tirto.id - Neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2018 kembali mengalami defisit. Badan Pusat Stasitik (BPS) mencatat, angkanya mencapai sebesar 1,1 miliar dolar AS.
Jika dibandingkan bulan yang sama tahun 2017 dengan defisit sebesar 240 juta dolar AS, maka ini adalah yang paling parah.
Dengan demikian, kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, defisit neraca perdagangan sepanjang 2018 tercatat sebesar 8,57 miliar dolar AS.
"Defisit ini terbesar sejak 1975. Tahun itu kita defisit sebesar 391 juta dolar AS," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Senin (15/1/2019).
Suharyanto menyampaikan, cukup dalamnya defisit sepanjang 2018 disebabkan oleh neraca migas yang tekor 12,4 miliar dolar AS.
Penyumbang terbesar defisit sektor ini adalah defisit minyak mentah dan hasil minyak, dengan masing-masing nilai sebesar 4,04 miliar dolar AS dan 15,95 miliar dolar AS. Sebaliknya, sektor non-migas mengalami surplus sebesar 3,84 miliar dolar AS.
Berdasarkan catatan BPS, nilai ekspor sepanjang 2018 mencapai sebesar 180,06 miliar dolar AS. Nilainya meningkat dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar 168,828 miliar dolar AS.
Sementara itu, nilai impor sepanjang 2018 tercatat sebesar 188,63 miliar dolar AS. Data ini membengkak dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar 156,985 miliar dolar AS.
"Baik ekspor maupun impor dibanding tahun lalu masing-masing tercatat tumbuh 6,65 persen dan 20,15 persen," imbuh Suharyanto
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno