Menuju konten utama
4 April 1975

Microsoft: Raksasa yang Berdiri di Pundak Intel dan IBM

Microsoft, piranti raja yang menaklukkan dunia lewat jendela.

Microsoft: Raksasa yang Berdiri di Pundak Intel dan IBM
Ilustrasi Bill Gates. tirto.id/Sabit

tirto.id - Di awal dekade 1970-an, Bill Gates, Paul Allen, dan Paul Gilbert mendirikan sebuah startup bernama Traf-O-Data. Mesin berbasis chip Intel 8008 untuk menganalisis data lalu-lintas bagi Departemen Jalan Raya Negara Bagian Washington di Amerika Serikat merupakan produk yang mereka buat. Sayangnya, Traf-O-Data, meskipun menghasilkan analisis lalu-lintas yang mumpuni, gagal secara bisnis.

Kemitraan tiga orang itu bubar. Namun, tidak dengan Bill Gates dan Paul Allen, dua sosok sahabat yang telah bertemu sejak masih di bangku SMA di Lakeside School, Seattle, AS. Pada 1975, mereka kembali mendirikan sebuah startup. Jika Traf-O-Data adalah hardware, startup baru yang dibuat Allen dan Gates berkutat pada produk software.

Berkaca pada kegagalan Traf-O-Data, suatu waktu Allen pernah bertanya pada Gates. “Jika semuanya berjalan baik, akan seberapa besar perusahaan yang kita dirikan nanti?”

Mendengar pertanyaan itu, Gates sementara waktu terdiam. Ia lalu menjawab dengan yakin. “Saya pikir perusahaan kita nantinya akan memiliki sekitar lima puluh programmer.”

Allen terkejut dengan jawaban Gates. Bukan karena ia merasa bahwa sesungguhnya startup mereka bisa memiliki lebih dari itu. Menurut pemikirannya kala itu, memiliki 50 programmer ialah sesuatu yang terlalu muluk.

Microsoft, nama perusahaan yang ia dan Gates dirikan, baginya hanya akan menjadi perusahaan biasa.

Berawal dari Perkembangan Mikroprosesor Intel

Microsoft, yang awalnya disebut Micro-soft (kependekan dari microprosessor dan software), merupakan perusahaan teknologi yang didirikan Bill Gates dan Paul Allen pada 4 April 1975, tepat hari ini 43 tahun lalu, di Albuquerque, New Mexico, Amerika Serikat. Kala itu Gates masih berumur 19, sementara Allen telah menginjak usia 22.

Dalam buku memoirnya berjudul Idea Man: A Memoir by the Cofounder of Microsoft (2011), Paul Allen mengatakan secara tersirat bahwa pendirian Microsoft merupakan buah dari kesabaran menunggu momentum atas perkembangan mikroprosesor yang digagas Intel.

Allen juga mengatakan bahwa perkembangan mikroprosesor bermula di tahun 1969. Kala itu sebuah perusahaan asal Jepang meminta Intel membuatkan chip murah untuk kalkulator yang hendak mereka ciptakan. Pada November 1971, Gordon Moore, pendiri Intel, akhirnya memperkenalkan Intel 4004, sebuah mikroprosesor yang diinginkan perusahaan Jepang itu. Mikroprosesor tersebut merangkum segala integrated circuit (IC) yang dibutuhkan dalam satu modul, yang sebelumnya terpisah.

“Saat pertama kali melihat, Intel 4004 terlihat seperti core yang sangat bagus bagi kalkulator. Namun, selepas saya membaca lebih rinci, Intel 4004 merupakan sebuah central processing unit alias CPU sungguhan,” kata Allen dalam memoirnya.

Lalu, Intel pun meluncurkan pembaruan bagi 4004 bernama Intel 8008. Allen, selain menggunakan 8008 bagi mesin Traf-O-Data, berpikir bahwa mikroporsesor itu dapat digunakan sebagai pondasi menjalankan bahasa pemrograman BASIC (Beginner’s All-Purpose Symbolic Instruction Code).

Allen ingin menciptakan penerjemah BASIC bagi mikroprosesor tersebut. Secara sederhana, penerjemah ini bisa diibaratkan sebagai web browser. Web browser menerjemahkan kode HTML menjadi rupa situsweb yang menawan, lengkap dengan fitur yang dimilikinya. Penerjemah BASIC bertugas seperti itu. Menjadikan mikroprosesor paham bahasa pemrograman BASIC. Dalam bahasa lain, Allen ingin menciptakan sistem operasi.

“Intel 8008 tidak memiliki cukup tenaga dan memori untuk melakukan itu,” kata Gates menjawab pemikiran Allen. “Ketika Intel mengeluarkan chip yang lebih cepat, beritahu saya,” lanjut Gates.

Harapan Allen kemudian terjawab. Intel merilis 8080 pada bulan April 1974. Itu merupakan mikroprosesor yang menurut Allen “telah lama ia bicarakan” bersama Gates. Sayangnya, mikroprosesor itu keluar tanpa ada mesin yang menaunginya. Gates lalu berkata pada Allen, “kembalilah dan beritahu saya ketika telah ada mesin berbasis Intel 8080.”

Namun, Allen kali ini tidak mau begitu saja menerima ucapan Gates itu. Baginya mesin berbasis 8080 akan tiba tidak terlalu lama.

“Ayo kita dirikan sebuah perusahaan (untuk menciptakan BASIC bagi 8080),” kata Allen. “Akan terlambat jika kita menunggu, kita akan tertinggal.”

Gates akhirnya menyerah. Bersama Allen, siang-malam ia mengerjakan BASIC bagi Intel 8080. Hingga majalah Popular Mechanic edisi Januari 1975 keluar. Doa Allen tampaknya terkabulkan. Di sampul depan majalah itu tertulis “World First Minicomputer Kit to Rival Commercial Model… ‘Altair 8800’.” Altair 8800, mesin komputer yang menggunakan mikroprosesor Intel 8080, telah lahir.

Sistem operasi berbasis BASIC yang mereka kembangkan tanpa tahu mesin mana yang akan menggunakannya akhirnya berakhir tanpa kesia-siaan.

“Halo, ini Paul Allen dari Boston,” kata Gates berpura-pura jadi Allen. “Kami memiliki BASIC untuk Altair yang hampir jadi, dan kami berencana datang ke tempat Anda dan mempertunjukannya.”

MITS, pengembang Altair, setuju menggunakan BASIC ciptaan Gates dan Allen itu. Secara de facto, itulah awal mula Microsoft.

infografik mozaik microsoft

Kerjasama dengan IBM, Pintu Menguasai Dunia

Pada dekade 1970-an hingga 1980-an, IBM merupakan penguasa dunia komputer, khususnya komputer bagi skala industri. Mereka menguasai hampir 70 persen pangsa pasar di dunia komputer saat itu. Di ranah komputer konsumen, alias komputer bagi masyarakat umum (selanjutnya disebut PC), IBM belum memiliki portofolio. Apple, startup bikinan Steve Jobs dan Steve Wozniak, adalah nama yang mencuat masuk ke ranah tersebut.

Uniknya, Apple bekerja dengan caranya sendiri. Laura Rich dalam The Accidental Zillionaire (2003) mengatakan bahwa Apple “melakukan langkah yang sangat jauh berbeda dibandingkan produsen PC lain.” Selain membuat hardware, Apple pun mencitakan sistem operasinya sendiri.

Di tahun 1980, Apple, melalui Apple II, jadi penguasa PC. Di tahun itu mereka memperoleh penguasaan pangsa pasar sebesar 10,77 persen. Setahun berikutnya, pangsa pasar Apple II naik menjadi 15 persen.

Melihat hal tersebut, IBM tidak bisa tinggal diam. Mereka lalu meluncurkan proyek ambisius menciptakan PC bernama “Project Chess.” Dalam penciptaan PC itu IBM memilih Intel 8089 sebagai otaknya. Sayangnya, IBM tidak memiliki cukup tenaga untuk menciptakan sistem operasinya sendiri. Jack Sams, salah seorang petinggi IBM yang tahu rekam jejak Microsoft menciptakan BASIC bagi Altair, adalah orang yang menghubungi Gates dan Allen. Beserta segenap jajaran IBM, Sams lalu meminta Microsoft menciptakan sistem operasi bagi PC yang mereka kembangkan.

Sayangnya, Microsoft saat itu tidak memiliki produk apapun yang dapat digunakan di PC berbasis intel 8086. Namun, IBM terlalu berharga untuk dilewatkan. Microsoft lantas mengiyakan permintaan itu.

Demi memenuhi permintaan IBM, Microsoft lalu mendatangi Seattle Computer, perusahaan yang memiliki portofolio sistem operasi yang dapat dijalankan di PC berbasis Intel 8086 bernama QDOS alias Quick and Dirty Operating System. Untunglah, IBM tidak mengetahui Seattle Computer dan Seattle Computer tidak tahu kesepakatan antara Microsoft dan IBM.

Melalui sebuah negosiasi, Rich dalam bukunya itu mengatakan bahwa Microsoft membeli lisensi QDOS. Kesepakatan itu terdiri atas $10.000 untuk melisensi QDOS, $5.000 untuk source code, $10.000 untuk mendatangani perjanjian. Lalu, tidak lama kemudian, Microsoft membeli segala hak kepemilikan atas QDOS sebesar $50.000.

Selepas dimodifikasi, QDOS berubah jadi MS-DOS alias Microsoft Disk Operating System tepat pada bulan Agustus 1981. Ia merupakan sistem operasi non-grafik dan hanya dioperasikan melalui command line alias kode perintah. Pengalaman menggunakan MS-DOS masih bisa digunakan hingga seri Windows masa kini melalui program bernama Command Shell atau Command Prompt.

MS-DOS inilah yang kemudian diberikan pada IBM. Pada 12 AGustus 1981, PC IBM berbasis MS-DOS 1.0 meluncur ke khalayak.

Yang menarik, IBM tidak mengekang Microsoft untuk hanya menjual MS-DOS pada mereka. Microsoft diperbolehkan melisensikan MS-DOS pada pabrikan komputer lain. Selain itu, karena PC IBM dibuat atas chip Intel, banyak produsen lain yang mengekor membuat kloningan PC IBM.

IBM, yang merupakan raksasa di bidang komputer industri, menggenggam pasar komputer konsumen dengan mudah. Mereka hanya perlu satu tahun untuk mengejar ketertinggalan dari Apple. PC rancangan IBM, berikut penirunya, akhirnya bertebaran di pasaran.

Di tahun 1981, awal mula PC IBM meluncur, PC IBM berikut kloningan dari banyak produsen memiliki pangsa pasar sebesar 2,50 persen. Pada tahun 1983, pangsa pasarnya mencuat jadi 26,42 persen. Di tahun 1985, kekuatan PC IBM menjadi tak terelakan dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 55,78 persen pangsa pasar.

Di tahun di mana mereka akhirnya meluncurkan PC bersama IBM itulah Microsoft resmi jadi perusahaan sebagai Microsoft, Inc, di AS. Gates jadi presiden sementara Allen jadi executive vice-president.

Karena PC IBM dan kloningannya menggunakan MS-DOS, Microsoft kecipratan rejeki. Mereka pun didaulat jadi raja sistem operasi. Perolehan pangsa pasar PC IBM bisa pula disebut sebagai perolehan pangsa pasar Microsoft. Lalu, selepas sukses dengan MS-DOS, Microsoft meluncurkan Windows. Sistem operasi berbasis graphical user interface (GUI). Selepas IBM tak lagi memproduksi komputer bagi masyarakat umum, Windows tetap jadi penguasa di bidang PC. Mereka memperoleh pangsa pasar sebesar 88,78 persen di dunia PC di tahun 2018 ini.

Microsoft pun jadi roket utama yang meluncurkan dua pendirinya jadi bagian orang terkaya sejagat. Bill Gates kini punya kekayaan senilai $90,5 miliar, sementara Paul Allen punya harta sebesar $21,6 miliar.

Microsoft juga berlari melebihi prediksi Gates. Pada tahun 1981 saja, perusahaan itu punya 128 karyawan, yang didominasi oleh programmer. Angka yang jelas jauh lebih tinggi dari 50.

Baca juga artikel terkait MICROSOFT atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Ivan Aulia Ahsan