tirto.id - Bank Indonesia (BI) mencatat neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami surplus sebesar 0,2 miliar dolar AS atau 0,1 persen dari PDB di kuartal I-2022. Surplus ini dipicu tingginya harga ekspor komoditas global seperti batu bara dan minyak sawit mentah Crude Palm Oil (CPO).
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, tingginya harga komoditas ekspor tersebut menopang neraca perdagangan Indonesia di sektor nonmigas yang pada akhirnya berimbas positif bagi neraca transaksi berjalan.
“Surplus transaksi berjalan berlanjut pada triwulan I 2022 terutama ditopang oleh surplus neraca barang yang tetap tinggi," kata Erwin di Jakarta, Jumat (20/5/2022).
Meski begitu, neraca perdagangan migasnya justru alami defisit karena kenaikan harga minyak dunia. Sementara itu dalam komponen lainnya di neraca transaksi berjalan adalah neraca jasa yang mengalami peningkatan defisit.
Di sisi lain neraca pendapatan primer membaik meskipun masih terjadi defisit. Perbaikan defisit pendapatan primer turut mempengaruhi berlanjutnya surplus transaksi berjalan.
Pada kuartal I-2022 ini, lanjut Erwin, meskipun Indonesia mencatat transaksi berjalan surplus, neraca transaksi modal dan finansial Tanah Air masih defisit 1,7 miliar dolar AS. Oleh karena itu, secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I 2022 mengalami defisit 1,8 miliar dolar AS.
Dengan berbagai perkembangan tersebut, Erwin mengatakan, BI akan terus mencermati dinamika perekonomian global yang dapat mempengaruhi prospek Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
Bank sentral juga akan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta melanjutkan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz