tirto.id - Untuk mengantisipasi virus Corona jenis baru atau dikenal dengan istilah COVID-19, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal Korea Selatan, Genexine Inc.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan bahwa uji klinis II dimulai pada Oktober 2020 ini pada Rapat Kerja Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan Menteri Luar Negeri.
Genexine Inc mengembangkan vaksin untuk COVID-19 dengan nama GX 19. Perusahaan tersebut menggandeng PT Kalbe Farma Tbk untuk pelaksanaan uji klinis di Indonesia.
Dua perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan itu pun ternyata telah membangun kerja sama sejak 2017 dengan mendirikan perusahaan gabungan PT Kalbe Genexine Biologics (KGBio). Tujuan kerja sama ini salah satunya adalah untuk pengembangan obat-obatan dan vaksin.
“Kerja sama pengembangan vaksin COVID-19 merupakan kontribusi Kalbe dalam membantu pemerintah mengatasi pandemic COVID-19 di Indonesia,” ujar Sie Djohan, Direktur Kalbe Farma Tbk, dikutip dari situs resminya.
“Kalbe berharap melalui upaya penelitian dan pengembangan COVID-19, vaksin akan cepat hasilnya sehingga ketersediaan vaksin di Indonesia bisa terjamin,” lanjutnya.
Vaksin GX 19 merupakan calon vaksin COVID-19 yang dibuat oleh konsorsium sejumlah perusahaan.
Genexine Inc menjadi perusahaan yang mengoordinasi, sementara perusahaan lain yang bergabung dalam pembuatan vaksin ini antara lain Binex, International Vaccine Institute (IV), GenNBio, Korea Advance Institute of Sciences and Technology (KAIST), dan Pohang University of Science and Technology (POSTECH) sebagaimana ditulis dalam situs Covidvax.
Calon vaksin ini pun telah mengantongi persetujuan dari Kementerian Keamanan Makanan dan Obat Korea Selatan sejak 11 Juni 2020 lalu untuk uji coba Fase I/ IIa (NCT04445389) untuk menilai GX 19 tersebut.
Percobaaan Vaksin Genexine
Percobaan tahap pertama telah dilakukan pada 40 sukarelawan sehat, diikuti oleh evaluasi Tahap IIa. Percobaan kedua dilakukan kepada 150 pasien.
Vaksin ini pun telah dilakukan pada primata, dan terbukti mampu menghasilkan antibodi untuk menetralkan virus COVID-19. Oleh karenanya, pengujian berlanjut pada percobaan terhadap manusia.
Dilansir dari Korea Biomed, enam primata yang telah dimodelkan dengan infeksi COVID-19 di Institut Penelitian Biosains dan Bioteknologi Korea (KRIBB) menjadi subjek dalam uji coba vaksin GX 19 tersebut.
Para peneliti memberikan vaksin kepada satu monyet dan dua lainnya berupa perawatan yang akan dibandingkan dengan kelompok kontrol dari tiga monyet lainnya.
Seekor monyet yang disuntik dengan kandidat pengobatan CT-P59 tidak menunjukkan virus COVID-19 aktif setelah 24 jam pemberian. Sementara itu, monyet kedua yang disuntik dengan vaksin DNA Gx 19 tidak mengalami demam, berlawanan dengan kelompok kontrol.
Setelah 48 jam kemudian, para peneliti pun tidak mendeteksi adanya virus di saluran pernapasan bagian atas yang merupakan jalur utama infeksi. Pihak KRIBB tidak mengungkap hasil uji coba ketiga dengan perlakuan kedua.
“Model infeksi primata yang diverifikasi oleh KRIBB menunjukkan penurunan limfosit mirip dengan pola infeksi klinis. Namun, monyet yang diuji dengan GX-19 menunjukkan adanya pengurangan limfosit yang lebih lambat daripada kelompok kontrol dan pulih lebih cepat,” papar Kim Sung-joo, CEO GenNBio, anak perusahaan Genexine.
Di sisi lain, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Peny K. Lukito memaparkan bahwa terdapat dua opsi yang dapat dipilih Indonesia dalam mengembangkan vaksin COVID-19, demikian dikutip dari Setkab.
Pilihan yang pertama adalah dengan mengembangkan vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Sementara opsi kedua adalah dengan melakukan kerja sama internasional. Kerja sama ini ada di bawah bantuan BPOM antara lain kerja sama Sinovac dengan Biofarma, Sinopharm, dan Kimia Farma dengan Group 42 (G42) dari Uni Emirat Arab (UEA), dan Genexine dengan Kalbe Farma.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dhita Koesno