Menuju konten utama

Nilai Ekspor-Impor Indonesia ke Cina Tetap Tertinggi

Cina merupakan negara tujuan ekspor dan impor terbesar, yang masing-masingnya bernilai 1,57 miliar dolar Amerika dan 10,37 miliar dolar Amerika.

Nilai Ekspor-Impor Indonesia ke Cina Tetap Tertinggi
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (20/7). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

tirto.id - Cina rupanya tetap menjadi negara primadona bagi kegiatan ekspor maupun impor Indonesia. Menurut catatan perkembangan ekspor dan impor Tanah Air pada April 2017 yang dipaparkan Badan Pusat Statistik (BPS), Cina merupakan negara tujuan ekspor dan impor terbesar, yang masing-masingnya bernilai 1,57 miliar dolar Amerika dan 10,37 miliar dolar Amerika.

“Untuk ekspor non-migas terbesar pada April 2017 adalah ke Cina, lalu disusul ke Amerika Serikat sebesar 1,36 miliar dolar Amerika, dan India senilai 1,19 miliar dolar Amerika,” ungkap Ketua BPS Suhariyanto saat jumpa pers di kantornya, hari ini, Senin (15/5/2017).

Sebenarnya perolehan nilai ekspor nonmigas pada April 2017 tersebut menurun apabila dibandingkan dengan Maret 2017. BPS mencatat penurunannya adalah sebanyak 221,9 juta dolar Amerika, atau setara dengan 12,40 persen.

Akan tetapi jika dilihat secara akumulatif dalam kurun waktu Januari-April 2017, Cina tetap menjadi negara tujuan ekspor terbesar. Setidaknya sebesar 12,81 persen (setara dengan 6,2 miliar dolar Amerika) dari total nilai ekspor barang dalam negeri dikirimkan ke Cina.

Sedangkan berturut-turut setelahnya ada Amerika Serikat dan India, yang masing-masingnya memiliki peranan sebesar 11,55 persen (setara dengan 5,6 miliar dolar Amerika) dan 9,40 persen (setara dengan 4,5 miliar dolar Amerika) dari total nilai ekspor Indonesia pada empat bulan pertama di 2017.

Meski begitu, sayangnya Suhariyanto tidak menjelaskan secara gamblang sektor yang mendominasi ekspor dari Indonesia ke Cina. “Namun jika dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan pada Januari-April 2017, kontribusi produk industri pengolahan adalah 75,14 persen, produk pertanian adalah 2,10 persen, dan produk pertambangan dan lainnya adalah 13,56 persen,” ujar Suhariyanto.

Sementara itu sebagai negara pemasok barang impor nonmigas, peran Cina terhadap total impor non-migas pada Januari-April 2017 bahkan mencapai 25,70 persen. Dari besaran persentase tersebut, nilainya adalah 10,37 miliar dolar Amerika.

“Ini mencapai seperempat dari total impor kita. Lalu disusul Jepang sebesar 11,49 persen (4,63 miliar dolar Amerika) dan Thailand 7,16 persen (2,89 miliar dolar Amerika),” ucap Suhariyanto lagi.

Akhir pekan lalu, Presiden Joko Widodo telah sempat membahas sejumlah kerja sama dalam sektor ekonomi dengan pemerintah dan para pelaku bisnis asal Cina. Usaha memperkuat hubungan yang diharapkan saling menguntungkan itu dilakukan Presiden Jokowi di sela kunjungan kerjanya ke Cina.

Salah satu upaya yang dilakukan Presiden Jokowi tercermin seperti saat bertemu Presiden Cina Xi Jinping di China National Convention Center, Beijing, Minggu (14/5) waktu setempat. Dalam pertemuan itu, Jokowi dan Xi sempat membahas soal “jalan sutra” baru yang diwacanakan dapat mendorong pembangunan infrastruktur serta meningkatkan kapasitas industri dan keuangan di antara para negara yang berpartisipasi.

Baca juga artikel terkait KERJASAMA EKONOMI atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yuliana Ratnasari