Menuju konten utama
7 Mei 1945

Nazi Jerman Menyerah kepada Sekutu Setelah Hitler Bunuh Diri

Detik-detik menyerahnya Nazi Jerman kepada Sekutu.

Nazi Jerman Menyerah kepada Sekutu Setelah Hitler Bunuh Diri
Header Mozaik Jerman Menyerah Kepada Sekutu. tirto.id/Nauval

tirto.id - Jerman kian terkurung. Di timur mereka digempur Uni Soviet, dan di barat dihajar Inggris serta Amerika. Banyak wilayah pendudukan tentara Jerman sudah dikuasai tentara sekutu. Setelah kota Berlin dikepung pada bulan April 1945, kehancuran Nazi Jerman kian di depan mata.

Pada 14 April 1945, seperti dicatat Charles B. MacDonald dalam United States Army in WWII-Europe: The Last Offensive (2014) dan Antony Beevor dalam Berlin: The Downfall: 1945 (2003), Hitler menyerukan kepada pasukannya bahwa titik balik dari perang akan segera ditentukan. Ia berharap moral tempur pasukannya akan bangkit dan membalikkan keadaan dengan memukul Sekutu.

Sementara itu, setelah berhasil menyeberangi Sungai Elbe pada 11 April, jarak Berlin dengan posisi tentara Amerika hanya tinggal 100 kilometer. Lima hari kemudian, yakni pada 16 April, Tentara Merah sudah menyikat pertahanan timur yang melindungi kota Berlin.

Pada 20 April 1945, ketika Hitler merayakan ulang tahunnya yang ke-56, tembakan dari artileri-artileri pasukan Uni Soviet mulai menghujani Berlin, kota tempat bunker Hitler berada.

Sehari kemudian, Hitler memerintahkan Jenderal SS Felix Steiner untuk melakukan serangan balasan. Namun, perintah itu tak dipenuhi yang membuat Hitler marah besar. Saat itu, Hitler merasa SS yang dipimpin oleh Heinrich Heimmler tak dapat dipercaya lagi.

Situasi semakin genting dan runyam bagi Hitler. Tanggal 27 April jalur komunikasi dengan pasukannya yang tercerai-berai mulai terputus. Kondisi ini membuatnya sulit untuk mengambalikan keadaan seperti yang ia inginkan.

Hitler pada akhirnya hanya tinggal menunggu mati. Ia pun merencanakan untuk bunuh diri. Pada 29 April ia mengangkat Laksamana Karl Donitz (panglima angkatan laut) sebagai pemimpin Reich Ketiga menggantikan dirinya.

Hitler tak percaya lagi kepada Herman Goring (panglima angkatan udara) dan Heinrich Himmler (panglima SS). Ia menganggap keduanya pengkhianat karena ingin menyerah. Tanggal 30 April, Hitler dan Eva Braun, kekasihnya, akhirnya bunuh diri. Jenazah Hitler kemudian dibakar hingga tak akan bernasib seperti Musolini.

Karl Donitz, seperti dicatat Chris Madsen dalam The Royal Navy and German Naval Disarmament, 1942-1947 (1998:49), diberitahu sebagai pengganti Hitler oleh Martin Bormann.

Detik-detik Kekalahan Jerman

Karl Donitz punya riwayat militer di Angkatan Laut yang cukup panjang dan melebihi apa yang pernah dicapai Adolf Hitler. Sejak Perang Dunia I, dia sudah jadi letnan di Angkatan Laut dan menjadi perwira di kapal selam. Dia bahkan pernah jadi tawanan perang di Malta setelah kapalnya ditenggelamkan militer Inggris. Hingga tahun 1945, dia sudah tiga dekade di Angkatan Laut.

Pemerintahan Donitz disebut Pemerintahan Flensburg karena markas besar Dönitz berada di pelabuhan Flensburg. Menjadi pengganti Hitler bukan hal menyenangkan baginya sebab Jerman telah terkepung. Hitler ingin perlawanan kepada tentara Sekutu terus berlanjut, sementara Donitz, seperti dicatat Chris Madsen (1998:49), berkesimpulan bahwa kondisinya tak bisa dipertahankan lagi.

Donitz, seperti dicatat Stephen Ambrose dalam The Victors: Eisenhower And His Boys The Men Of World War II (343) mengirimkan Kolonel Jenderal Alfred Jodl—kepala staf tentara Jerman—ke Supreme Headquarters Allied Expeditionary Force (SHAEF), markas besar pasukan ekspedisioner Sekutu di Reims yang dipimpin oleh Jenderal Dwight Eisenhower.

Jodl berangkat ke Reims pada Senin malam tanggal 6 Mei. Ia pun berunding dengan staf Jenderal Eisenhower, yaitu Letnan Jenderal Walter Bedell Smith dan Strong. Dalam pertemuan tersebut, Jerman yang diwakili Jodl bersedia menyerah, tapi hanya kepada tentara yang berasal dari arah barat, yaitu Amerika dan Inggris, bukan kepada tentara Uni Soviet.

Smith menekankan bahwa penyerahan itu adalah penyerahan seluruh pasukan Nazi Jerman. Jodl kemudian minta waktu 48 jam untuk memberi instruksi kepada semua unitnya. Sementara Smith lalu menghadap pimpinannya.

Infografik Mozaik Jerman Keok

Infografik Mozaik Jerman Menyerah Kepada Sekutu. tirto.id/Nauval

Eisenhower merasa Jodl sedang berusaha mengulur waktu agar tentara Jerman dan orang-orang sipilnya menyeberangi Sungai Elbe dan ditangkapi tentara Soviet. Seperti dicatat dalam United States Army Combat Forces Journal, Volume 4 (1953:43), Eisenhower lalu minta ke Smith untuk menyampaikan kepada Jodl bahwa dia akan memutuskan semua perundingan dan menyegel Front Barat dengan mencegah dengan paksa setiap gerakan tentara dan warga sipil Jerman.

Di lain pihak, Jodl segera menghubungi Donitz soal permintaan Sekutu. Donitz agak kesal, baginya pemintaan kubu Eisenhower itu hanya gertakan. Meski demikian, Donitz merasa kubu Eisenhower sebenarnya akan menerima penyerahan itu. Dengan begitu, Jerman bisa diselamatkan dari tentara Uni Soviet.

Maka pada tengah malam di hari yang sama, Donitz menghubungi Jodl bahwa dia diberi kekuasaan penuh untuk menandatangani persetujuan.

Seperti dicatat Stephen Ambrose, pukul dua dinihari tanggal 7 Mei 1945, tepat hari ini 75 tahun lalu, bertempat di lantai dua sebuah ruangan di Ecole Professionelle et Technique de Garcon, Reims, dokumen menyerahnya Jerman ditandatangani. Peristiwa itu disaksikan oleh Jenderal Smith, Frederick Morgan, Bull Spaatz, Tedder (wakil Prancis), Jenderal Ivan Susloparoff (penghubung Uni Soviet di SHEAF), dan Strong bertindak sebagai penerjemah.

Hari itu, bagi Inggris dan persemakmurannya, dinyatakan sebagai Victory in Europe Day (Hari Kemenangan di Eropa). Dan keesokan harinya menjadi Victory in Europe Day bagi Amerika. Perang Dunia II pun dianggap selesai. Pemerintahan Flensburg berakhir pada 23 Mei 1945. Setelah itu, Jodl jadi pesakitan dan dihukum mati. Sementara Donitz hanya dipenjara 10 tahun. Setelah bebas, Donitz menuliskan kisah hidupnya.

Baca juga artikel terkait NAZI JERMAN atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Politik
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Irfan Teguh