keresahan nasabah yang kadang lupa kata sandi ditambah isu keamanannya.

Pembayaran online selalu bikin pusing kepala. Kau lupa kata sandinya, kau juga khawatir atas keamanannya. Hari ini kami akan tunjukkan sebuah teknologi baru bagaimana di masa depan orang-orang membeli sesuatu secara online” ujar Jack Ma saat mempresentasikan Smile To Pay di CeBit, Hannover, Jerman, Senin (16/3/2015). Rencananya, Smile To Pay akan diluncurkan secara resmi ke khalayak sedunia pada 2017 mendatang.

Dalam catatan Payments Source, perusahaan lain yang memakai sistem biometrik antara lain PayPal dengan aplikasi Square Wallet-nya. Pengguna PayPal diminta untuk selfie saat masuk ke akunnya masing-masing dan foto yang diambil otomatis akan menjadi foto identitas. Sionic, perusahaan e-commerce asal Atlanta, menyediakan layanan Sionic Mobile bagi para penggunanya dengan sistem pemindaian wajah.

USSA adalah lembaga keuangan AS pertama yang menggunakan teknologi pemindaian suara dan wajah. Untuk menghindari aksi penipuan, USSA juga memeriksa identitas ponsel pintar penggunanya dan saat pemindaian wajah si pengguna mesti mengedipkan mata. Penggunaan tekologi pemindaian mata ini juga mulai dipasang di ATM-ATM sejumlah bank terkemuka di dunia demi pengamanan maksimal.

Ke depan, sistem biometrik memiliki prospek yang makin cerah. Merujuk data Capgemini, nilai transaksi non-tunai global menunjukan pertumbuhan positif. Sejak 2010 hingga 2013 pertumbuhan transaksi non tunai global sebesar 8 persen, dan dari 2013 ke 2014 pertumbuhannya sebesar 8,9 persen. Pada 2015, nilai transaksi non-tunai global diestimasi sebesar $426,3 miliar dengan pertumbuhannya sebesar 10,1 persen dari tahun sebelumnya. Nilai transaksi non-tunai terbesar berada di wilayah Amerika Utara dengan nilainya pada 2015 diestimasi mencapai $147 miliar.

Pengggunaan metode biometrik akan membantu mengamankan transaksi dalam jumlah yang makin membengkak itu. Di sisi lain, beragam aplikasi yang dikembangkan juga turut memanjakan hasrat narsis para nasabah dan konsumen lewat aktivitas selfie. Sebuah win-win solution: duit aman, prosesnya pun menyenangkan.

Baca juga artikel terkait BIOMETRIK atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Teknologi
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti