Menuju konten utama

Mengenal Tuberculosis Alias TBC, Gejala, dan Pencegahannya

TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, dan menyerang paru-paru.

Mengenal Tuberculosis Alias TBC, Gejala, dan Pencegahannya
Ilustrasi infeksi paru-paru. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Tuberkulosis atau yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis.

Terkait penyakit menular ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani pernah menyampaikan bahwa, Indonesia berkomitmen untuk menekan dan menghilangkan penyakit tuberkulosis (TB), sehingga tahun 2030 bisa terbebas dari TB sesuai target The Sustainable Development Goals (SDGs).

“Melalui berbagai upaya ini, pemerintah berharap Indonesia bisa terbebas dari TB pada tahun 2030 sesuai target SDGs," ujar Menko PMK dalam High Level Meeting on The Fight to End Tuberculosis di New York pada hari Rabu (26/9/2018) lalu.

Hal ini beriringan dengan data Pusat Data Informasi Kementerian Kesehatan RI, secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk.

Indonesia masuk dalam lima negara dengan insiden kasus tertinggi bersama India, Cina, Filipina, dan Pakistan. Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia Tenggara (45 persen), di mana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya, dan 25 persennya terjadi di kawasan Afrika.

Masih dari data Riskesdas, badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban tinggi/high burden countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3 indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDR-TBC. Terdapat 48 negara yang masuk dalam daftar tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satu daftar tersebut, atau keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya.

Selain itu, Indonesia bersama 13 negara lain juga masuk dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya, Indonesia memiliki permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TBC.

TBC bisa menyerang bagian tubuh mana pun, tetapi paru-paru yang paling sering. Lalu apa saja gejala yang dapat terlihat?

Dilansir dari NSW Health, gejala yang mungkin didapatkan pengidapnya dapat terlihat dari: batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu, demam, berat badan turun tanpa sebab, keringat malam, senantiasa lelah, nafsu makan berkurang, dahak dengan bercak darah, atau sakit dan bengkak di bagian yang terkena, bagi TBC yang di luar paru-paru.

Orang yang kerap kali dan lama bergaul dengan pengidap TBC di paru-paru atau saluran napas yang menular dapat tertular penyakit ini.

Selain itu, orang yang menderita kanker, Lymphoma atau Hodgkin, yang memakai obat yang mempengaruhi system ketahanannya misalnya corticosteroids, cyclosporine atau obat kemoterapi, yang mengidap HIV/AIDS atau yang telah mengidap penyakit menahun juga rentan tertular karena ketahan tubuhnya melemah.

Penyakit ini dapat tersebar lewat udara bila orang yang mengidap TBC di paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin atau berbicara dan ‘mengirimnya’ ke udara, dan kalau kuman ini terhirup orang lain, dia bisa terkena infeksi. TBC juga dapat menyebar dari pergaulan yang sering dan lama, seperti dengan anggota keluarga atau teman.

Namun, TBC tidak tersebar dari alat rumah tangga, misalnya sendok garpu, piring mangkuk, gelas, seprai, pakaian atau telepon.

Guna mencegah penyebaran virus ini, pengidap TBC di paru-paru diminta untuk menutupi hidung dan mulutnya apabila mereka batuk atau bersin. Pengidap TBC menular di paru-paru juga dipisahkan dari orang lain sampai penyakitnya dipastikan tidak bisa menulari lagi.

Adapun untuk pengobatan dilakukan hal berbeda antara Infeksi TBC dengan Penyakit TBC. Untuk Infeksi TBC, dokternya bisa menyarankan sederet tablet (tindakan pencegahan) atau secara berkala memantaunya dengan potret sinar X.

Dan untuk pengobatan penyakit TBC, diobati dengan gabungan antibiotika khusus setidaknya 6 bulan. Antibiotika TBC ini diminum di bawah pengawasan perawat klinik dada guna memperhatikan dampak sampingnya dan meyakinkan pengobatannya sudah selesai.

Pengidap TBC dapat sembuh jika menyelesaikan pengobatannya. Selama diobati, pengidap TBC dapat kembali ke kegiatan seperti biasa jika sudah tidak menulari lagi. Hal penting untuk diketahui, jika tidak minum obat, pengidapnya bisa menjadi sakit parah, bahkan meninggal.

Baca juga artikel terkait TBC atau tulisan lainnya dari Nuraini Ika

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nuraini Ika
Editor: Yandri Daniel Damaledo