Menuju konten utama

Merasakan Pekatnya Debu di Proyek Asian Games dan MRT Senayan

Asap kendaraan membuat debu yang mengendap di aspal berhamburan di udara.

Merasakan Pekatnya Debu di Proyek Asian Games dan MRT Senayan
Operator mengoperasikan alat berat pada proyek penataan kembali bundaran Senayan di Jakarta, Senin (16/7/2018). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - Kali pertama berjalan di lajur pejalan kaki arah STC Mall Senayan menuju Bundaran Senayan bikin Bayu menggerutu. Ia merasa debu yang beterbangan ke udara kelewat pekat untuk dihirup hidungnya saban ingin mengambil napas

“Saya baru pertama kali lewat sini, jadi enggak bawa masker,” katanya kepada Tirto, Sabtu (21/7).

Bayu mengaku sengaja kawasan Bundaran Senayan karena ada tugas fotografi dari dosen di kampusnya. “Baru pertama kali dan langsung kaget, sangat terganggu.”

Proyek pembangunan MRT di Bundaran Senayan memang bikin debu di kawasan itu terasa pekat. Situasi ini diperparah dengan proyek revitalisasi taman di area Patung Pemuda Membangun dalam rangka menyambut perhelatan Asian Games yang mulai dilakukan sejak sepekan terakhir.

Pengamatan Tirto sebagian besar debu berasal dari truk yang menumpahkan tanah liat. Asap yang berhembus dari knalpot kendaraan besar seperti truk proyek dan bus kota berkontribusi menyebarkan debu ke segala penjuru. Situasi diperparah dengan banyaknya pohon yang ditebang di kawasan itu, sehingga debu proyek tidak tersaring dedaunan sama sekali.

Bukan cuma Bayu, Bella (21 tahun) yang saban hari kerja melintasi kawasan itu juga merasa terganggu dengan banyaknya debu di kawasan Bundaran Senayan.

“Saya setiap hari lewat sini, dan cukup terganggu. Jadi kurang ramah untuk pejalan kaki kalau terus menerus seperti ini,” katanya.

Kejar Target Asian Games

Joyo (50 tahun), salah seorang supervisor proyek revitalisasi taman di kawasan Patung Pemuda Membangun dan trotoar di Jakarta mengaku sedang dikejar target. Menurutnya proyek harus sudah selesai sebelum Asian Games diselenggarakan.

“Paling tidak sebelum Agustus harus sudah selesai,” katanya saat sedang mengawasi proses penumpahan tanah dari truk yang akan dijadikan taman di depan Patung Pemuda Membangun.

Proyek revitalisasi taman tersebut dikerjakan oleh kontraktor PT. SOWJ. Logo perusahaan tersebut juga terlihat di helm keselamatan yang ia kenakan. Meski sudah empat tahun mengerjakan proyek MRT di Bundaran Senayan, ia menolak anggapan banyaknya debu yang mengganggu pemandangan dan pernapasan akibat proyek yang ia awasi.

“Ini debu dari jalanan sebelah itu, mas,” katanya menunjuk trotoar di depan gedung Panin Bank.

Padahal dalam pengamatan reporter Tirto proyek yang digarap selama 24 jam tanpa henti ini turut andil dalam memproduksi debu yang bertebaran di udara. Hal tersebut terlihat jelas saat reporter Tirto melewati Jalan Sisingamangaraja dari arah Jalan Jenderal Sudirman pada Selasa, 17 Juli lalu, saat jam menunjukkan angka 23.30 WIB debu yang mengendap di jalan masih terasa pekat usai disapu truk besar.

Revitalisasi trotoar dari Jalan Jendral Sudirman menuju Bundaran Senayan, Jalan Pattimura menuju Jalan Sisingamangraja yang melewati sekolah fotografi Darwis Triadi, hingga Jalan Asia Afrika menuju Jalan Jenderal Sudirman juga berkontribusi terhadap endapan debu yang ada di jalan. Proyek pengerjaan revitalisasi trotoar ini digarap oleh banyak kontraktor. Salah duanya adalah PT Wijaya Karya (Wika) dan PT Krisna Stone. Hal tersebut terlihat dari beberapa pekerja yang menggunakan helm PT Krisna Stone dan beberapa tenda bergambarkan logo PT Wika.

Ipda Hapit Biantoro, seorang petugas lalu lintas di kawasan itu mengatakan proyek yang berlangsung di kawasan-kawasan tersebut tidak menimbulkan kecelakaan kendaraan bermotor. Meski begitu pejalan kaki seperti Bella dan Bayu berharap proyek segera selesai agar masyarakat bisa merasakan udara yang sehat dan bersih.

“Itu yang paling penting. Untuk kepentingan kesehatan dan kenyamanan warga juga,” kata Bella Bella sembari menutup mulut dan hidungnya dengan telapak tangan.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Muhammad Akbar Wijaya