tirto.id - Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson diumumkan mengundurkan diri, pada Senin (9/7/2018). Dia menambah daftar pejabat kabinet Perdana Menteri Theresa May yang mundur pada 24 jam terakhir.
Menteri Brexit David Davis dan deputinya Steve Baker telah lebih dulu mundur pada Minggu malam kemarin (8/7/2018), waktu Inggris.
"Perdana Menteri menerima pengunduran diri Menteri Luar Negeri Boris Johnson, pada sore ini. Pengganti Boris akan diumumkan dalam waktu dekat. Perdana Menteri berterima kasih atas kinerja Boris selama ini," demikian pernyataan resmi Kantor Perdana Menteri Theresa May, seperti dilansir The Guardian.
Johnson dan Davis merupakan politikus penting dari kubu Leave, yang sangat mendukung keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) saat referendum pada 2016 lalu. Setelah Davis mundur, tersiar kabar bahwa Johnson mendapat desakan dari koleganya untuk mengikuti jejak rekannya itu.
Sebagai tokoh berpengaruh di kubu Leave, kepergian Johnson yang merupakan politikus kuat di Partai Konservatif dinilai sejumlah pihak dapat memicu krisis pada pemerintahan Theresa May.
Mereka mundur tak lama setelah May meminta dukungan kabinetnya untuk menyetujui agar Inggris tetap menjalin hubungan dagang erat dengan Uni Eropa, sebagai tindak lanjut dari Brexit. Kabinet May sudah menyetujui permintaan itu pada pertemuan di Chequers, sebuah tempat tetirah resmi Perdana Menteri Inggris, pada Jumat (6/7/2018).
Persetujuan kabinet itu dikabarkan didahului perdebatan sengit. Davis dan sejumlah koleganya di kabinet mendesak Inggris untuk lepas total dari Uni Eropa.
Sementara kubu lain di kabinet mendukung suatu pendapat yang disebut dengan "Brexit Lunak", yakni mempertahankan hubungan dagang erat dengan Uni Eropa melalui serikat pabean dan pasar tunggal.
Davis, dalam sebuah wawancara dengan BBC, mengkritik pendekatan Theresa May dalam proses negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Dia menilai May mengizinkan negosiator Inggris "memberikan terlalu banyak, dengan terlalu mudah" untuk Uni Eropa.
Dalam surat pengunduran dirinya kepada PM May, Davis menyatakan rencana membuat "buku aturan umum" yang akan mematuhi ketentuan Uni Eropa tentang perdagangan bebas akan membuat upaya mengembalikan kedaulatan Inggris menjadi "ilusi."
Sementara Johnson, dalam surat penguduran dirinya yang ditujukan kepada PM May, menyatakan "Brexit seharusnya menjadi kesempatan dan harapan, peluang untuk melakukan hal yang berbeda, tapi mimpi itu kini dilenyapkan oleh karaguan yang tidak perlu," demikian dilansir BBC.
Dia menilai keputusan penting, termasuk skenario "tidak ada kesepakatan", telah ditunda dengan sesuatu, yang menurut pernyataan Johnson, berupa "menuju semi-brexit, dengan mayoritas sektor ekonomi masih terkunci dalam sistem Uni Eropa, sementara Inggris tak mengendalikan sistem itu."
Adapun Theresa May sudah memutuskan nama pengganti Davis. Dominic Raab, yang pernah menjabat menteri perumahan, ditunjuk sebagai menteri Brexit yang baru.
Editor: Addi M Idhom