tirto.id - Sindrom Putri Tidur merupakan nama lain dari sindrom Kleine-Levin (KL). Ciri-ciri paling umum dari sindrom ini adalah penderitanya memiliki siklus tidur lebih panjang dari orang normal.
Sindrom Putri Tidur tergolong langka dengan prevalensi satu per satu juta populasi. Seperti dongeng "Putri Tidur" penderita sindrom dapat mengalami tidur panjang berhari-hari atau berminggu-minggu. Menurut Healthline, selama satu episode, penderita dapat tidur hingga 20 jam sehari.
Kondisi ini tentunya mengganggu kegiatan sehari-hari penderitanya. Ada banyak kasus dimana penderita sindrom Putri Tidur tidak mampu menghadiri sekolah, tempat kerja, ataupun kegiatan lainnya.
Sindrom Putri Tidur pertama kali diteliti pada 1925 oleh seorang ahli saraf bernama Willi Kleine. Ia mengumpulkan serangkaian data dari lima pasien dengan keluhan mengantuk berkala.
Pada 1936 temuan serupa dipublikasikan ulang oleh psikiater asal New York bernama Max Levin. Melalui studinya tersebut, Levin menggambarkan suatu kondisi narkolepsi yang ia sebut dengan sindrom somnolen periodik dan kelaparan yang tidak wajar.
Sindrom Putri Tidur bisa dialami oleh siapapun dari berbagai usia. Namun, 70 persen kasus sindrom Putri Tidur terjadi pada pria.
Ciri-ciri dan Gejala Sindrom Putri Tidur
Ciri-ciri paling umum dari sindrom Putri Tidur adalah tidur lebih dari 20 jam sehari dan halusinasi. Ciri-ciri ini biasa muncul ketika penderita mengalami episode.
Melansir Rare Disease, penderita sindrom Putri Tidur umumnya akan mengalami 12 episode per tahun. Umumnya penderita tidak akan mengalami gejala di antara episode.
Namun, ketika gejala muncul penderita dapat mengalaminya selama beberapa hari, minggu, atau bulan. Gejala-gejala yang dialami berupa:
- tidur selama 18 hingga 20 jam sehari dan hanya bangun untuk makan dan buang air;
- suasana hati yang tidak stabil;
- lesu;
- disorientasi atau kebingungan;
- kesulitan berbicara;
- halusinasi dan sulit membedakan antara mimpi dengan kenyataan;
- memiliki dorongan tidak terkendali untuk makan berlebihan;
- kenaikan berat badan;
- dorongan seks meningkat secara tidak normal (hiperseksualitas).
Penderita juga berisiko mengalami depresi dan kelelahan parah akibat tidur hingga satu episode berlalu.
Penderita cenderung dalam kondisi tidak sadar selama episode. Kendati demikian, tidak sedikit penderita yang melaporkan memiliki ingatan kabur tentang apa yang terjadi selama periode tidur panjangnya.
Penyebab Sindrom Putri Tidur
Sejauh ini belum diketahui penyebab pasti sindrom KL atau sindrom Putri Tidur. Namun, para ahli berspekulasi bahwa sindrom ini disebabkan oleh adanya malfungsi bagian otak bernama hipotalamus.
Hipotalamus sendiri adalah bagian otak yang mengatur fungsi tidur, nafsu makan, serta suhu tubuh. Kerusakan atau malfungsi hipotalamus bisa disebabkan oleh berbagai hal, termasuk cedera atau penyakit.
Beberapa ahli menduga kondisi ini juga dapat disebabkan oleh proses autoimun, dimana ketika antibodi tubuh menyerang jaringan sehat yang dikira sebagai organisme asing. Hal ini diperkuat dengan studi di Universitas Stanford pada 2005 dimana 72 persen kasus yang diteliti didahului oleh gejala infeksi.
Selain itu, pada sebagian kecil kasus penderita sindrom Putri Tidur juga memiliki keluarga dengan sindrom yang sama. Sehingga, para peneliti menduga terdapat faktor genetik yang meningkatkan risiko individu mengidap sindrom Putri Tidur.
Obat Sindrom Putri Tidur
Hingga saat ini obat untuk sindrom KL atau sindrom Putri Tidur belum ditemukan. Obat-obatan yang tersedia saat ini hanya mampu membantu penderita mengelola gejala sindrom dengan mengurangi durasi episode dan mencegah episode berikutnya.
Selain itu penderita juga akan diresepkan obat-obatan untuk mengatasi gangguan mood seperti lithium dan carbamazepine yang biasa digunakan untuk mengobati gangguan bipolar.