Menuju konten utama
Khotbah Shalat Jumat

Naskah Khutbah Jumat Singkat: Keistimewaan Memasuki Bulan Safar

Khutbah Jumat singkat terbaru pekan ini bertema tentang bulan Safar dan keistimewaan-keistimewaan yang bisa diperoleh dengan tetap beribadah.

Naskah Khutbah Jumat Singkat: Keistimewaan Memasuki Bulan Safar
Ilustrasi. foto/istockphoto

tirto.id - Naskah khutbah Jumat singkat terbaru pekan ini mengambil tema tentang keistimewaan memasuki bulan Safar yang jatuh bertepatan pada Selasa, 30 Agustus 2022.

Bismilaahirrahmaanirrahiim,

Assalamu'alaikum warhmatullaahi wabarakatuh..

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan nikmat dan hidayahnya, kita kembali dapat berkumpul di majelis khotbah dan salat Jumat berjamaah, 26 Agustus 2022.

Tak lupa salawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, sang nabi terakhir manusia terpilih ciptaan Allah SWT.

Teriring pula doa untuk keluarga rasulullah, sahabat dan para pengikutnya yang mengikuti hingga akhir zaman.

Khutbah Jumat Singkat Terbaru

Jamaah Jumat, kaum muslimin rahimakumullah,

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan safar kalender Hijriah 1444 Hijriah. Dalam tradisi jahiliah, bulan safar dianggap sebagai bulan kesialan atau tasyaum.

Pada masa itu, bulan safar diyakini oleh orang-orang jahiliah memiliki banyak keburukan, sehingga ini menyebabkan mereka ketakutan untuk melakukan kegiatan atau hal-hal tertentu.

Dan hingga kini, anggapan bahwa bulan safar adalah bulan sial masih berkembang hingga di zaman sekarang.

Padahal jika kita manusia yang beriman harus yakin bahwa bulan safar ini sama dengan bulan-bulan lainnya, yang tidak terpengaruh dengan kesialan atau nasib yang buruk.

Jadi, seumpama pada bulan safar kita mendapatkan kejadian buruk atau kesialan, tentu bukan karena bulannya, tetapi semata-mata terjadi karena faktor lain, begitu pula jika kita mendapat kebaikan di dalamnya, itu semua sudah ditakdirkan oleh Allah, bukan juga karena faktor bulannya.

Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada 'adwa, thiyarah, hamah dan shafar (yang dianggap membawa kesialan). Dan larilah dari orang yang berpenyakit kusta sebagaimana engkau lari menjauh dari singa," (HR. Bukhari dan Muslim).

Dikutip laman NU Online, ketakutan tentang 4 hal yang disebutkan bermakna bahwa 'adwa adalah keyakinan mengenai wabah penyakit menular, di mana orang takut dengan sendirinya, tanpa sebuah proses sebelumnya dan tanpa seizin Allah.

Kemudian thiyarah merupakan tentang nasib baik dan buruk yang ditentukan setelah melihat burung.

Mitos ini berkembang di masyarakat jahiliah yang menyebutkan, apabila ada seseorang melihat burung terbang di sebelah kanannya saat ia keluar rumah, maka kemungkinan ia akan mendapatkan kemujuran atau keberuntungan dalam waktu dekat.

Sebaliknya, jika yang dilihatnya adalah burung yang terbang di sebelah kirinya ketika keluar rumah, maka akan datang kesialan untuknya, sehingga lebih baik ia pulang daripada harus melaksanakan aktivitas di hari itu.

Sementara istilah hamah adalah semacam anggapan saat ada burung hantu yang hinggap di atas rumah orang jahiliah di masa itu, maka ini sebagai pertanda nasib sial akan menghampiri sang pemilik rumah tersebut.

Begitu pula dengan shafar yang diyakini sebagai waktu khusus yang bisa mendatangkan malapetaka.

Hadirin jamah Jumat rahimakumullah,

Islam tidak mengenal yang namanya hari sial atau bulan sial, karena semua hari itu baik. Umat Islam wajib meyakini jika ada pengaruh baik maupun pengaruh buruk, semua tidak akan bisa terjadi tanpa adanya izin Allah SWT.

Begitu pula dengan bulan Safar yang termasuk bagian dari dua belas bulan dalam satu tahun hijriah.

Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Qamariyah, terletak sesudah Muharram dan sebelum bulan Rabiul Awwal.

Apabila kita ingin menerima manfaat dan memperoleh keistimewaan di bulan ini, maka kita sebagai makhluk Allah harus tetap taat dan memperbanyak melakukan amalan-amalan harian seperti biasanya, termasuk amalan sunah.

Berikut ini ibadah-ibadah yang bisa kita amalkan pada bulan safar yang juga lazim kita kerjakan pada bulan-bulan yang lainnya:

1. Puasa sunah Senin-Kamis dan puasa Ayyamul Bidh

Puasa sunah yang bisa dilakukan adalah puasa Senin-Kamis dan puasa Ayyamul Bidh.

Menjalankan ibadah puasa Senin-Kamis, memiliki keutamaan dan keistimewaan, karena puasa ini dikerjakan langsung oleh Nabi Muhammad.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

"Bahwasanya Nabi Muhammad lebih sering berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Amalan-amalan manusia diajukan kepada Allah setiap hari Senin dan Kamis, maka saya senang apabila amalan saya (pada hari tersebut) dan saya berpuasa pada hari tersebut." (H.R. Ahmad).

Dari hadis ini bisa disimpulkan pada dua hari tersebut, amalan seseorang akan diajukan oleh malaikat kepada Allah. Oleh karenanya, Rasulullah memilih berpuasa pada hari-hari penting itu

Sementara puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan setiap pertengahan bulannya berdasarkan kalender hijriah yaitu pada 13, 14, dan 15 dari penanggalan komariah.

Menjalankan puasa Ayyamul Bidh setiap bulannya akan mendapat keutamaan pahala yang sama seperti orang yang berpuasa sepanjang tahun.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun,” (H.R. Bukhari).

2. Sedekah Jariyah

Seperti dikutip situs Kemenag, sedekah jariyah adalah amalan yang akan terus mengalirkan pahala kepada kita meski nanti kita sudah meninggal dunia.

Dalam Al-Qur'an, kata sedekah juga disebut dengan istilah lain seperti shidqah, shodaqoh yang artinya bisa sebagai pemberian atau bisa juga diartikan sebagai qardhul hasan (pinjaman yang baik).

Dengan bersedekah, maka Allah SWT Yang Mahakaya yang akan mengembalikan pinjaman tersebut dan tentu saja pengembaliannya memiliki nilai yang berlipat ganda.

Sedangkan jariyah memiliki pengertian mengalir yang berarti pahalanya mengalir dan tidak akan terputus.

Karena alasan itulah mengapa sedekah jariyah disebut sebagai sedekah yang memiliki ganjaran dan pahala tanpa terputus.

3. Memperbanyak Istighfar

Seseorang yang beristighfar berarti ia mengakui eksistensi kehambaan di hadapan Allah SWT.

Ada banyak keutamaan yang bisa diperoleh ketika kita selalu beristighfar setiap saat, hal ini seperti sabda Rasulullah SAW yang maknanya:

"Barangsiapa memperbanyak Istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka" (HR. Abu Daud).

Keutamaan lain dari istighfar adalah Allah akan mengabulkan doa-doa yang dimohonkan hambanya.

Wallahu'alam

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Demikianlah khotbah Jumat kali ini, semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari apa yang disampaikan dan senantiasa selalu mendapat petunjuk Allah untuk berada di jalan-Nya.

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh..

Baca juga artikel terkait KHUTBAH JUMAT SINGKAT atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom