tirto.id - Mobil komando Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) meninggalkan lokasi aksi di sekitar kompleks parlemen, Jakarta, Selasa (1/10/2019). Namun, massa aksi tidak meninggalkan lokasi walau mobil komando dan pimpinan aksi sepakat untuk meninggalkan lokasi.
Dalam pantauan reporter Tirto di lokasi aksi, mobil komando mulai meninggalkan lokasi sekitar pukul 16.00 WIB. Mobil komando berpisah barisan massa di bawah fly-over Bendunga Hilir.
Kepala Kajian Aksi Strategis BEM UPN Veteran Jakarta, yang masuk dalam BEM SI, Dzuhrian Ananda, mengatakan para pimpinan massa kampus telah bersepakat untuk memundurkan massa karena memang aksi massa sore ini hanya aksi damai.
"Kami akan mundur dan pelan-pelan membersihkan jalan," kata Dzuh, katanya saat ditemui wartawan Tirto, Jakarta, Selasa sore.
Perlahan mobil komando keluar dari barisan massa. Beberapa pimpinan kampus seperti UPN Veteran, UNJ, UNPAD, UNS, hingga Universitas Siliwangi di atas mobil komando telah menginstruksikan massa untuk membubarkan diri.
Massa aksi dari HMI MPO, yang di belakang massa BEM SI pun telah berhenti orasi dan turun dari mobil komandonya sejak 16.30 WIB.
Namun, hingga 16.52 WIB, massa belum juga membubarkan diri. Beberapa massa ada yang masih berorasi, tetapi ada juga yang menjalankan ibadah di dekat lokasi.
Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar unjuk rasa di sekitar Gedung DPR RI, Selasa (1/10/2019). Aksi dilakukan bersamaan pada hari pelantikan DPR RI Periode 2019-2024. Koordinator aksi dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Abdul Baasyir mengatakan aksi ini ditujukan sebagai ultimatum kepada para anggota parlemen terpilih.
"Yang pertama tuntaskan reformasi, yang kedua kawal dari awal. Maka pada hari ini kami akan memulai mengawal, jangan sampai kegaduhan yang terjadi hari ini terulang di masa depan," kata dia, Selasa (1/10/2019).
Mereka mendesak agar ke depannya dalam membuat peraturan perundang-undangan DPR lebih melibatkan rakyat. Selain itu, BEM SI menuntut adanya pertanggungjawaban terhadap tiga korban meninggal akibat aksi yang terjadi di berbagai wilayah serta korban meninggal dalam konflik di Wamena, Papua.
"Hari ini kami datang ke sini, seluruh peserta aksi membawa bunga sebagai bentuk duka cita terhadap jatuhnya banyak korban, baik akibat demonstrasi maupun konflik di Wamena. Soal Papua, menurut kami pemerintah benar-benar gagal mengatasi konflik. Yang ada saat ini bukan mengatasi, tapi menutupi," kata juru bicara aksi, Erfan Kurniawan.
Menurut keterangan Erfan, aksi hari ini sebenarnya diikuti lebih dari 5.000 mahasiswa. Mereka berasal dari berbagai kampus, mulai dari UNJ, UPN Jakarta, UI, Universitas Siliwangi, Unpad, UNS Surakarta, dan sejumlah universitas lain dari daerah di luar DKI Jakarta.
Namun, hingga pukul 13.00 WIB banyak mahasiswa yang belum sampai ke titik kumpul karena terhadang petugas.
"Ada tadi dihadang di stasiun, di masjid-masjid juga banyak. Alasannya enggak boleh ke sini karena enggak ada izin, padahal kami sudah punya izinnya," imbuh Erfan.
Mahasiswa yang sudah berada di kawasan Senayan pun masih belum diperbolehlan masuk ke depan gedung DPR. Jalan menuju Gedung DPR diblokade dengan kawat berduri dan dikawal ratusan petugas gabungan. Kini para mahasiswa melakulan orasi di Jalan Gerbang Pemuda, tepat di depan kantor TVRI.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Andrian Pratama Taher