Menuju konten utama

Menristekdikti Ingin Perguruan Tinggi Lebih Inovatif

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyatakan perguruan tinggi (PT) jangan hanya sebagai ladang bisnis semata tapi mampu melahirkan inovasi, kreatifitas, dan berdaya saing di tengah pasar bebas.

Menristekdikti Ingin Perguruan Tinggi Lebih Inovatif
Menristekdikti Mohamad Nasir. Antara Foto/Yusran Uccang

tirto.id - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyatakan perguruan tinggi (PT) jangan hanya sebagai ladang bisnis semata tapi mampu melahirkan inovasi, kreatifitas, dan berdaya saing di tengah pasar bebas.

"Harus mampu memberikan persaingan, inovasi, meningkatkan kualitas serta mampu bersaing pada percaturan bisnis dunia," kata Mohamad Nasir di Tangerang, Banten, Kamis, (16/3/2016).

Saat ini, di Indonesia terdapat sebanyak 134 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan sekitar 4.200 Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Menurut Mohammad Nasir, hal itu seharusnya bisa menjadi pendorong perubahan kemajuan tekonologi dan bisnis.

“Jangan jadi penonton di negeri sendiri dalam menghadapi persaingan pasar bebas,” tegas Mohammad Nasir.

Pasar bebas tidak saja tingkat ASEAN, melainkan Asia dan Eropa. Mohammad Nasir mencontohkan, perguruan tinggi di Singapura berhasil menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara di Eropa.

Sehubungan dengan hal itu, menurut Mohammad Nasir, perguruan tinggi perlu membuka program bisnis pariwisata, dengan peluang usaha yang lebih lebar terhadap lingkungan sekitar, tidak hanya hotel dan jasa perjalanan.

Semua itu diungkapkan Mohammad Nasir dalam acara peresmian Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Prasetiya Mulya menjadi Universitas Prasetiya Mulya di Kawasan Serpong, Tangerang. Perubahan STIE menjadi universitas berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menristekdikti No.87/KPT/I/2015.

Secara khusus, pada Universitas Prasetiya Mulya, Mohammad Nasir berpesan agar universitas lebih memperhatikan mahasiswa yang kurang mampu dari segi ekonomi supaya bisa menempuh pendidikan hingga tamat.

"Bila perlu memberikan beasiswa kepada mereka apalagi terhadap mahasiswa yang berprestasi tapi orang tuanya tidak mampu," saran Mohammad Nasir.

Senada dengan Menristekdikti, Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Prof Djisman Simandjuntak mengatakan seiring dengan fenomena yang terjadi secara global, Indonesia memerlukan reformasi pola pendidikan. Maka, universitas harus menjadi katalisator untuk kehidupan yang lebih baik, tidak hanya saat ini, tapi juga masa depan.

Djisman menambahkan, Univesitas Prasetiya ingin mempelopori reformasi pendidikan itu melalui kolaborasi antardisiplin ilmu dan saling melengkapi satu sama lain. Universitas Prasetiya Mulya berencana membuka sembilan program studi untuk Srata Satu (S-1) yakni bisnis pariwisata, hukum bisnis internasional, enonomi bisnis, matematika bisnis, perangkat lunak teknologi, teknologi komputer, produk rancang teknologi, teknologi pangan dan energi teknologi.

Program ini diharapkan sejalan dengan semakin ketat persaingan tenaga kerja dan pasar pasca MEA. Djisman menyadari, profesional dan wirausahawan Indonesia dituntut agar bisa memproyeksikan atmosfer bisnis masa depan. (ANT)

Baca juga artikel terkait MASYARAKAT EKONOMI ASEAN atau tulisan lainnya

Reporter: Mutaya Saroh