Menuju konten utama

Mengenal Sindrom Foot Drop: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Mengenal sindrom Foot Drop: penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Mengenal Sindrom Foot Drop: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya
Ilustrasi terjatuh. foto/istockphoto

tirto.id - Sindrom foot drop menjadi istilah umum untuk menggambarkan kesulitan orang mengangkat kaki bagian depan. Ketika terjatuh, bagian depan kaki mungkin terseret ke tanah saat berjalan.

Namun, sindrom ini bukanlah sebuah penyakit. Sebaliknya, foot drop merupakan tanda adanya masalah neurologis, otot, atau anatomi pada tubuh.

Terkadang sindrom ini bersifat sementara, tetapi beberapa orang dapat mengalaminya secara permanen.

Jika seseorang mengalami ini, kemungkinan perlu mengenakan penyangga di pergelangan kaki untuk menahan kaki dalam posisi normal.

Dilansir dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke, sindrom foot drop disebabkan oleh trauma atau kerusakan saraf. Untuk gangguan neurologis progresif, sindrom ini akan menjadi gejala yang cenderung berlanjut sebagai kecacatan seumur hidup.

Orang dengan sindrom foot drop lebih mungkin untuk jatuh, terutama pada orang tua.

Penderita dapat mengalami beberapa gejala dan tanda-tanda sebagai berikut seperti dilansir dari Spine Health:

  1. Ketidakmampuan untuk memegang alas kaki. Melonggarkan alas kaki dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan menyeret kaki yang sakit saat berjalan.
  2. Tersandung. Kelemahan pada otot kaki dan jari kaki dapat menyebabkan sering penderita tersandung.
  3. Ketidakseimbangan saat berjalan. Hal yang umum untuk kehilangan keseimbangan, tersandung, dan jatuh bagi para penderita sindrom ini. Jatuh karena tubuh tidak seimbang terjadi pada umumnya dikarenakan ketidakmampuan mengangkat bagian depan kaki dan jari kaki dengan benar saat berjalan.
  4. Steppage yang tinggi. Jenis pola berjalan ini ditandai dengan mengangkat paha ke atas secara berlebihan, seperti saat menaiki tangga. Steppage yang tinggi diupayakan untuk mencegah jari kaki dari memukul atau menggores lantai secara abnormal saat berjalan.
  5. Circumduction. Kadang-kadang, untuk menghindari jatuh atau tersandung, pola berjalan sirkumuksi sering dilakukan oleh penderita, di mana kaki tetap lurus dan berayun ke samping dalam setengah lingkaran untuk bergerak maju mungkin dicoba.
  6. Kaki lemas. Kaki yang terserang mungkin terjatuh dari tubuh. Mungkin juga sulit untuk menaiki tangga.
  7. Mati rasa. Kehilangan sensasi dapat terjadi di bagian depan / sisi luar tungkai bawah atau di sepanjang bagian atas kaki.
  8. Kadang unilateral. Sindrom foot drop biasanya hanya memengaruhi satu kaki, terutama ketika disebabkan oleh saraf terjepit di punggung bawah atau tungkai.
  9. Penurunan massa otot. Melemahnya otot-otot dapat menyebabkan massa otot berkurang, terutama ketika kejatuhan kaki disebabkan oleh kondisi autoimun tertentu, seperti multiple sclerosis.
  10. Tanda Romberg atau adanya kemungkinan kehilangan keseimbangan saat berdiri tanpa dukungan dan dengan mata tertutup.

Lantas, bagaimana penanganannya?

Sindrom foot drop pada umumnya didiagnosis setelah pemeriksaan fisik. Dokter akan melihat bagaimana penderita berjalan dan memeriksa kelemahan otot kaki.

Beberapa tes dilakukan dengan tes pencitraan seperti tes sinar X untuk mengetahui massa tulang, tes ultrasonografi untuk mengetahui pembengkakan syaraf akibat kompresi, CT Scan, hingga Magnetic Resonance Imaging atau MRI.

Sementara itu, tes elektromiografi (EMG) juga sebaiknya dilakukan untuk mengukur aktifitas elektron di otot dan saraf.

Perawatan untuk penurunan kaki tergantung pada penyebabnya. Jika penyebabnya berhasil diobati, ada kemungkinan kondisi kaki akan membaik atau bahkan hilang. Jika penyebabnya tidak bisa diobati, sindrom foot drop bisa permanen.

Menurut laman Mayo Clinic, berikut ini penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi sindrom foot drop:

  1. Penggunaan kawat. Penjepit pada pergelangan kaki dan kaki atau belat yang pas dengan sepatu dapat membantu menahan kaki dalam posisi normal.
  2. Terapi fisik. Hal ini berupa latihan yang dapat memperkuat otot-otot kaki. Selain itu, terapi fisik dapat membantu mempertahankan rentang gerakan di lutut dan pergelangan kaki sehingga dapat meminimalisir masalah saat berjalan. Latihan peregangan sangat penting untuk mencegah kekakuan pada tumit.
  3. Stimulasi saraf.
  4. Operasi. Tergantung pada penyebabnya, dan jika baru terjadi, operasi saraf mungkin bisa membantu. Jika sindrom foot drop sudah lama diderita, dokter mungkin menyarankan operasi yang memadukan pergelangan kaki atau tulang kaki. Dokter juga mungkin akan merekomendasikan prosedur untuk mentransfer tendon yang berfungsi.

Baca juga artikel terkait FOOT DROP atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno