Menuju konten utama

Mengenal Brain Fog Syndrome atau Kabut Otak & Cara Menyembuhkannya

Mengenal apa itu Brain Fog Syndrome atau kabut otak: penyebab hingga cara mengatasinya.

Mengenal Brain Fog Syndrome atau Kabut Otak & Cara Menyembuhkannya
Ilustrasi. Seorang pria ingin menancapkan memori di otaknya. Foto/Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Sebagian orang mungkin pernah mendadak kesusahan untuk fokus, sulit berkonsentrasi, tiba-tiba lupa mengingat hal sepele, sampai membutuhkan waktu lama untuk memproses informasi di kepalanya.

Berbagai kejadian ini lebih sering dialami seiring bertambahnya usia. Sebenarnya apakah semua itu terjadi karena kerja otak melambat?

Berbagai hal yang telah disebutkan ini menjadi gejala dari brain fog atau kabut otak. Kabut otak tidak memiliki definisi yang resmi, tapi sekelompok gejala yang berkaitan dengan kemampuan kognitif ini kerap dialami banyak orang. Seseorang bisa mengalami satu hingga paduan beberapa gejala.

Situs Cleveland Clinic menuliskan, gejala lain dari kabut otak yaitu fisik dan pikiran terasa lelah dan kurang mampu memberikan penilaian secara akurat. Neuropsikolog Kamini Krishnan, PhD menyatakan, orang mungkin akan menganggap gejala brain fog berkaitan dengan ingatan. Padahal, hal tersebut lebih berhubungan dengan pemrosesan informasi.

"Tetapi ini lebih merupakan masalah dalam mendapatkan dan mengolah informasi yang benar,” ujar Krishnan. “Jika Anda tidak mendapatkan informasi yang benar, Anda tidak dapat diharapkan untuk menyimpannya.” tambahnya.

Penyebab Brain Fog Syndrome atau Kabut Otak

Ada banyak penyebab orang mengalami gejala brain fog. Sebagian penyebabnya merupakan perilaku yang memang dikenal memengaruhi pemrosesan informasi di otak. Situs Healthline menyebutkan penyebabnya seperti berikut:

1. Stres. Stres kronik akan meningkatkan tekanan darah, menurunkan imunitas, hingga memicu depresi. Hal tersebut dapat menyebabkan kelelahan pikiran yang berujung pada kesulitan berpikir, bernalar, dan konsentrasi.

2. Kurang tidur. Kualitas tidur yang buruk akan mengganggu kerja otak. Tidur yang disarankan yaitu 7-9 jam per malam.

3. Perubahan hormonal. Terutama pada wanita hamil naiknya hormon progesteron dan estrogen selama kehamilan telah memengaruhi ingatan yang memicu gangguan kognitif jangka pendek. Hal ini berlaku pula pada wanita menopause yang kadar estrogennya cukup tinggi.

4. Pola makan. Pola makan yang kurang mendapatkan asupan vitamin B12 bisa memicu kabut otak. Kabut otak juga mungkin dialami oleh orang-orang yang mengonsumsi makanan namun membuatnya alergi seperti aspartam, susu, atau kacang-kacangan.

5. Obat-obatan. Penggunaan obat-obatan tertentu dimungkinkan memiliki efek samping pada ingatan seperti kabut otak yang muncul pada orang setelah perawatan kanker.

6. Kondisi medis. Keadaan medis tertentu diketahui turut memicu hadirnya gejala kabut otak seperti sindrom kelelahan kronis. fibromyalgia, anemia, migrain, Alzheimer, hipotiroidisme, Covid-19, hingga penyakit autoimun.

Cara mengatasi kabut otak

Jika dokter menyatakan gejala kabut otak yang dialami bukan karena masalah kesehatan yang serius, mungkin bisa dicegah atau diatasi dengan berbagai kebiasaan baik. Hal ini membantu memulihkan mental. Situs Scitech Daily memberikan rekomendasi berikut:

1. Perbanyak aktif secara fisik dan olahraga. Aktivitas didik membantu meningkatkan fungsi kognitif otak dan sekaligus menurunkan hormon kortisol penyebab stres. Bagian otak yang bertanggung jawan pada pembelajaran dan ingatan, yakni hipokampus, turut menjadi lebih aktif.

2. Kafein. Kafein dalam secangkir kopi memberikan stimulasi dalam peningkatan fungsi kognitif. Namun, menggantungkan diri pada kafein saat beban kerja menumpuk juga tidak baik karena dapat membuat pikiran lebih gelisah dan mengganggu kesehatan mental.

3. Teh hijau. Minum teh hijau yang kaya zat L-theanine akan membantu meningkatkan reaksi kinerja memori otak. Zat tersebut adalah antioksidan yang sekaligus asam amino dengan manfaat sebagai neuro enhancement dan mencegah otak dari kerusakan.

4. Mangiferin. Mangiferin adalah zat yang ditemukan pada mangga, termasuk di daunnya. Zat ini memiliki potensi sebagai pencegah kanker otak, meningkatkan fungsi kognitif, reaktivitas, hingga mengurangi kelelahan pikiran.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani