Menuju konten utama

Ocehan Ali Ngabalin Bisa Menggerus Citra Jokowi

Sikap keras cenderung kasar Ali Mochtar Ngabalin, menurut pakar komunikasi, bisa menggerus citra Joko Widodo yang dekat dengan gaya yang kalem.

Ocehan Ali Ngabalin Bisa Menggerus Citra Jokowi
Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin menyebut calon wakil presiden Jokowi untuk 2019 adalah tokoh terbaik bangsa. Antaranews/Hanni Sofia

tirto.id - Ali Mochtar Ngabalin sudah lama dikenal sebagai politikus dengan gaya komunikasi menggebu-gebu, cenderung kasar, dan intimidatif. Contoh kecil, coba simak adu mulutnya dengan Yorrys Raweyai tahun 2015 lalu.

Tabiat ini tak berubah hingga dia diangkat menjadi Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden, Mei 2018. Salah satunya terlihat dalam program Dua Sisi yang ditayangkan TVOne pada Rabu (29/8/2018) malam dengan tema gerakan #2019GantiPresiden.

Dalam kesempatan itu, Ngabalin dua kali menunjukkan sikap ofensif. Pertama, ketika ia "menyerang" Wakil Ketua DPP Gerindra, Fadli Zon, yang sedang membacakan teks deklarasi #2019GantiPresiden.

"Karena itu bohong. Itu menipu," kata Ngabalin sambil menunjuk-nunjuk ke arah Fadli.

Indriarto Priadi yang menjadi pembawa acara bahkan mencoba menenangkan Ngabalin, akan tetapi tak digubris. Ia tetap saja menyerang dan menunjuk-nunjuk ke arah Fadli.

"Itu menipu, krisis kepemimpinan apa yang Anda maksud? Kau bilang krisis kepemimpinan apa? Berakhlak mulia apa?" tambah Ngabalin.

Sekretaris Tim Kampanye Nasional Pemenangan Jokowi-Ma'ruf, Arsul Sani, yang juga berada di studio kemudian mencoba menenangkan kawan sekubunya itu, tapi tetap saja gagal.

Serangan kedua Ngabalin mengarah kepada Mahendradata, kuasa hukum Neno Warisman, artis yang getol mengkampanyekan gerakan #2019GantiPresiden. Neno sempat ditolak menghadiri deklarasi akhir pekan lalu oleh sekelompok massa yang mendemonya di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau. Mahendradata berbicara via telekonferens.

Saat Mahendra menjelaskan bahwa gerakan #2019GantiPresiden bukan makar dan tidak pantas penggeraknya dipersekusi, Ngabalin kemudian menggertak: "Sini kamu! Kalau berani ngomong sini! Berani kamu?" Lagi-lagi sambil menunjuk-nunjuk. Ngabalin tetap pada pendiriannya: bahwa gerakan itu sama saja makar.

Arsul lagi-lagi berusaha menenangkan dengan mengelus bahu Ngabalin dan memberikan isyarat agar merendahkan suaranya.

Bisa Bikin Rugi

Dosen Komunikasi Politik UIN Jakarta, Iding Rasyidin, menilai segala akrobat Ngabalin yang keras kepada kubu Prabowo-Sandiaga bisa merugikan pasangan Jokowi-Ma'ruf, alih-alih menguntungkan.

"Sikap Ngabalin itu bisa meruntuhkan image Jokowi dan Kiai Ma'ruf yang low profile di mata publik," kata Iding kepada Tirto, Kamis (30/8/2018).

Sikap tersebut, kata Iding, bisa memberikan ruang bagi kubu Prabowo-Sandiaga untuk mengambil simpati publik dengan menonjolkan sikap yang berkebalikan dengan Ngabalin.

"Seharusnya kalau mau kritik balik itu dengan narasi program-program dan keberhasilan Jokowi saja. Petahana punya keunggulan di situ," kata Iding.

Iding pun menyarankan kepada TKN Jokowi-Ma'ruf agar mengevaluasi Ngabalin dan memberikan arahan kepada seluruh juru bicaranya agar melakukan kampanye secara santun dan damai.

Ade Armando, dosen Ilmu Komunikasi dari FISIP UI, juga mengkritik lebih keras. Menurutnya sikap Ngabalin mirip seperti seorang fasis. "Jokowi adalah representasi pemimpin yang demokratis, toleran, mencintai rakyat, bersahabat dan menghormati HAM. Karena itu jangan mencoreng citranya dengan pernyataan-pernyataan fasis seperti yang dilontarkan Ali," katanya via Facebook, Kemarin (29/8/2018).

Ketua DPP Gerindra, Habiburokhman, memang merasa diuntungkan dengan sikap Ngabalin yang kasar.

"Iya, kan itu sudah menjadi hukum alam. Kalau kami dalam posisi yang benar dan tidak bersalah lalu kemudian ada orang lain yang mungkin karena merasa berkuasa lalu bisa mengatakan apa pun, menuduh, menghina, mencaci, pasti kami yang akan mendapatkan efek positifnya," kata Habiburokhman kepada Tirto.

Ketua Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) ini mengklaim pihaknya tidak akan pernah melakukan cara komunikasi politik ala Ngabalin. Menurutnya, tim Prabowo-Sandiaga Uno bakal lebih menyampaikan program-program Prabowo-Sandiaga, terutama soal pengentasan ekonomi.

"Jadi pak Prabowo ajarkan kepada kami, kalau kamu difitnah balas dengan kebaikan. Kalau kamu dituduh, balas dengan kebaikan," kata Habiburokhman.

Infografik CI 2019 Ganti presiden

Tak Bakal Dipaksa Berubah

Meski berpotensi menggerus suara, Sekretaris TKN Pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin, Raja Juli Antoni menyatakan mereka tidak bisa memaksa Ngabalin mengubah pola komunikasinya. Sebab, menurutnya, setiap orang memang punya cara komunikasi masing-masing. Meski begitu imbauan tetap ada.

"Ada kesepakatan di antara kami untuk memberikan imbauan kepada tim pemenangan di partai masing-masing dengan momentum kemarin [setelah acara di TVOne] untuk menjalankan kampanye yang lebih beradab," kata Raja kepada Tirto.

Pada saat yang sama, Raja juga meminta kepada kubu Prabowo-Sandiaga menghentikan #2019GantiPresiden yang menurutnya memang provokatif. Sebab, menurutnya, jika tagar itu masih ada, pemilu damai akan tetap sulit terwujud.

"Diubah saja dengan tagar yang lebih positif seperti 2019 Prabowo presiden atau PAS (Prabowo-Sandiaga) menang atau yang lain," tambah Raja.

Kuskridho Ambardi, Ketua Departemen Ilmu Komunikasi UGM, menilai bukan cuma Ngabalin yang harus berhenti bersikap demikian, tapi semua yang suka dan memilih pola komunikasi provokatif. Menurutnya di kubu Prabowo-Sandiaga juga ada politikus macam Ngabalin, misalnya Fadli Zon dan Fahri Hamzah.

"Karena saya melihat dua kubu sama, yang jadi korban bukan salah satu kubu. Yang jadi korban [itu] demokrasi Indonesia saya kira," kata Dodhy kepada Tirto.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Rio Apinino