tirto.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan penyaluran kredit harus kembali ditingkatkan. Menurut dia, apabila pertumbuhan kredit masih lemah, sulit berharap ada dorongan signifikan bagi perekonomian Indonesia.
“Kalau dua-duanya (tidak berani), korporasi tidak berani mengambil kredit. Bank tidak berani memberi kredit maka ekonominya akan pingsan,” ucap Sri Mulyani dalam acara bertajuk “Business, Finance & Accounting Conference”, Selasa (8/12/2020).
Sri Mulyani mengatakan saat ini pertumbuhan kredit terus melemah yang berada di kisaran 0 persen. Per Oktober 2020, pertumbuhan kredit terus melambat hingga terkontraksi 0,47 persen.
Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, pertumbuhan kredit yang terus melemah menggambarkan aktivitas ekonomi terhambat dan uang tidak banyak berputar untuk hal produktif. Ia bilang perlu ada upaya agar korporasi dapat kembali melakukan bisnisnya lagi sementara bank tetap dapat menyalurkan kredit lagi secara hati-hati.
Sri Mulyani meyakini, peran pemerintah ada batasnya. APBN sendiri tidak bisa melulu memiliki defisit di atas 3 persen seperti tahun 2020 (6,34 persen PDB) dan 2021 (5,7 persen PDB). Karena keterbatasan itu, ia berharap dunia usaha dapat mulai bergerak.
“Kalau terlalu lama pingsan, ekonomi juga akan pingsan. Artinya sektor keuangan harus mulai memberi kredit. Korporasi harus kembali mengambil kredit,” ucap Sri Mulyani.
Sri Mulyani bilang pemerintah bersama Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) tengah mencoba memformulasikan kebijakan untuk mendorong pemulihan ekonomi, terutama mendorong kembali kredit. Antara lain restrukturisasi kredit, subsidi bunga sampai penjaminan kredit.
Dia berharap sejumlah kebijakan yang telah ditelurkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) dan pemerintah sendiri dapat meyakinkan pelaku usaha dan sektor keuangan untuk segera berktivitas lagi dan menyalurkan kreditnya.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan