tirto.id -
Airlangga menambahkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri juga akan melompat sebesar satu hingga dua persen jika industri sudah memasuki era tersebut.
"Itu berdasarkan studi dari McKinsey, dan dari 17 juta itu, sebanyak empat juta akan berada di sektor industri, sisanya ada di sektor jasa penunjang industri, sehingga itu peluang sangat terbuka untuk kita," ujarnya di Jakarta, Jumat (5/4/2019).
Airlangga juga mengatakan, karena itu lah, kementerian perindustrian mendorong wirausaha atau UKM dalam ekosistem ekonomi digital masuk ke pasar e-commerce melalui program e-Smart IKM yang telah dicanangkan sejak 2017 lalu.
Hal ini merupakan salah satu langkah untuk mendukung implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, salah satunya melalui UMKM.
"Era ekonomi digital ini memberikan peluang tak terbatas bagi para entrepreneur. Kalau berdasarkan pengalaman di era revolusi industri ketiga, yang menjadi entrepreneur itu hanya mereka yang usianya sudah 39 tahun ke atas. Tetapi dengan ekonomi digital, yang sudah menjadi entrepreneur, usianya bisa lebih muda lagi sekitar 20 tahun," imbuhnya.
Airlangga mencontohkan, saat ini Indonesia sudah mempunyai empat unicorn atau perusahaan rintisan (startup) yang nilai valuasinya lebih dari USD1 miliar. Tiga di antaranya diciptakan oleh anak muda Indonesia.
"Kalau kita lihat Bukalapak, diciptakan oleh dua sampai tiga orang anak muda dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Pendiri Tokopedia juga masih muda. Bahkan, salah satu startup yang berpotensi menjadi unicorn baru ternyata diciptakan oleh mahasiswa," ucap politikus partai Golkar tersebut.
Untuk menumbuhkan startup baru serta memacu pembangunan industri digital di Tanah Air, pemerintah mendukung program Apple Developer Academy yang telah meluluskan 166 wisudawan.
Mereka merupakan mahasiswa yang mengikuti program pengembangan aplikasi berbasis sistem operasi iOS selama satu tahun, dan telah menghasilkan program yang sudah bisa dilihat di App Store.
Lulusan Apple Developer Academy ini sudah world class, klaim Airlangga, sudah setara dengan lulusan di Silicon Valley, Amerika Serikat.
Setelah lulus dari program ini, mereka bisa memilih untuk bekerja di Apple atau menjadi entrepreneur, karena program yang mereka buat langsung bisa dijual di App Store.
"Sekarang Apple Developer Academy membuka gelombang kedua dengan peserta lebih dari 200 orang, dengan background macam-macam, tidak hanya dari teknologi informasi,” ungkapnya.
Airlangga mengemukakan, fasilitas Apple Developer Academy tersebut sudah dibuka di BSD City, Tangerang, Banten.
Ini menjadi yang pertama di Asia dan ketiga di dunia setelah Brasil dan Italia. Selanjutnya, Apple Developer Academy akan dibangun di Surabaya dan Batam.
Selama mengikuti pelatihan, 166 siswa tersebut telah menghasilkan 33 aplikasi yang sudah tersedia di App Store. Beberapa di antaranya aplikasi soal donor darah, aplikasi mencari masjid terdekat, aplikasi AI untuk mencari pekerjaan, hingga aplikasi tentang travelling.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Nur Hidayah Perwitasari