tirto.id - Di penjuru dasar samudera di dunia diperkirakan ada 3 juta lebih bangkai kapal karam dari berbagai zaman. Kapal-kapal itu menjadi buruan para pemburu harta karun yang berburu lintas negara, tak terkecuali di dasar perairan Indonesia.
Michael Hatcher hanya salah satu dari sederetan tokoh pemburu harta karun dunia. Ada nama lainnya seperti Luc Heymans. Keduanya terkenal lihai mengendus keberadaan barang berharga.
Barang-barang berharga di bangkai kapal di dunia termasuk Indonesia yang sukses diangkat ke permukaan hanya secuil. Media popularmechanics.com menulis kurang 1 persen kapal-kapal karam yang berhasil dieksplorasi. Nilai harta karun bawah laut dari kapal-kapal itu di seluruh dunia diperkirakan mencapai 60 miliar dolar AS atau sekitar Rp800 triliun. Angka ini belum termasuk nilai sejarah sebuah benda bawah laut seperti emas, perak, permata, tembaga, timah, peralatan, pedang, senjata, keramik, meriam, dan banyak lainnya.
Di Indonesia saja, nilai harta karun bawah laut diperkirakan mencapai 12,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp165 triliun. Semua kapal-kapal ini tentunya menjadi ladang menjanjikan bagi para pemburu harta karun.
Aksi Sang Pemburu Harta
Tantangan menjadi seorang pemburu harta karun adalah menemukan sebuah titik kecil dari hamparan dasar laut yang tak nampak mudah dengan kasat mata. Ibaratnya seperti mencari jarum dalam jerami.
Berbagai cara mereka tempuh untuk menemukan benda buruannya. Biasanya mereka melakukan studi pustaka dengan mencari-cari rute pelayaran kapal laut pada masa lampau lalu menganalisanya. Setelah yakin dengan lokasi, mereka turun ke lapangan dengan mengerahkan para penyelam untuk menemukan Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Para pemburu juga rajin mencari informasi dan menindaklanjuti temuan para nelayan yang tak sengaja menemukan BMKT saat menjaring ikan.
Salah satunya adalah peranan nelayan dalam mengungkapkan keberadaan sebuah harta karun dari penemuan bangkai kapal Cina peninggalan abad X di perairan Cirebon, Jawa Barat. Kapal yang menyimpan 271.384 item benda mengandung emas, permata, batu mulia rubi dan sapphire itu pertama kali diketahui oleh seorang nelayan lokal pada 2004. Benda-benda senilai 80 juta dolar AS itu akhirnya dilelang di Jakarta pada 2010 oleh Fadel Muhammad yang kala itu menjabat menteri kelautan dan perikanan. Sayangnya, proses lelang tak sukses karena tak ada peminat.
Proses pengangkatan kapal ini melewati proses yang panjang melibatkan 30 penyelam, dengan ribuan kali penyelaman selama periode Februari 2004-Oktober 2005. Motor dari pengangkatan ini adalah Luc Heymans pemburu harta karun yang menempuh cara legal. Selain dia, ada juga Michael Hatcher yang terkenal dengan aksi ilegalnya.
Hatcher "The Wreck Salvage King"
Sosok Hatcher memang membekas dengan ingatan orang Indonesia. Pemerintah Indonesia mencekal pemburu harta karun kawakan ini berkat aksinya yang kerap mengangkat harta karun tanpa izin. Semenjak keberhasilannya mengangkat harta karun ratusan miliar rupiah di perairan Riau dan Bangka pada akhir 1980-an hingga 1990-an, namanya langsung tersohor di kalangan para pencari harta karun, termasuk pemerintah Indonesia.
Pada 2007, Hatcher sempat dikabarkan berada di laut Jawa untuk mengulangi kesuksesannya mengeruk kekayaan bawah laut. Jaringan Konsorsium Penyelamat Aset Bangsa (KPAB) pada waktu itu mengendus adanya aktivitas pengangkatan harta karun oleh jaringan Hatcher di kawasan Pamanukan, Jawa Barat.
“Patut diketahui adanya jajaran oknum dari perusaaan tertentu yang menjadi sponsor Visa Michael Hatcher pada tahun 2007 untuk masuk Indonesia," kata Koordinator KPAB Endro Sadjiman dikutip dari Antara.
Hatcher mulai serius menekuni perburuan harta karun saat berusia 30 tahun. Perburuan harta karun pertamanya dimulai sejak 1970 dengan kapal tuanya. Sebelum berburu di Indonesia, Hatcher malang melintang di perairan Malaysia. Pada 1981 berhasil mengangkat isi kapal tenggelam di Malaysia, berselang empat tahun ia kembali mendulang sukses di Tanjung Pinang Indonesia. Ia mendapat julukan "The Wreck Salvage King" atau Raja Penyelamat Kapal Karam di kalangan pemburu harta karun.
Saat berhasil mengangkat kapal Geldermasen milik VOC di Karang Heliputan, Tanjung Pinang, pada 1985-1986, Hatcher mendapatkan 126 emas batangan dan 160 ribu benda keramik dinasti Ming dan Ching. Ia juga sukses mengangkat kapal Tek Sing di Perairan Kepulauan Bangka pada 1999 senilai Rp500 miliar.
Sementara itu, Luc Heymans berasal dari Belgia, merupakan pemilik Cosmix Underwater Research Ltd. Ia kenyang makan asam garam di dunia pengangkatan harta karun. Pengangkatan kapal karam di Cirebon 2004 lalu salah satu prestasi Heymans. Penemuan ini disebut-sebut sebagai penemuan harta karun paling berharga di perairan Pulau Jawa.
Para pemburu harta karun ini siapa pun sosoknya, legal atau ilegal, hanya punya satu kepentingan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari jerih payah mereka mencari kapal-kapal karam. Mereka tak berpikir soal apa esensi dari temuan-temuan mereka sebagai peninggalan cagar budaya sebuah bangsa.
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti