tirto.id - Parasocial relationship adalah hubungan imajiner antara fans dengan idolanya.
Dilansir Women's Health, kamu bisa ada dalam parasocial relationship, bila hubungan yang terjadi adalah hubungan sepihak, dan hanya sebuah ilusi.
Jadi, kamu berangan-angan memiliki relasi dengan idolamu, yang kebetulan saja seorang figur publik. Dan, kamu tidak mengenal figur publik ini secara personal.
Hubungan semacam ini, paling umum terjadi antara fans dengan selebriti, fans dengan atlet favorit, atau fans dengan figur media.
Menurut Sally Theran, PhD, seorang profesor di Departemen Wellesley College, kamu membentuk hubungan parasosial, karena kamu merasa terhubung atau terikat dengan idola itu.
Ditambah lagi, mungkin saja, kamu melihat atau mengidealkan idolamu itu dengan cara-cara tertentu, yang membuatmu begitu sulit lepas dari bayang-bayang imaji itu.
Tanda-tanda Parasocial Relationship
Mungkin saja kamu adalah fans dari seorang publik figur. Namun, bukan berarti kamu punya relasi parasosial dengan idolamu itu.
Nah, supaya lebih jelas dan tahu bedanya, berikut adalah tanda-tanda parasocial relationship, seperti dilansir dari Insider:
- Kamu sangat terlibat secara emosional dengan idola itu, misalnya kamu sangat marah kalau idolamu itu disakiti orang lain, bahkan kamu sampai ingin membalas dendam kepada orang yang menyakiti idolamu.
- Kamu sangat tertarik dengan kehidupan personal idolamu itu, kamu selalu membaca artikel tentang idolamu, bahkan sampai mengerti semua seluk beluk personal idolamu.
- Kamu memberi dukungan penuh untuk hal-hal baik yang terjadi pada idolamu.
- Kamu sangat mengagumi idola itu, dan kamu termotivasi untuk mengembangkan lebih banyak atribut positif untuk idola itu.
- Kamu membayangkan bertemu dengan idola itu, lalu bercakap-cakap dengan idolamu, kemudian kamu membayangkan menerima nasihat dan masukan dari idolamu.
- Kamu selalu merasa ditemani oleh idolamu itu, dan selalu membayangkan akan kehadirannya.
- Kamu menulis surat atau buku harian yang ditujukan kepada sang idola.
- Kamu akan sangat merasa kehilangan dan merindukan idolamu jika kamu tidak melihat sang idola di berita atau di TV untuk beberapa lama.
- Kamu memikirkan idolamu, sama seperti saat kamu memikirkan teman-teman yang kamu kenal secara personal.
Parasocial Relationship, Bagus atau Tidak?
Lalu, apakah hubungan parasosial ini baik untukmu?
Menurut Game Quitters, satu hal yang jelas, relasi parasosial ini bisa menjadi toxic, apalagi bila level relasi parasosial yang kamu jalani sudah sangat kuat.
Dalam banyak kasus, orang yang menjalani relasi semacam ini, sudah pasti ingin berinteraksi secara nyata dengan idola mereka.
Namun, biasanya, mereka tidak akan pernah benar-benar menjalani relasi yang nyata dengan sang idola.
Jika pun ada tanggapan dari sang idola, biasanya tanggapannya biasa saja, dangkal dan tidak personal.
Jika kamu terus melanjutkan relasi semacam ini, maka relasi yang imajiner ini bisa-bisa menggantikan semua bentuk interaksi sosial lain yang nyata.
Kamu pun akan mengisolasi dirimu dari dunia sosial dan interaksi dengan kehidupan nyata. Bisa jadi, kamu akan mencari perlindungan dari hal-hal yang nyata, dalam relasi parasosial ini.
Padahal, dalam relasi parasosial kamu tidak akan mendapatkan relasi yang dalam, dan memuaskan, seperti layaknya dalam relasi dua arah di kehidupan nyata.
Berhubungan dalam relasi parasosial, memang jauh lebih mudah dan nyaman daripada pergi bertemu dengan orang baru.
Ketika bertemu dengan orang baru yang nyata, kamu menjadi lebih rentan, karena kamu lebih mudah dinilai oleh orang lain.
Orang-orang yang sering merasa kesepian, sangat rentan terjebak dalam relasi parasosial ini. Ketika seseorang menciptakan relasi parasosial, sejatinya ia sedang menciptakan ilusi dan rasa palsu, serta sahabat khayalan dalam dunia nyatanya sendiri.
Sayangnya, hal ini justru akan makin memperdalam rasa kesepian di dunia nyata. Ujung-ujungya, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan mental bisa muncul akibat hal semacam ini.
Sebaliknya, tidak hanya untuk para penggemar, hubungan parasosial ini juga bisa berbahaya bagi si idola itu sendiri.
Banyak fans para idola ini justru lebih banyak menciptakan tekanan yang terlalu berat untuk diatasi oleh para idola.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Dhita Koesno