Menuju konten utama

Mengenal Likuifaksi Tanah, Penyebab, Dampak dan Pengelolaannya

Mengenal apa itu likuifaksi tanah, dampak, penyebab serta bagaimana cara mengelolanya.

Mengenal Likuifaksi Tanah, Penyebab, Dampak dan Pengelolaannya
Foto udara kerusakan rumah akibat pergerakan atau pencairan tanah (likuifaksi tanah) yang terjadi di Desa Jono Oge, Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10/2018). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - likuifaksi tanah atau sering disebut likuifaksi gempa adalah keadaan hilangnya kekuatan tanah, sebaliknya, tanah yang tadinya padat menjadi mudah bergeser.

Fenomena ini terjadi pada tanah yang mengandung banyak air, kemudian terdampak gelombang seismik ketika gempa bumi terjadi, Britannica melansir.

Tanah berpasir, berlumpur, dan berkerikil dengan drainase (saluran pembuangan air) buruk rentan terhadap likuifaksi.

Selain karena faktor alami, likuifaksi tyanah dapat pula terjadi karena peledakan, pemadatan tanah, dan proses vibroflotation (menggunakan alat penggetar untuk mengubah struktur butiran tanah) juga rentan mengalami peristiwa ini.

Tanah terdiri dari komponen penyusun dan ruang pori. Ketika goncangan gempa terjadi di tanah yang kaya atau dekat dengan sumber air, ruang pori terebut terisi air sehingga mengurangi volume keseluruhan tanah.

Proses ini meningkatkan tekanan air antara butiran komponen tanah sehingga kemudian butiran tersebut bergerak bebas di antara air dan kehilangan ikatan antarsatu dnegan yang lain.

Secara substansial, perubahan ini menurunkan ketahanan tanah terhadap tegangan geser dan menyebabkan massa tanah mengambil karakteristik cairan.

Dalam keadaan cair, tanah mudah berubah bentuk, dan benda berat seperti konstruksi di atasnya dapat rusak karena kehilangan kekuatan yang menopang dari dalam tanah.

Tanah yang terlikuifikasi akan memberikan dampak seperti pasir hisap, merendam bangunan atau material di atasnya. Terlebih, dapat pula menyebabkan tanah longsor.

likuifaksi tanah ini berdampak pada bangunan di atasnya. Geography and You melansir, tanah akan menghisap fondasi bangunan yang tertanam di dalam tanah.

Jika tanah terlikuifikasi dalam skala besar, maka bangunan juga akan ikut terhisap masuk ke dalam tanah.

Tanah akan tenggelam ke bawah bersamaan dengan bangunan dan dapat terjadi terus menerus. Lapisan antara tanah dan lantai bangunan juga akan mengalami kerusakan.

Air dari tanah mulai mengalir ke sela-sela tembok bangunan dan lantai bangunan yang rusak dan iut merusak peralatan serta sambungan elektronik.

Oleh karena itu, likuifaksi tanah dapat membahayakan manusia, terlebih jika terjadidi area pemukiman penduduk.

Ada beberapa cara untuk mengatasi likuifaksi tanah, sebagaimana dilansir Science Direct, di antaranya modifikasi fisik, densifikasi, mengangkat tekanan air di pori-pori tanah, dan penguatan fondasi bangunan.

Cara tersebut adalah cara konvensional, yaitu meningkatkan kepadatan relatif pada pasir. Upaya ini memerlukan perawatan intensif dan terus menerus.

Penerapan tersebut biasanya memakan biaya sangat besar karena besaran tanah yang hendak diatasi biasanya luas, oleh karena itu ada solusi yang lebih hemat biaya untuk pengolahan cairan.

Pendekatan baru untuk mitigasi (mengurangi dampak bencana) karena likuifaksi tanah adalah dengan memasukkan gelembung gas ke dalam tanah.

Gelembung gas akan mengurangi kelebihan pori air di tanah dan bebannya akan berkurang cukup signifikan.

Sebagai alternatif, memasukkan gelembung gas ke dalam tanah menggunakan mikroorganisme. Metode ini disebut desaturasi biogas yang dikembangkan oleh Shifan Wu, Jian Chu, dan Jia He (PDF).

Dalam riset ini, didapati beberapa sampel tanah mengandung air diguncang dengan getaran di bawah percepatan 1,5 m/detik, dan air pori tanah menunjukkan kejenuhan air sebesar 80 persen.

Metode desaturasi biogas kemudian dilakukan dan menunjukkan jumlah tekanan air pori berkurang secara signifikan, dengan tingkat efektivitas mencapai 90 persen.

Metode ini cukup menjanjikan karena mengonsumsi energi paling sedikit, bakteri viskositas rendah, dan cairan nutrisi dapat dengan mudah dimasukkan ke pasir.

Gas yang dihasilkan oleh bakteri dapat didistribusikan lebih merata, dan gelembung gas yang dihasilkan oleh bakteri kecil sehingga gelembung gas itu tidak mudah lepas dari tanah.

Metode biogas efektif dalam mencegah terjadinya pencairan tanah serta mengurangi kerusakan yang disebabkan cairan dalam tanah.

Baca juga artikel terkait LIKUIFAKSI atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yandri Daniel Damaledo

Artikel Terkait

Likuifaksi di Bojongkoneng
Sosial budaya
Jumat, 16 Sept 2022

Likuifaksi di Bojongkoneng

Sembilan Tuntutan Demo Setahun Bencana Palu
Sosial budaya
Rabu, 25 Sept 2019

Sembilan Tuntutan Demo Setahun Bencana Palu