Menuju konten utama

Mengenal GTM pada Anak, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Anak yang melakukan gerakan tutup mulut perlu diatasi sedini mungkin agar tak berlarut-larut hingga terlanjur mengalami kekurangan nutrisi.

Mengenal GTM pada Anak, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi anak tidak suka makan sayur. foto/Istockphoto

tirto.id - Ketika anak usia batita mulai melakukan aksi GTM atau gerakan tutup mulut alias ogah makan, maka orang tua jangan buru-buru marah dan memaksa anak agar mau melahap makanannya.

Aksi GTM memang menjadi hal yang sering membuat orang tua frustasi sebab anak akan menutup rapat mulutnya dari semua jenis makanan, bahkan melepeh lagi makanan yang disuapkan kepadanya.

Bisa juga gerakan tutup mulut itu dilakukan anak hanya pada beberapa jenis makanan tertentu yang ia tidak suka, misalnya hanya pada nasi, sayur, ikan dan makanan yang sebenarnya sangat mereka butuhkan bagi tumbuh kembangnya.

Wajar jika orang tua khawatir anak akan mengalami kekurangan nutrisi, apalagi berat badan anak ternyata kurang dari berat badan normal. Padahal anak di usia batita sangat butuh nutrisi berimbang demi tumbuh kembangnya.

Penyebab anak mengalami GTM

Sebelumnya orang tua harus mencari tahu lebih dahulu apa yang memicu anak melakukan gerakan tutup mulut. Merujuk laman IDAI, umumnya anak enggan mengonsumsi makanannya karena beberapa alasan seperti bosan, sakit gigi, tumbuh gigi, sakit perut, masih merasa kenyang, trauma karena dipaksa makan, trauma pada jenis makanan tertentu, atau hal lainnya.

Apabila orang tua panik dan bingung lalu menjadi permisif dan memberi aneka camilan yang disukai oleh anak misalnya biskuit, susu, junk food, dan berbagai penganan manis namun rendah nutrisi, maka anak akan terbiasa untuk melakukan GTM.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan multisender IDAI, anak paling sering melakukan GTM adalah karena inappropriate feeding practice, small eaters, dan parental misperception.

  • Inappropriate feeding practice adalah pemberian makanan yang tidak sesuai usia perkembangan anak, laman RSUD Mangusada melansir. Umumnya karena pengetahuan orang tua yang terbatas sehingga kurang paham kapan waktu tepat memberikan jenis makanan tertentu, menyiapkan dan menyajikan makanan tidak higienis, dan memberikan makanan tidak sesuai usia anak.
  • Small eaters adalah anak-anak yang makan hanya porsi kecil, walau komposisi makanannya sudah benar dan bernutrisi. Mereka akan kekurangan nutrisi karena biasanya tetap aktif bergerak namun porsi makannya kurang.
  • Parental misperception adalah mispersepsi orang tua yang mengira anak mengalami masalah asupan makanan, padahal anak dalam kondisi gizi baik dan pola makan sudah benar. Bisa jadi orang tua masih memaksa anak makan berbagai jenis makanan, sehingga anak melakukan GTM.

Cara mengatasi anak GTM

Anak yang melakukan gerakan tutup mulut perlu diatasi sedini mungkin agar tak berlarut-larut hingga usianya semakin besar dan terlanjur menderita kekurangan asupan kalori dan nutrisi. Kurang nutrisi dapat membahayakan anak karena mempengaruhi tumbuh kembangnya, bahkan mempengaruhi tinggi dan berat badan pula.

Guna mengatasinya lakukan beberapa hal di bawah ini:

1. Atur jadwal makan yakni tiga kali sehari untuk makanan utama. Jadwal pemberian susu 2-3 kali sehari (sebanyak 500-600 ml/hari).

2. Batasi waktu makannya. Jangan biarkan anak makan lebih dari 30 menit. Lakukan di meja makan dalam situasi yang menyenangkan, bersama-sama dengan keluarga besar.

3. Latih anak makan sendiri, beri piring dan alat makan sendiri. Jika anak tetap enggan makan, jangan pernah memaksa anak. Tawarkan kembali makanannya dan jika 10 – 15 menit ia tetap menolak, bereskan semua makanan dan peralatan makannya. Biarkan anak untuk mengenali rasa lapar dan kenyang.

Jangan lakukan hal di bawah ini:

1. Memaksa memasukkan makanan ke dalam mulutnya, atau memarahi anak.

2. Membiarkan anak makan sambil melakukan aktivitas bermain, nonton TV, berjalan-jalan, dll.

3. Memberikan minuman manis, susu, sirup, diantara waktu makan atau saat makan karena anak akan merasa kenyang sebelum makanannya habis.

4. Memberikan camilan mendekati waktu makan utamanya.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Nur Hidayah Perwitasari