Menuju konten utama

Apa Itu Sindrom Cushing, Gejala, dan Penyebabnya?

Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan oleh tingginya produksi hormon kortisol dalam tubuh.

Apa Itu Sindrom Cushing, Gejala, dan Penyebabnya?
Ilustrasi menimbang berat badan. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Sindrom Cushing ditemukan pertama kali oleh ahli bedah saraf asal Amerika bernama Harvey Cushing pada 1932. Sindrom ini merupakan gangguan hormonal yang disebabkan oleh tingginya produksi hormon kortisol dalam tubuh.

Menurut John Hopkins Medicine, sindrom Cushing merupakan kondisi langka yang umumnya menyerang orang dewasa berusia 20 hingga 50 tahun. Kendati demikian, sindrom ini juga bisa dialami oleh anak-anak.

Produksi abnormal hormon kortisol dapat memicu serangkaian gangguan dalam tubuh. Hormon kortisol sendiri merupakan hormon yang berfungsi dalam mengatur sistem kardiovaskular hingga mengurangi peradangan.

Selain itu, menurut National Institutes of Health (NIH), kortisol juga berfungsi untuk mengubah karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi, serta menyeimbangkan efek insulin.

Apabila tubuh memproduksi kortisol dalam jumlah tinggi, maka akan menyebabkan fungsi-fungsi tersebut terganggu. Efeknya, tubuh akan mengalami peningkatan berat badan, kelelahan, gula darah tinggi, hingga tekanan darah tinggi.

Gejala Sindrom Cushing

Melansir Healthline, gejala-gejala sindrom Cushing dapat berbeda-beda pada wanita, pria, dan anak-anak.

Meskipun secara khusus gejala dapat berbeda untuk setiap penderita, ada gejala-gejala yang umum dialami oleh sebagian besar kasus sindrom Cushing, termasuk:

  • peningkatan berat badan;
  • penderita mengalami timbunan lemak di bagian tengah tubuh, wajah, antara bahu, dan punggung atas yang menyebabkan punuk kerbau;
  • muncul strech mark di lengan, perut, payudara, dan paha;
  • kulit menipis dan mudah memar;
  • luka kulit yang lambat sembuh;
  • muncul jerawat;
  • kelelahan dan kelemahan otot.

Selain gejala umum, terdapat gejala khusus sindrom Cushing yang umum terjadi pada wanita, termasuk:

  • tumbuh rambut tambahan di wajah, leher, dada, perut, dan paha;
  • menstruasi tidak teratur atau tidak menstruasi sama sekali;
  • gejala sindrom Cushing yang tidak kunjung diobati dapat menyebabkan kesulitan hamil.

Lalu, pada penderita pria gejala sindrom Cushing dapat diikuti dengan:

  • disfungsi ereksi;
  • hilangnya minat seksual;
  • kesuburan menurun.

Sementara itu, pada penderita anak-anak, sindrom Cushing dapat diikuti dengan gejala:

  • kegemukan;
  • laju pertumbuhan yang lebih lambat;
  • tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Komplikasi Akibat Sindrom Cushing

Kondisi sindrom Cushing yang tidak kunjung diobati dapat bertambah parah dan memicu sejumlah komplikasi berbahaya. Menurut NIH, berikut beberapa risiko komplikasi yang diakibatkan oleh sindrom Cushing:

  • serangan jantung dan stroke;
  • penggumpalan darah di kaki dan paru-paru;
  • infeksi;
  • pengeroposan tulang dan patah tulang;
  • tekanan darah tinggi;
  • depresi dan perubahan suasana hati;
  • peningkatan kadar kolesterol yang tidak sehat;
  • kehilangan memori atau kesulitan berkonsentrasi;
  • resistensi insulin dan pra-diabetes;
  • mengalami diabetes tipe 2.

Penyebab Sindrom Cushing

Sindrom Cushing umumnya dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu, penyakit, serta gaya hidup. Berikut penjelasannya:

1. Penggunaan obat kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan obat yang biasa diresepkan untuk penyakit inflamasi atau inflmatory disease. Penyakit-inflamasi yang mengharuskan penderitanya mengonsumsi kortikosteroid diantaranya lupus, rheumatoid arthritis, hingga vasculitis.

Menurut Healthline, penggunaan kortikostreroid dosis tinggi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan sindrom Cushing. Selain itu suntikan steroid dosis tinggi untuk pengobatan nyeri punggung juga dapat menyebabkan sindrom Cushing.

Namun, penggunaan kortikosteroid dosis rendah seperti dalam obat untuk asma atau krim steroid untuk eksim biasanya tidak menyebabkan sindrom Cushing.

2. Tumor

Penderita tumor ektopik, tumor kelenjar adrenal, dan tumor hipofisis merupakan penyakit yang dapat menyebabkan sindrom Cushing.

Ketiga tumor tersebut dapat memicu pelepasan hormon kortisol dalam jumlah besar, baik karena produksi berlebihan hormon adrenokortikotropik (ACTH) hingga kelainan adrenal.

3. Stres dan gaya hidup

Kondisi mental seperti stres tinggi dan depresi dapat memicu pelepasan kortisol yang tinggi dalam tubuh. Stres penyebab sindrom Cushing dapat disebabkan oleh penyakit akut, gangguan panik, cedera, atau kehamilan di trimester akhir.

Selain itu gaya hidup tertentu juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena sindrom Cushing, termasuk, malnutrisi, pelatihan atletik, dan alkoholisme.

Pengobatan Sindrom Cushing

Sindrom Cushing dapat diobati dengan cara mengeliminasi pemicu utamanya. Artinya, apabila penyebab sindrom adalah tumor, maka dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan pengobatan tumor terlebih dahulu.

Selama menjalani perawatan, penderita sindrom Cushing akan diresepkan beberapa jenis obat yang membantu mengelola kadar kortisol, diantaranya:

  • ketokonazoi (Nizoral);
  • mitotana (Lisodren);
  • metyrapone (Metopiron);
  • pasireotide (Signifor);
  • mifepristone (Korlym, Mifeprex) pada penderita yang memiliki diabetes tipe 2 atau intoleransi glukosa.

Perlu diketahui bahwa obat-obatan tersebut harus dikonsumsi sesuai dengan resep dokter dan penderita telah memperoleh diagnosa medis terlebih dahulu.

Baca juga artikel terkait SINDROM CUSHING atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yonada Nancy