Menuju konten utama

Menyapa Publik Lewat Vlog, Cara BTP Menyindir Kebijakan Anies

Dalam beberapa hari terakhir, BTP mengunggah 2 vlog di channel Youtube-nya. Isinya jalan-jalan ke Lapangan Banteng dan MRT, dua fasilitas yang terkait dirinya saat menjabat.

Menyapa Publik Lewat Vlog, Cara BTP Menyindir Kebijakan Anies
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias BTP menunjukkan kartu keanggotaan PDIP seusai berkunjung ke kantor DPD PDIP Provinsi Bali, Denpasar, Bali, Jumat (8/2/2019). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/ama.

tirto.id - Basuki Tjahaja Purnama, yang kini ingin disapa BTP, mulai sering muncul ke publik setelah bebas dari penjara. Setelah memutuskan bergabung dengan PDI Perjuangan, mantan Gubernur DKI Jakarta ini berulang kali muncul di depan publik dan mengunggah video kemunculannya di akun Youtube, Panggil Saya BTP.

Di akun tersebut, Ahok sudah mengunggah 10 video, dan dua di antaranya adalah yang bikin publik geger: berkeliling di Lapangan Banteng dan menaiki MRT Jakarta.

Kedua fasilitas publik itu memang tak bisa dilepaskan dari BTP. Sebagai bekas gubernur, BTP jelas punya peran merenovasi Lapangan Banteng dan terlibat dalam perencanaan Mass Rapid Transit (MRT).

Dalam video kunjungan ke Lapangan Banteng, BTP bercerita bagaimana lapangan itu direnovasi dengan dibiayai dana kompensasi dari pengembang.

"Yang paling penting itu patungnya menonjol, dulu orang lewat sini mungkin kurang memperhatikan Patung Pembebasan Irian Barat ini. Ini memang bagus banget konsep dan master plannya," kata BTP dalam vlognya.

Tak hanya menjelaskan tentang renovasi, BTP juga menyempatkan berbincang dengan seorang penjual kerak telor, makanan khas Betawi, di Lapangan Banteng. Pedagang tersebut ternyata pernah diberangkatkan BTP saat menjadi Gubernur DKI ke Maroko dalam acara festival kuliner.

Percakapan menarik juga terjadi dengan BTP dan tukang kerak telor tersebut.

"Pak Ahok, saya ucapkan terima kasih dulu saya diberangkatkan ke Maroko," kata si pedagang.

"Wah, enggak ingat saya," ucap BTP.

"Dagang di Balai Kota sekarang sudah enggak bisa lagi. Kurang diperhatikan. Saya diangkut terus sama penertiban. Enggak dikasih tempat, padahal dari tahun 70-an saya di Lapangan Banteng. Saya, kan, orang Kemayoran."

"Dulu, kan, ada tempat jualan?" tanya BTP.

"Enggak ada Pak. Sudah enggak ada."

"Harusnya, kan, boleh, diatur gitu, loh. Atau ramai-ramai bikin surat [Pemprov] untuk disediakan tempat dagang. Di luar negeri, tempat wisata kaya gini ya ada tempat dagang," balas BTP memberikan masukan.

Tak beda jauh dari video kunjungan ke Lapangan Banteng, video BTP naik MRT bersama putra sulungnya, Nicholas Sean Purnama, juga berisi komentar BTP terhadap fasilitas publik tersebut.

BTP bahkan memuji transportasi massal yang sedang digandrungi warga DKI ini lebih bagus daripada MRT di negara lain.

"Mungkin karena masih baru. Toilet juga bersih. Negara lain belum tentu toiletnya bersih. Mudah-mudahan rutenya bisa terus ke Utara, Timur, Barat," kata BTP.

Di akhir video, ia berjalan di sepanjang trotoar Bundaran HI dan menyapa para warga Jakarta yang lewat.

Di Mata Para Legislatif

Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan, Dapotan Sinaga, menilai kemunculan vlog BTP yang membicarakan fasilitas dan kebijakan Pemda DKI Jakarta adalah hal yang wajar dan tak bermasalah.

Ia tak menganggap pembicaraan BTP dan pedagang kerak telor di Lapangan Banteng, sebagai sindiran keras. Ia balik sepakat dengan pendapat pedagang kerak telor, agar nasib pedagang makanan khas Betawi itu tak kian tersingkirkan.

"[Justru] Bisa nambah pelajaran bagi Pak Anies agar bisa memperbaiki kinerja demi bekerja untuk warga Jakarta," kata Dapotan saat dihubungi wartawan Tirto, Kamis (11/7/2019) malam.

"Kerak telor, menjadi simbol untuk menarik para wisatawan. Jangan dihilangkan," katanya.

Dapotan pun menyarankan Anies menerima masukan BTP. "Kritik itu enggak selamanya mendiskreditkan, apalagi wajar beliau adalah mantan gubernur," tambahnya.

Sementara itu, anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi Partai Gerindra, Syarif menilai vlog BTP soal Lapangan Banteng dan MRT adalah cara bekas Bupati Belitung Timur itu bernostalgia.

"Ya namanya nostalgia, biarin saja," kata Syarif, Kamis sore.

Namun, Syarif mengklaim ia sudah mendengar suara warga Jakarta yang merasa Jakarta saat ini lebih baik dari eranya Ahok. "Buat warga Jakarta sudah lebih baik dari era Ahok," klaim Syarif.

Cara Baru Memberi Kritik

Pada sisi lain, pengajar ilmu politik UIN Jakarta, Adi Prayitno menilai kemunculan BTP lewat vlog itu sebagai cara baru dalam berpolitik. Menurut Adi, membahas isu politik atau kebijakan seperti demikian memang sedang ramai dilakukan banyak orang, tanpa harus memasang wajah arogan.

"Melakukan kritik dan sindiran saat ini bisa lewat cara yang lebih luwes, melalui media sosial, terlebih vlog. Belakangan banyak orang ngomongin isu-isu politik dan kebijakan yang sensitif lewat medium seperti itu," kata Adi saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (11/7/2019) sore.

Menurut Adi, ada dua makna yang sedang dilakukan BTP dengan vlognya: kritik tanpa menggunakan ranah formal dan cara menyindir suksesornya, Anies Baswedan.

"Ahok memilih jalur itu. Comeback ke dunia politik, namun ia tetap jaga stamina dengan menggunakan cara yang lebih cair. [Juga menyidir] Seakan-akan kebijakan saat ini berbeda dengan kebijakan saat dia saat menjabat," katanya.

Baca juga artikel terkait BTP atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Politik
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Mufti Sholih