tirto.id - Indonesia memiliki struktur sosial kemasyarakatan yang kompleks. Kondisi ini tercermin dari keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, dan agama yang ada di Indonesia. Keanekaragaman tersebut menjadikan Indonesia memiliki struktur sosial masyarakat yang majemuk.
Dikutip dari buku Sosiologi Kontekstual Untuk SMA&MA karya Atik Catur Budiati (2009:73), Furnivall mendefinisikan masyarakat majemuk sebagai masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen dan tatanan berbeda yang hidup berdampingan, tetapi tanpa adanya pembauran satu sama lain dalam suatu kesatuan politik.
Kemajemukan yang ada di masyarakat Indonesia ditandai dengan adanya suku-suku bangsa yang masing-masing memiliki cara hidup dan kebudayaannya sendiri. Cara hidup dan kebudayaan tersebut mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan antara suku satu dengan yang lainnya.
Namun, suku-suku tersebut secara bersama-sama hidup sebagai masyarakat Indonesia di bawah naungan sistem dan kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Sementara itu, menurut Clifford Geertz, meskipun telah terbentuk sejak awal kemerdekaan dengan sistem sosial masyarakat yang multietnik, multiagama, multibahasa, dan multiras, masyarakat Indonesia cenderung tidak banyak berubah dan sulit terintegrasi.
Sebagaimana dijelaskan Parsudi Suparlan melalui artikel Masyarakat Majemuk dan Perawatannya, dalam Prosiding Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia (2000), dalam masyarakat majemuk, posisi etnik-etnik yang ada di dalamnya tidak dalam posisi seimbang. Maka, akan terjadi dominasi kebudayaan mayoritas terhadap kebudayaan yang minoritas.
Adapun berdasarkan pendapat ahli antropolgi E.M. Bruner, seperti dikutip dalam Pendidikan Bagi Pendatang di Tengah Mayoritas Masyarakat Pribumi, sebuah artikel dari Jurnal Sosio Didaktika (Vol 1, No. 1, Mei 2014), kebudayaan dominan didasarkan pada tiga komponen besar.
Pertama, komponen demografi yang mencakup rasio populasi dan corak heterogenitas serta tingkat percampuran hubungan di antara suku-suku bangsa yang ada dalam sebuah konteks latar tertentu.
Kedua, keajegan budaya suku lokal dan cara yang dilakukan oleh anggota kelompok pendatang dalam berinteraksi dengan kelompok suku lokal, serta bagaimana penggunaan budaya masing-masing dan pengartikulasiannya.
Ketiga, pemusatan kekuatan dan penyebaran di antara penduduk yang berasal dari etnik lain yang beragam.
Sedangkan di bukuKhazanah Antropologi untuk Kelas XI SMA dan MA (2009:34), dijelaskan ada dua faktor yang menunjukkan ada kebudayaan dominan di struktur masyarakat Indonesia. Faktor tersebut antara lain:
a. Faktor Demografis
Terdapat kesenjangan jumlah penduduk antarpulau di Indonesia. Ketimpangan paling kentara terjadi antara pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya. Luas pulau Jawa hanya delapan persen dari keseluruhan wilayah Indonesia. Meski demikian, 70 persen penduduk Indonesia tinggal di pulau Jawa. Dengan demikian, secara demografis penduduk pulau Jawa lebih dominan dibandingkan pulau-pulau lainnya.
b. Faktor Politis
Kegagalan mengartikulasikan kepentingan politik lokal dan terhambatnya komunikasi politik sering kali menyebabkan terjadinya konflik antaretnis. Kebijakan-kebijakan pemerintah pusat cenderung dianggap tidak adil sebab menguntungkan golongan tertentu saja dan menimbulkan ketidakpuasan bagi kelompok lainnya. Hal ini diakibatkan oleh dominasi etnik tertentu di struktur pemerintahan.
Penulis: Shulfi Ana Helmi
Editor: Addi M Idhom