Menuju konten utama
Gearbox

Merger Honda-Nissan, Langkah Tepat di Tengah Disrupsi Teknologi?

Tantangan di dunia EV membuat Honda dan Nissan akhirnya merger, membuatnya menjadi grup otomotif terbesar ketiga di dunia berdasarkan penjualan kendaraan. 

Merger Honda-Nissan, Langkah Tepat di Tengah Disrupsi Teknologi?
Makoto Uchida (kiri), presiden dan CEO produsen mobil Jepang Nissan, berjabat tangan dengan Toshihiro Mibe (kanan), direktur, presiden, dan pejabat eksekutif perwakilan produsen mobil Honda, setelah konferensi pers di Tokyo pada 1 Agustus 2024. - Produsen mobil Jepang Honda, Nissan, dan Mitsubishi Motors telah menandatangani nota kesepahaman mengenai "kemitraan strategis" di sektor listrik dalam menghadapi tantangan bersama di bidang ini, ketiga kelompok tersebut mengumumkan pada 1 Agustus. (Foto oleh Richard A. Brooks / AFP)

tirto.id - Di tengah kencangnya gaung untuk bergerak ke arah elektrifikasi, otonomi, dan keberlanjutan, industri otomotif menghadapi tantangan yang tidak main-main. Para produsen senantiasa dituntut untuk beradaptasi, berkembang, dan berinovasi di tengah lanskap yang begitu dinamis.

Situasi ini membuat dua raksasa otomotif Jepang, Honda dan Nissan, seakan-akan berada di sebuah persimpangan. Mereka dihadapkan pada dua opsi: Mengarungi masa depan sendirian atau dengan bantuan dari sesamanya.

Pada 22 Desember 2024, muncul laporan bahwa kedua perusahaan ini sedang berada pada "tahap awal eksplorasi merger" untuk menghadapi tantangan yang muncul dari perkembangan kendaraan listrik. Menurut kabar tersebut, Honda dan Nissan direncanakan untuk memfinalisasi merger pada pertengahan 2025.

Kabar ini jelas menyita perhatian besar di jagat otomotif. Pasalnya, merger ini bakal menghasilkan grup otomotif terbesar ketiga di dunia berdasarkan penjualan kendaraan. Hanya Toyota dan Volkswagen yang lebih besar dari mereka.

Pada Selasa (24/12/2024), mengutip dari Reuters, kedua perusahaan akhirnya menandatangani MoU atau nota kesepahaman, mereka sepakat melakukan merger dan membentuk perusahaan induk baru pada Agustus 2026. Mereka optimistis merger ini dapat mencapai angka penjualan gabungan sebesar 30 triliun yen dan laba operasi lebih dari 3 triliun yen.

Apa yang Kita Ketahui Sejauh Ini

Merger Honda-Nissan terjadi pada masa krusial bagi kedua perusahaan. Nissan, yang pernah menjadi pelopor di pasar kendaraan listrik dengan peluncuran Nissan Leaf, kini kesulitan mempertahankan posisinya di tengah penurunan profit serta tekanan kuat dari Tesla dan perusahaan-perusahaan mobil listrik asal Tiongkok, khususnya BYD.

Honda, di sisi lain, bisa dibilang terlambat memasuki ruang EV. Ini agak ironis, karena mereka memiliki kemampuan engineering yang unggul serta rencana ambisius untuk netralitas karbon pada 2050.

Saat ini, Honda memang sudah memiliki beberapa produk kendaraan listrik. Mereka pun telah menjalin kerja sama dengan perusahaan lain seperti General Motors. Namun, harus diakui, rekam jejak Honda di segmen yang satu ini masih lemah.

Merger antara Honda dan Nissan tampak sebagai respons strategis terhadap tantangan ini. Berdasarkan laporan Nikkei Asia, kedua perusahaan ingin merampingkan operasi, mengurangi biaya, dan mempercepat pengembangan kendaraan listrik.

Mobil listrik Honda e:N1

Honda e:N1 atau HR-V Listrik. FOTO/Dok. Honda Thailand

Merger Honda-Nissan berpotensi jadi lebih kompleks lagi karena Mitsubishi, yang merupakan bagian dari Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi, dikabarkan ingin bergabung pula dalam merger ini.

Meskipun ide merger ini sekilas terlihat menjanjikan, mantan CEO Nissan, Carlos Ghosn, menyebutnya sebagai "langkah putus asa". Ghosn menyebut, kurangnya sinergi yang jelas antara kedua perusahaan dan tumpang tindih yang substansial dalam portofolio produk mereka bakal jadi kendala besar.

Ghosn pun menyarankan kepada Pemerintah Jepang untuk berpikir dua kali. Terlepas dari kritik tersebut, baik Honda maupun Nissan tampaknya berkomitmen untuk mengeksplorasi potensi manfaat dari kemitraan ini, termasuk platform kendaraan listrik bersama, pengembangan teknologi baterai bersama, dan optimalisasi rantai pasok.

Bagaimana Masa Depan Honda-Nissan Pascamerger?

Merger Honda-Nissan dapat secara signifikan mengubah dinamika industri otomotif global. Entitas gabungan tersebut akan memiliki skala, sumber daya, dan keahlian untuk bersaing lebih efektif melawan raksasa seperti Tesla, Volkswagen, dan Toyota. Namun, keberhasilan merger ini akan bergantung pada beberapa faktor, termasuk kepemimpinan, sinergi, dan penerimaan pasar.

Salah satu pertanyaan terbesar seputar merger ini adalah perusahaan mana yang akan muncul sebagai kekuatan dominan. Honda terkenal dengan keunggulan rekayasanya dan kehadiran yang kuat di pasar sepeda motor dan peralatan daya, sementara Nissan memiliki jejak global yang lebih luas di segmen mobil penumpang.

Integrasi kekuatan ini dapat menciptakan portofolio yang seimbang. Tantangannya lebih kepada bagaimana menyatukan budaya serta gaya manajemen yang tentunya sangat berbeda. Di sinilah kunci keberhasilan merger tersebut.

Apa yang menjadi perhatian utama, merger Honda-Nissan kemungkinan besar akan fokus pada elektrifikasi dan solusi mobilitas canggih. Baik Honda maupun Nissan sudah bekerja pada baterai solid-state generasi terbaru yang berpotensi merevolusi pasar kendaraan listrik dengan jarak tempuh lebih panjang, waktu pengisian daya yang lebih cepat, dan peningkatan keamanan. Pendekatan kolaboratif dapat mempercepat aplikasi teknologi ini secara komersial.

Selain itu, merger ini dapat memungkinkan pemanfaatan fasilitas produksi yang lebih efisien. Contohnya, Honda dapat memanfaatkan pabrik perakitan Nissan di Inggris untuk mempertegas kehadirannya di pasar Eropa.

Soal kompetisi, aliansi Honda-Nissan masih akan menghadapi tantangan signifikan dari pemain mapan dan pendatang baru. Dominasi Tesla di pasar kendaraan listrik tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, sementara produsen mobil Tiongkok semakin hari semakin besar berkat penjualan yang bahkan beberapa kali mampu melampaui Tesla.

Selain itu, rival tradisional seperti Toyota dan Volkswagen juga sedang banyak berinvestasi dalam elektrifikasi, otomatisasi, dan konektivitas. Bagi Honda-Nissan, kunci utamanya adalah mencari apa yang bisa membedakan mereka dengan para kompetitor melalui inovasi dan nilai yang jelas.

Mobil listrik Nissan LEAF

Mobil listrik Nissan LEAF. (ANTARA/Alviansyah Pasaribu/am)

Pelajaran Apa yang Bisa Dipetik?

Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari rencana merger Honda-Nissan. Pertama, skala dan kolaborasi bisa lebih menguntungkan ketimbang persaingan di era disrupsi teknologi seperti ini.

Besarnya biaya pengembangan kendaraan listrik, produksi baterai, dan integrasi perangkat lunak memungkinkan skenario seperti ini terlaksana. Kemitraan, baik melalui merger, usaha patungan, atau aliansi strategis, menjadi semakin diperlukan untuk tetap kompetitif.

Kedua, bagaimana merger bisa berhasil dan bisa pula gagal total. Sudah banyak kasus di mana merger justru berujung pada kesulitan baru seperti perkawinan Daimler-Chrysler yang tak harmonis karena Daimler kelewat dominan. Ada pula Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi yang remuk redam karena kecemburuan antarpabrikan serta skandal korupsi dan mismanajemen Ghosn yang menghebohkan industri otomotif pada 2018-2019.

Bagi Honda dan Nissan, serta perusahaan-perusahaan lain yang berpikir untuk melakukan merger, kunci keberhasilan adalah belajar dari pengalaman dan melakukan segalanya dengan peta jalan yang jelas, komunikasi terbuka, dan kemauan untuk beradaptasi.

Ke depan, mergen Honda-Nissan dapat menjadi sinyal awal dari tren yang lebih luas menuju konsolidasi di sektor otomotif. Saat ini, terutama dengan semakin maraknya elektrifikasi, semakin banyak pula pendatang baru yang menggoyang kemapanan para pemain tradisional. Kans para pemain tradisional untuk melakukan merger demi efisiensi serta peningkatan skala sangat terbuka.

Lanskap otomotif global bakal secara otomatis mengalami pergeseran besar-besaran. Jumlah jenama yang beredar di pasaran mungkin bakal sama saja tetapi jumlah perusahaan induk yang mengontrolnya akan semakin sedikit (tetapi ukurannya masing-masing akan semakin besar).

Langkah ini bisa jadi bakal sangat menguntungkan para produsen, tetapi apakah konsumen nantinya bakal mendapat manfaat besar pula? Ini yang masih harus diperhatikan.

Potensi meraih keuntungan bagi Honda dan Nissan dengan melakukan merger sangatlah besar. Merger ini memberi keduanya kesempatan untuk mendefinisikan ulang masa depan mereka dan memainkan peran utama dalam elektrifikasi mobilitas.

Baca juga artikel terkait MERGER atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Otomotif
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Irfan Teguh Pribadi