tirto.id - Sejak kecil, perempuan kerap disodorkan berbagai larangan yang terkait dengan hal-hal yang dapat memicu kanker payudara dan rahim. Beberapa larangan tersebut termasuk tidak boleh keramas saat haid, penggunaan bra berkawat, hingga konsumsi makanan atau minuman tertentu saat haid. Namun, benarkah mitos-mitos tersebut?
Tirto berusaha mengulik mitos-mitos yang berkembang seputar kedua penyakit tersebut. Dalam beberapa pekan terakhir, informasi terkait mitos-mitos ini tersebar pula melalui pesan berantai di berbagai platform media sosial. Berikut bunyi informasi tersebut:
Untuk semua wanita ⭕ Kick Off "Kanker Payudara".
🔺rawat bayimu dengan ASI
🔺cuci BH Anda setiap hari.
🔺Hindari BH hitam di musim panas
🔺Jangan kenakan BH saat tidur.
🔺 Jangan sekali-kali memakai BH berkawat.
🔺 Selalu menutupi dada Anda sepenuhnya dengan syal saat Anda berada di bawah terik matahari.
🔺Gunakan deodrant bukan anti perspirant.
🔺Ini adalah pesan Layanan Umum dari Rumah Sakit Kanker.
⭕ Kirim ini ke Semua Wanita yang Anda Peduli Tanpa Ragu-ragu.
⭕ Kesadaran itu penting
⭕ aku peduli untukmu
⭕ Jangan ragu untuk menginformasikan kepada wanita lain. Teruskan ke setiap wanita di Daftar Anda!!! ASAL USUL KANKER RAHIM
Sharing Untuk Para Wanita. (bila pria yang terima, tolong diteruskan ke wanita di sekitar anda).
- Jangan minum air es, air soda dan air kelapa pada saat haid.
- Jangan keramas pada saat haid, karena pori kepala sedang terbuka pada saat haid. Bisa menyebabkan sakit kepala (kena angin kepala), sangat berbahaya. Efek ini bisa dirasakan saat muda dan saat tua.
- Jangan makan mentimun saat haid, karena getah yang ada pada mentimun bisa menyebabkan haid tersisa di dinding rahim.
- Saat haid, tubuh tidak boleh terbentur, terjatuh dan terpukul oleh benda keras terutama bagian perut, karena bisa menyebabkan muntah darah, dan rahim bisa terluka.
Khusus untuk wanita....
Dalam rangka memperingati 'Hari Kanker' sedunia, peduli-lah.
Sebarkan info ini ke banyak wanita.... Ibu, Istri, anak putri, maupun teman wanita.
Ini menunjukkan bahwa kita peduli sama mereka.
Sayangi Wanitamu.
1 x kiriman saja mungkin kamu sudah menyelamatkan 1 orang wanita.
Semoga Bermanfaat Bagi Para Wanita..
SUMBER:
LPKI (LEMBAGA PENYULUHAN KANKER INDONESIA).
Ita Maharani
Catatan singkat, informasi di atas disebarkan salah satunya oleh akun Facebook Nur Asiah (arsip) dan telah dibagikan hingga 41 ribu kali.
Mengenal Kanker Payudara & Rahim
Kanker payudara merupakan kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara. Kanker ini dapat terjadi pada wanita dan jarang ditemui pada pria. Gejala kanker payudara termasuk benjolan di payudara, keluarnya cairan berdarah dari puting, dan perubahan bentuk atau tekstur puting atau payudara. Merujuk data yang dipaparkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 31 Januari 2019, prevalensi kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.
Seperti dipaparkan lamanAlodokter, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker payudara, seperti: menjaga berat badan agar tetap ideal; mengutamakan asupan buah, sayuran, kacang-kacangan termasuk kacang kedelai, minyak sehat, dan antioksidan yang tinggi; berolahraga; menghentikan kebiasaan merokok; membatasi minuman beralkohol; menyusui bayi bagi wanita yang telah melahirkan; membatasi terapi hormon; dan menghindari paparan radiasi tinggi.
Menurut dokter kandungan dan konsultan onkologi dari RS Cipto Mangunkusumo, dr. Sigit Purbadi, SpOG(K)Onk, seperti dilansir Detik, kebiasaan dalam pemakaian bra seperti tidak memakai bra saat tidur dan pencucian bra setiap hari tidak memiliki hubungan dengan pencegahan kanker payudara.
Mencuci bra lebih terkair pada faktor kebersihan. Jika tidak mencuci bra secara rutin, seseorang lebih berisiko mengalami iritasi pada kulit. Selain itu, kebiasaan tidak memakai bra berkawat dan menutupi dada dengan syal di terik matahari juga tidak berhubungan dengan pencegahan kanker payudara.
Mitos terkait pemakaian bra berkawat yang dapat menyebabkan kanker telah berkembang sejak tahun 1995. Dilansir The Guardian, mitos ini 'dikompori' oleh Sydney Singer dan Soma Grismaijer yang menerbitkan buku Dressed to Kill. Pada 2015, gagasan ini kembali dimunculkan oleh seorang praktisi medis alternatif yang menulis di Goop, situs kepunyaan aktris Gwyneth Paltrow.
Kendati informasi ini terus beredar di kalangan perempuan, tak banyak yang menelisik latar belakang para pencetus informasi tersebut. Nyatanya, para pencetus informasi tersebut bukanlah peneliti kanker maupun seorang dokter. Informasi yang mereka cetuskan tidak pernah diulas oleh pakar medis, serta tidak pernah dipublikasikan di jurnal kesehatan tepercaya.
Lebih lanjut, belum ditemukan pula studi epidemiologi yang kuat dalam literatur medis yang menghubungkan risiko kanker payudara dan penggunaan deodoran/antiperspiran. Memang banyak rumor berkembang bahwa kandungan dalam deodoran seperti senyawa aluminium dan paraben dapat merangsang pertumbuhan sel-sel kanker. Namun, seperti yang ditulis situs Alodokter, paraben tidak serta-merta menjadi penyebab tumor.
Selain itu, terdapat banyak kosmetik lain yang juga mengandung paraben dan berisiko terserap melalui permukaan kulit. Sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa deodoran yang mengandung paraben menjadi penyebab utama dari kanker payudara.
Rumor lainnya adalah soal kanker rahim. Kanker leher rahim, atau yang juga disebut kanker serviks, merupakan penyakit kanker yang menyerang leher rahim pada organ reproduksi wanita, dan disebabkan oleh Human Papilloma Virus atau HPV. Di Indonesia, prevalensi kanker leher rahim mencapai 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk, kedua terbanyak kejadian pada perempuan setelah kanker payudara.
Masih mengutip Alodokter, beberapa ciri kanker servik seperti: pendarahan yang lebih banyak atau lebih sedikit saat menstruasi; perubahan warna saat keputihan; rasa nyeri saat berhubungan intim; merasakan sakit ketika buang air kecil; pembengkakan di salah satu tungkai; bercak darah di urin; hingga keluarnya urin atau feses dari vagina.
Sementara itu, terkait konsumsi air es, soda dan air kelapa saat haid yang dapat memicu kanker serviks merupakan mitos menurut dr. Khanisyah Erza Gumilar, SpOG, seperti dikutip Detik. Menurutnya, kista maupun kanker rahim merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal yang tidak disebabkan oleh konsumsi minuman tertentu saat haid.
Kista sendiri adalah kondisi yang disebabkan oleh benjolan berbentuk kapsul atau kantung dan terisi dengan cairan, semisolid, ataupun material gas, yang dapat muncul pada jaringan tubuh mana saja. Menurut dr. Erza, kista, tumor dan kanker rahim dapat terjadi pada seseorang karena faktor genetik. Namun, gaya hidup yang tidak sehat seperti jarang olahraga, merokok dan mengonsumsi alkohol dapat pula menjadi faktor yang memengaruhi.
Isu lainnya soal keramas dan benturan dijawab dr Kartika Mayasari melalui artikel 'Mitos Penyebab Kanker Rahim,' di laman Klikdokter. Menurutnya, "Kanker rahim sama sekali tidak berhubungan dengan keramas, minum es, dan benturan. Faktor risiko munculnya kanker adalah faktor genetik (riwayat keluarga), gaya hidup, merokok, makanan, dan faktor eksternal lainnya misalnya infeksi virus HPV pada kanker leher rahim".
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa sejumlah klaim terkait kanker payudara dan kanker rahim tersebut bersifat salah sebagian (partly false).
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara