tirto.id - Setiap orang tentu aja memiliki kekurangan, namun bagi penderita Body Dysmorphic Disorder (BDD), setiap kekurangan fisik yang ia miliki dapat menjadi masalah besar.
Bagi penderita BDD, tiada hari tanpa mencemaskan kelemahan tubuh, bahkan mungkin bentuk hidung yang tak sesuai keinginannya dapat direnungi dan disesali berjam-jam di depan cermin.
Di era digital dan informasi ini, sulit bagi kita untuk tidak melihat kekurangan diri sendiri dan membandingkannya dengan orang lain.
Sejak membuka mata, kita dihadapkan dengan televisi, internet, dan media sosial, terutama Instagram, yang mana mata kita disuguhi dengan foto artis, bintang iklan, dan para influencer yang sebagian besar memiliki tubuh ideal sesuai konstruksi yang ada pada masyarakat.
Sehingga tak sedikit orang yang membandingkan dirinya dengan model-artis tadi atau orang lain yang ia rasa ideal fisiknya. Jika ia selalu cemas dan merasa khawatir terhadap penampilannya, bisa jadi bahwa ia memiliki salah satu dari gejala BDD, tetapi ini tetap harus mendapat diagnosa pasti dari psikolog klinis maupun psikiater.
"Body dysmorphic disorder atau BDD adalah persepsi negatif bahwa tubuh seseorang terasa berbeda dan tampak negatif dari yang sebenarnya, kendati nyatanya tidak demikian," ujar Dr. John Mayer, seorang psikolog klinis, sebagaimana dilansir dari Healthline.
Dalam beberapa keadaan, orang lain bahkan tidak menyadari bahwa penderita BDD memiliki kekurangan fisik yang ia maksud.
Kendati sudah diberitahu bahwa ia tampak baik-baik saja dan tak ada kekurangan, namun penderita BDD tetap bersikeras dan tidak bisa menerima pendapat orang lain.
BDD ini sudah diklasifikasikan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), panduan untuk mendiagnosis gangguan mental dalam keilmuan psikiatri.
Berikut ini gejala yang dapat dilihat bagi orang yang menderita BDD:
- Sibuk memikirkan "kekurangan" penampilan fisik, setidaknya selama satu jam per hari.
- Perilaku berulang, seperti menggaruk kulit, mengganti pakaian berulang kali, atau melihat ke cermin dan memikirkan kekurangan fisiknya.
- Memiliki kesulitan secara signifikan atau gangguan pada kemampuan untuk berfungsi normal, karena terobsesi terhadap "kekurangan fisik" tersebut.
- Jika berat badan dianggap tidak ideal (flaw), maka harus dilihat terlebih dahulu, apakah ia menderita gangguan makan (eating disorder). Jika menderita gangguan makan, maka gangguan ini harus disingkirkan terlebih dahulu untuk mendiagnosis BDD-nya. Namun, beberapa orang didiagnosis menderita BDD dan gangguan makan sekaligus.
Jika tidak ditangani ahli, ia bisa memburuk, serta dapat melahirkan kecemasan hingga depresi.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari