tirto.id - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution memprediksi defisit neraca perdagangan Indonesia akan berlanjut hingga 2019. Sebab, kata dia, butuh waktu memulihkan kondisi neraca dagang yang babak belur di tahun 2018.
Salah satu biang keroknya, menurut Darmin, adalah defisit neraca perdagangan migas yang terus membengkak.
"Neraca perdagangan kita itu yang berat migasnya. Migas kita itu sejak terakhir kita surplus tahun 2001," ujar Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Jumat (11/1/2019).
Oleh karena itu, Darmin berpendapat perbaikan kinerja perdagangan migas perlu dilakukan agar defisit neraca perdagangan tidak terus-menerus mendera Indonesia. Sebab, kata dia selama ini surplus di perdagangan non-migas tak mampu jadi kompensasi bagi perdagangan migas.
"Kalau nonmigas kita surplus tetapi defisit migas terlalu besar, jadi tetap defisit," kata mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan upaya menekan Impor migas memang bukan hal yang mudah.
Beberapa cara yang dilakukan pemerintah lewat kebijakan Mandatori B20 yang saat ini diberlakukan pun dia perkirakan baru akan optimal dalam jangka waktu cukup lama.
Komaidi menilai kebijakan Mandatori B20 juga belum bisa menekan impor migas sebab banyaknya konsumen yang masih membandel.
"Belum semua konsumen nyaman menerima BBN [bahan bakar nabati] sebagai pengganti BBM. Masih mempertanyakan dampak bagi mesin kendaraan mereka atau mesin produksi mereka," kata Komaidi.
Menurut Komaidi, kunci mengatasi defisit neraca dagang migas justru peningkatan produksi migas dengan memperbanyak kegiatan eksplorasi.
"Solusi dalam jangka pendek bisa dibilang tidak ada. Karena kebijakan energi merupakan kebijakan jangka menengah panjang," kata dia.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom