tirto.id - Program OK OCE (One Kecamatan One Centre of Entrepreneurship) yang diusung pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno sering dicibir. Meme dan plesetannya bermunculan, sesaat setelah Sandiaga Uno mulai mengenalkan program ini.
Meski demikian, selang beberapa bulan berjalan, program OK OCE ini terbukti populer di masyarakat. Setidaknya seperti itulah hasil temuan dari lembaga survei Charta Politica Indonesia. Menurut survei tersebut, warga DKI Jakarta cenderung melihat program OK OCE sebagai tren positif. Menurut Charta Politika, ada 32,4 persen responden yang mengatakan mereka suka dengan program OK OCE.
Kendati Charta Politica Indonesia mengatakan OK OCE bukan faktor dominan yang dapat memengaruhi elektabilitas Anies-Sandi, namun popularitas OK OCE tidak bisa diremehkan.
Program OK OCE diperkenalkan Sandi sejak dimulainya masa kampanye Pilkada DKI Jakarta pada Januari 2017 lalu. Saat itu, Sandi mengatakan apabila Anies dan dirinya terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, mereka akan menerapkan program OK OCE.
OK OCE merupakan usaha untuk menciptakan 200 ribu pengusaha baru yang mengandalkan kerja sama dengan lembaga keuangan. “Kita tidak memerlukan triliunan rupiah dan tidak memasukkan (OK OCE) ke APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah),” kata Sandi di Posko Pemenangan Anies-Sandi, Jakarta, pada 16 Januari lalu.
“Dengan tidak melibatkan APBD, ini dapat menggairahkan semua stakeholders, pemangku kepentingan, dan memastikan bahwa program tersebut akan memiliki rasio sukses di atas 80 persen,” tambah Sandi kala itu.
Pada awal Februari 2017, Sandi mengklaim program OK OCE sudah diikuti oleh 3.300 pengusaha muda. Angka itu memang tidak pernah terverifikasi, baru sebatas pernyataan sepihak dari Sandiaga.
Dalam kesempatan kampanyenya, Sandi sempat mengaitkan OK OCE dengan situasi sosial, seperti penggusuran. Pada 30 Januari di Jakarta misalnya, OK OCE diupayakan mampu menjadi solusi bagi para pedagang korban penggusuran. “Kami akan fokus, bukan hanya menertibkan, namun kami akan memberikan solusi,” ujar Sandi saat itu.
OK OCE juga dikatakan Sandi sebagai solusi atas lambatnya birokrasi dalam melayani perkembangan dunia usaha. Menurut Sandi, banyaknya pengangguran di DKI Jakarta saat ini merupakan dampak dari birokrasi yang mampu melayani perkembangan dunia usah yang tumbuh pesat.
"Banyak ide dari reformasi birokrasi. Tapi birokrasi kan harusnya melayani dan dirasakan masyarakat. Sekarang banyak pengangguran. Karena birokrasi lambat melayani. Makanya kami akan bikin garasi inovasi,” ucap Sandi di KAHMI Center, Jakarta pada 26 Januari.
Adapun garasi inovasi adalah pemberian ruang bagi pengusaha UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) untuk dapat melakukan inovasi, mulai dari garasi rumahnya. “Garasi inovasi memberi kesempatan pada semua usaha pemula itu bisa memulai di rumah atau di garasinya sendiri. Jadi tidak ada lagi usaha-usaha yang susah mengurus ijin,” kata Sandi lagi.
Keseriusan Sandi kian terlihat saat dirinya mematenkan program OK OCE pada 23 Februari. Sandi menegaskan, meskipun OK OCE dipatenkan, namun program tersebut adalah milik masyarakat, bukan miliknya pribadi. Sehingga ia berharap OK OCE dapat menjadi program yang berkelanjutan di DKI Jakarta dan bukan hanya untuk menghadapi kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017.
“Untuk program yang hubungannya dengan ekosistem ini harus berkelanjutan. Untuk memastikan berkelanjutan, salah satunya menjadikan badan hukumnya sebagai perhimpunan. Ini belum kita putuskan. Nanti akan coba kita kaji sedalam-dalamnya, yang penting ini adalah niatnya ikhlas tulus membantu memberdayakan ekonomi rakyat," jelas Sandiaga.
Hal itu pun turut diperkuat pernyataan kuasa hukum Anies-Sandi, Rikrik Rizkiyana, yang menyatakan dengan adanya kejelasan hukum, OK OCE dapat terhindar dari konflik kepentingan ke depannya. “Kalau masyarakat punya bentuk partisipasi yang lain, Mas Anies dan Mas Sandi pun akan memberikan perlakuan yang sama,” kata Rikrik.
Sebelumnya, Koordinator Program OK OCE Ririn Wulandari pernah mengatakan OK OCE akan tetap berjalan terlepas dari apapun hasil Pilkada DKI Jakarta 2017. “Jika seandainya tidak menang, program ini akan tetap kami jalankan. Tapi tentu perkembangan program ini akan berjalan lebih lambat dibandingkan jika Anies-Sandi terpilih jadi Gubernur dan Wakil Gubernur,” ujar Ririn di Kantor Pusat DPP Gerindra, Jakarta pada 22 Januari.
Selain cepatnya pergerakan dan keseriusan Anies-Sandi dalam mengembangkan OK OCE, popularitas OK OCE dinilai naik karena faktor Sandi yang kerap kali menyebut “OK OCE” lengkap dengan gestur yang khas di berbagai kesempatan. Tak terkecuali dalam setiap acara debat Pilkada DKI Jakarta 2017.
Sandi menyadari bahwa apa yang dilakukannya itu viral dan tak jarang memunculkan cemoohan. “Program yang sukses itu selalu di-bully. Bagi saya tidak apa-apa asalkan jangan mengganggu saja,” ucap Sandiaga pada 11 Februari.
“OK OCE sudah sangat viral dan sudah terbukti dari sepatu sudah ada, sarung tangan golf sudah ada. Dari awal program, itu memang sudah di-bully,” kata Sandi.
Tak hanya berupa perundungan, sejumlah keraguan sempat dikabarkan muncul terhadap program OK OCE. Salah satunya datang dari Gubernur DKI Jakarta sekaligus rival Anies-Sandi dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pada 5 Februari, Ahok sempat menyatakan sikap pesimistisnya dan menganggap OK OCE tidak realistis.
Menanggapi hal tersebut, Anies pun langsung angkat suara menjawab keraguan Ahok. "Baru kampanye saja sudah ada 3.000. Apalagi kalau sudah di pemerintahan? Jumlahnya tentu akan lebih besar. Program ini sangat realistis. Sebanyak 75 wirausahawan di setiap RW. Saya kira itu sangat realistis sekali," ujar Anies di Penjaringan, Jakarta Utara, pada 6 Februari 2017.
Program OK OCE yang belum genap 1 tahun menuai popularitas. Kubu Sandi menyebut sudah ada 12.000 wirausahawan yang tergabung sampai saat Debat Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran Kedua lalu. Sayangnya, angka yang cukup fantastis itu tidak diikuti dengan penjelasan secara rinci soal kualitas, serta langkah konkret dalam proses pendampingan, maupun upaya strategi mendetail perihal jaminan seluruh wirausahawan tersebut dapat mengembangkan bisnisnya.
Pada intinya, sampai saat ini Anies-Sandi lebih cenderung berbicara soal program OK OCE dari sudut pandang kuantitatif dan teoritis, serta bukannya mengacu pada hal-hal yang sifatnya kualitatif maupun langkah konkret.
Meski demikian, popularitas OK OCE tidak boleh diremehkan. Bisa jadi pada Pilkada 19 April, ada warga DKI Jakarta yang memilih Anies-Sandi karena tertarik dengan popularitas OK OCE.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti