Menuju konten utama

Menyiapkan Dana Darurat di Tengah Pandemi, Mungkinkah?

Idealnya, jumlah dana darurat adalah 6 sampai 12 kali pengeluaran bulanan.

Menyiapkan Dana Darurat di Tengah Pandemi, Mungkinkah?
Ilustrasi Asuransi Kesehatan. foto/istockphoto

tirto.id - Selain perkara kesehatan, pandemi turut pula membawa wacana soal dana darurat atau emergency fund. Di satu sisi, rasanya mustahil menyisakan pundi-pundi saat untuk memenuhi kebutuhan harian saja—apalagi jika ada cicilan—terasa berat. Namun, di sisi lain, kita perlu menyiapkan bekal untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

“Rentang disrupsi ini masih sangat tidak diketahui. COVID-19 dapat memberikan dampak bagi kita selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Semakin tidak stabil pendapatanmu dan semakin sulitnya memperoleh pekerjaan lain di industrimu saat ini, maka semakin besar dana likuid yang dibutuhkan,” ungkap perencana keuangan Kelly Crane, seperti dilansir Kompas.com.

Artinya, kita perlu segera menyiapkan sejumlah langkah, baik untuk bertahan dari krisis, menyiapkan diri menghadapi fase new normal, hingga menjalani skenario keuangan setelah pandemi berakhir. Pandemi memberi kita cukup banyak pelajaran dan alasan untuk berbenah diri, tak cuma dalam hal kesehatan tapi juga gaya hidup.

“Kalau tidak yakin bagaimana penghasilan kita, mau tidak mau harus ada penyesuaian gaya hidup,” kata perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie yang berbagi kiat mengatur keuangan di tengah pandemi dalam video live di Instagram bersama psikolog Analisa Widyaningrum (24/3).

Sama halnya dengan kewajiban maupun kebutuhan, dana darurat yang mesti disiapkan tiap orang atau tiap rumah tangga mustahil sama rata. Menurut OJK, dana darurat idealnya antara 6 sampai 12 kali pengeluaran bulanan, bergantung pada jumlah tanggungan dan pola konsumsi tiap orang, usia, pekerjaan, rencana pensiun, toleransi risiko, dan faktor lain.

Padahal pandemi ini membawa dampak amat besar bagi banyak orang. Bank Dunia memprediksi pandemi ini akan menambah jumlah penduduk miskin di Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, sampai 11 juta orang. Sementara itu, Kementerian Tenaga Kerja menyebut ada 3 juta orang yang di-PHK akibat pandemi ini.

Memandang Jauh ke Depan

Selain menyiasati pos-pos pengeluaran dan menentukan skala prioritas, dana darurat juga perlu “dijaga ketat” agar dana likuid ini tetap utuh dan nilainya terus bertambah. Salah satu cara untuk menjaganya adalah dengan memilih asuransi sesuai tujuan dan kemampuan finansial, apalagi di kondisi seperti sekarang.

Mengapa asuransi? Nini Sumohandoyo; Sharia, Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia, mengungkap bahwa kepemilikan asuransi bisa meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga. Selain itu, asuransi juga penting agar menjaga dana darurat tak tergerus untuk urusan kesehatan.

“Jadi banyak keluarga Indonesia yang terbantu ekonominya jika mereka memiliki asuransi jiwa apabila pencari nafkahnya meninggal dunia,” kata Nini (11/3).

Namun memilih asuransi harus tahu tujuannya. Apa yang jadi prioritas untuk dilindungi? Setiap asuransi punya manfaat masing-masing, dengan fokus yang berbeda pula. Sayangnya, memilih asuransi ini kerap bikin orang bingung.

Lantas bagaimana kalau kamu ingin mencoba punya asuransi? Pasti kamu bertanya apa asuransi yang terjangkau dan mudah dimiliki? PRUTect Care bisa jadi solusinya. Sekarang, kamu bisa memiliki perlindungan lengkap untuk meninggal dunia, meninggal dunia akibat penyakit menular termasuk COVID-19, manfaat harian rawat inap (non-ICU), manfaat perawatan ICU, manfaat cacat total akibat kecelakaan, dan manfaat meninggal dunia akibat kecelakaan. Mulai dari Rp 5.333 per bulan, dengan cara membayar kontribusi 8 bulan secara sekaligus untuk bisa memperoleh perlindungan selama 12 bulan. Untuk membeli produk ini, kamu bisa membelinya lewat aplikasi PULSE by Prudential, dan cukup mengisi data dan 1 pertanyaan tentang kesehatan.

Aplikasi PULSE diluncurkan di Indonesia pada Maret 2020, dan didukung oleh dua penyedia layanan kesehatan seperti Halodoc dan Babylon. Aplikasi ini bisa diunduh gratis di Google Playstore dan Apple App Store, dan bisa digunakan oleh semua pengguna, tidak hanya nasabah Prudential. Di aplikasi ini, pengguna bisa memanfaatkan banyak fitur, seperti pemeriksaan kesehatan, pengenalan gejala penyakit, hingga konsultasi dengan lebih dari 20.000 dokter yang tergabung di layanan HaloDoc.

Selain itu, banyak orang seolah diharuskan memilih antara asuransi atau investasi, apalagi jika dana terbatas. Seakan jika kamu tak punya uang dan memilih untuk berinvestasi, maka kamu tak bisa membeli asuransi. Begitu pula sebaliknya. Padahal ada produk-produk asuransi yang juga bisa berjalan beriringan dengan investasi. Contoh jenis asuransi yang punya komponen investasi salah satunya adalah PRUlink Generasi Baru (PGB) dan PRUlink Syariah Generasi Baru (PSGB).

Saat ini, kesehatan bisa jadi prioritas untuk dilindungi. Memiliki asuransi kesehatan yang mumpuni, terutama di tengah pandemi, tentu membuat kita lebih tenang karena apa pun yang terjadi kondisi keuangan maupun dana darurat tak akan terganggu oleh biaya berobat. Bayangkan jika kamu tidak punya asuransi, dan kesehatanmu terganggu. Bisa-bisa semua uang dan aset ludes untuk membiayai pengobatan. Produk asuransi jiwa PGB dan PSGB juga memberimu keleluasaan untuk memilih produk asuransi tambahan. Salah satunya adalah PRUPrime Healthcare Plus (PPH Plus) dan PRUPrime Healthcare Plus Syariah (PPH Plus Syariah) yang memberikan pembayaran manfaat asuransi kesehatan sesuai tagihan rumah sakit (untuk sebagian besar manfaat) dan memiliki jangkauan hingga ke seluruh dunia (sesuai plan yang dipilih).

Prudential pada akhirnya memang menawarkan apa yang dibutuhkan masyarakat Indonesia pada saat ini. Asuransi untuk rasa tenang dan menjaga kesehatanmu serta tak akan menggerus dana simpanan, investasi untuk persiapan di masa-masa sulit, dan aplikasi canggih yang bisa memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kesehatan.

Hari-hari belakangan memang penuh dengan ketidakpastian. Alih-alih pasrah, kita masih punya kesempatan untuk merancang masa depan yang lebih menjanjikan. Dengan perencanaan keuangan jangka panjang yang baik, termasuk menabung, membeli asuransi, juga berinvestasi, masa depan tidak akan terasa begitu menakutkan.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis