tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan krisis ekonomi di Turki seharusnya tidak berdampak besar terhadap perekonomian Indonesia. Karena itu, dia meyakini dampak krisis Turki terhadap pelemahan rupiah merupakan efek sementara akibat persepsi sesaat pelaku pasar.
Nilai tukar rupiah hari ini terhadap dolar AS tercatat melemah hingga level Rp14.612 bersamaan dengan jebloknya kurs Lira, mata uang Turki. Namun, kata Darmin, krisis ekonomi Turki yang dipicu oleh perseteruan negara itu dengan AS semestinya tidak berdampak panjang terhadap rupiah.
Darmin mengingatkan pelemahan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap Dolar AS sebenarnya telah dialami oleh sejumlah negara sebagai akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang seringkali kontroversial.
"Sebenarnya bukan hanya rupiah, kepada semua emerging market. Itu apa namanya, sebenarnya euforia saja menurut saya, mestinya enggak [krisis Turki berpengaruh ke Indonesia]. Aneh saja," kata Darmin di Jakarta, Senin (13/8/2018).
Trump baru saja melancarkan sentimen negatif terhadap Turki dengan menaikkan tarif bea impor produk alumunium dari negara itu sampai 20 persen dan untuk produk baja 50 persen. Kebijakan itu diumumkan Trump ke publik melalui akun Twitternya pada Jumat (10/8/2018).
Hal itu, membuat pelemahan parah nilai tukar Lira terhadap dolar AS. Mata uang Lira melemah terhadap dolar AS hingga 18 persen dan berada di titik terendah sejak 2001. Sepanjang tahun ini, mata uang Lira telah melemah hingga 40 persen, sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran atas pengaruh Erdogan terhadap ekonomi, seruan berulang terkait kebijakan suku bunga rendah dalam menghadapi inflasi tinggi, dan hubungan Turki dengan AS yang memburuk.
"Urutannya barangkali yang paling besar pengaruhnya [pelemahan kurs] adalah Turki, kemudian Rusia, Brasil. Nah, begitu dinaikan khusus ini [tarif impor baja dan alumunium], bukan urusan perang dagang seperti dengan Cina, sama Eropa," kata Darmin.
Menurut Darmin, kebijakan Trump soal penaikan tarif impor untuk dua produk dari Turki tersebut lebih bernuansa setimen politik ketimbang perang dagang.
"Biasalah ini soal Trump, itu tiba-tiba beberapa minggu lalu bilang, dua minggu atau seminggu lalu, ada pastor [pendeta evangelis Andrew Brunson] di sana, di Turki yang ditahan, diadili barangkali, enggak tahu saya, yang dianggap terlibat kudeta dulu [upaya kudeta tahun 2016] itu," ujar Darmin.
Menurut dia, Trump berupaya mendesak Turki membebaskan Andrew Brunson dengan mengancam akan menaikkan tarif bea impor baja dan alumunium dari negara itu. Tapi, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengabaikan desakan tersebut.
"Beneran, dua hari lalu dinaikkan bea masuk baja, alumunium dari Turki ke AS. Kepada Turki itu memang ada hal-hal yang khusus di sana, sehingga dia kena dampak yang enggak mesti berlaku kepada negara-negara lain," kata Darmin.
Dia menambahkan sentimen kebijakan AS terhadap Turki tersebut seharusnya bersifat khusus dan tidak berdampak signifikan ke negara lainnya, seperti Indonesia.
"Masalahnya adalah setelah dia [Turki] kena, kemudian orang mulai bilang, oh ini imbasnya bisa besar macam-macam begitu," ujar Darmin.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom