tirto.id - Pemutusan hubungan diplomasi oleh sejumlah negara di Timur Tengah terhadap Qatar, mengganggu perekonomian negara itu. Perusahaan-perusahaan yang menjalankan bisnis di berbagai negara bisa jadi ikut terkena imbas. Qatar Airways dan Ooredoo QSC adalah dua di antaranya.
Senin, 5 Juni lalu, ketika Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar, indeks saham Qatar memerah. Harga saham Ooredoo juga ikut melorot. Sehari sebelumnya, saham perusahaan telekomunikasi itu ditutup di angka 101,8 riyal Qatar. Pada hari itu, sahamnya ditutup seharga 96 riyal Qatar, turun 6 persen. Sampai saat ini, saham Ooredoo belum bisa bangkit lagi ke angka 100.
Untungnya, negara-negara yang memboikot Qatar bukanlah konsumen besar Ooredoo. Pelanggan terbesar Ooredoo ada di Indonesia, porsinya sekitar 64,1 persen. Porsi pelanggan terbesar kedua ada di Algeria, yakni sebesar 9,3 persen. Selisihnya jauh sekali dengan Indonesia.
Negara-negara lain yang memiliki sebaran pelanggan Ooredoo cukup besar adalah Myanmar, Irak, Oman, Kuwait, Tunisia, dan Qatar itu sendiri. Sejauh ini, negara-negara itu belum bergabung dengan gerakan melawan Qatar.
"Jika ada di antara mereka ikut bergabung, hal itu pasti akan menimbulkan kesulitan operasional bagi Ooredoo," ujar Matthew Reed, analis berbasis di Dubai seperti dikutip The National. Hingga kini, negara operasional Ooredoo yang ikut memboikot Qatar hanya Maladewa saja. Namun, dampaknya tak signifikan karena kontribusi Ooredoo Maladewa terhadap keuntungan seluruh holding hanya sekitar 2 persen. Apalagi pemerintah Maladewa mengatakan hubungan bisnis antardua negara akan terus berjalan.
"Maladewa belum memutuskan untuk mengambil tindakan lebih lanjut selain memutus hubungan diplomatik. Hubungan bisnis antara perusahaan Maladewa dan Qatar tidak berubah," ujar Jaksa Agung Mohamed Anil dalam sebuah konferensi pers.
Pada Selasa, 6 Juni 2017, Menteri Dalam Negeri Maladewa Azleen Ahmed dan pejabat dari otoritas komunikasi bertemu dengan CEO Ooredoo Maldives. Kementerian Dalam Negeri Maladewa mengatakan pertemuan itu untuk memastikan bahwa hubungan bisnis antara Maladewa dan Ooredoo akan berlanjut.
Ooredoo adalah perusahaan penyedia layanan telekomunikasi asal Qatar. Selain di negara asalnya, ia beroperasi di sejumlah negara Asia, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Di Indonesia, Ooredoo adalah pemegang saham mayoritas PT Indosat Tbk sejak 2015, yakni sebesar 65 persen. Kepemilikan saham Indosat ini melalui Ooredoo Asia Pte, dan Qatar Holding LLC memiliki saham 51,7 persen di Ooredoo Asia.
Indosat tampak ikut terkena dampak dari kabar buruk yang menimpa pemegang sahamnya. Pada Senin, 5 Juni lalu, ketika negara-negara Arab memutus hubungan dengan Qatar, saham Indosat masih baik-baik saja, bahkan naik dari hari sebelumnya. Akan tetapi, keesokan harinya, harga saham emiten berkode ISAT itu turun dari Rp6.675 ke Rp6.500.
Hari-hari berikutnya, saham ISAT terus turun. Tanggal 7 Juni 2017 adalah titik terendahnya, ia ditutup dengan harga Rp6.100. Sampai saat ini, harga saham Indosat masih berada di angka Rp6.275.
Rating Kemungkinan Turun
Ooredoo merupakan bagian penting dari infrastruktur komunikasi Qatar dan merupakan perusahaan andalan. Ia juga berkontribusi sebagai diversifikasi ekonomi Qatar dari industri minyak dan gas bumi.
S&P Global Rating—sebuah lembaga pemeringkat global—telah menempatkan Ooredoo dalam Credit Watch Negative. Ketika sebuah perusahaan masuk dalam kategori ini, maka ada kemungkinan 50 persen peringkatnya akan turun. Sebelumnya, S&P telah memangkas peringkat utang jangka panjang Qatar dari AA menjadi AA-.
"UEA, Arab Saudi dan Bahrain memberikan warganya yang berada di Qatar waktu 14 hari untuk meninggalkan negara tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya pendapatan roaming,” tulis S&P dalam keterangan resminya, Senin (12/6).
Menurut lembaga itu, kalau peringkat utang jangka panjang Qatar terpangkas lagi, maka peringkat Ooredoo sudah pasti diturunkan. Dalam dunia bisnis, rating dari lembaga pemeringkat penting adanya untuk meyakinkan para investor dan pembeli surat utang. Semakin tinggi peringkatnya, investor akan semakin percaya berinvestasi pada surat utang yang dikeluarkan satu perusahaan negara meskipun kupon atau imbal hasil yang diberikan tak begitu besar. (Baca: Cara Pemeringkat yang Ruwet)
Sebaliknya, semakin rendah peringkat, kepercayaan investor juga tak besar. Perusahaan atau negara dengan peringkat rendah terpaksa harus memberikan imbal hasil yang besar untuk menarik investor.
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti