tirto.id - Akomodasi penginapan menjadi hal wajib yang perlu dipertimbangkan jika hendak berlibur ke suatu tempat. Penginapan seperti hotel atau vila pada umumnya menyediakan kamar dan fasilitas pendukung lain seperti resto, kolam renang dan sebagainya.
Namun bagaimana jika sebuah penginapan menawarkan hal lain seperti trip lokal dan memamerkan budaya setempat? Ini yang sudah dilakukan Ayom Java Village selama kurang lebih lima tahun terakhir.
Ayom Java Village merupakan sebuah penginapan berbentuk vila yang berlokasi di Colomadu, Karanganyar. Vila ini dimiliki oleh pabrik sepatu Nike Indonesia, di mana beberapa pendirinya besar dan memiliki tanah di Solo.
Haning selaku Manager Operasional Ayom Java Village menceritakan awal mula pendirian vila yang sudah ada sejak 2019 tersebut.
Berawal dari Keramahan Warga Lokal
Haning menceritakan, awalnya, para founder pergi mengunjungi daerah Tawangmangu untuk blusukan melihat tanah. Namun tanpa sadar, mereka memasuki pekarangan atau halaman rumah dari warga lokal sekitar.
Di sana, mereka disambut dengan hangat oleh sang pemilik rumah. Dengan bahasa yang halus, mereka disediakan minum dan buah-buahan seperti rambutan yang kala itu sedang dipanen.
Berangkat dari keramahtamahan warga lokal di Tawangmangu tersebut, membuat para founder mencetuskan ide untuk membuat bisnis akomodasi dalam bentuk vila yang mengusung konsep spirit of the land, di mana mereka akan mengangkat dan menyoroti kebudayaan lokal, yakni budaya jawa.
“Sangat filosofis kalau ngomongin Ayom Java Village (karena) tidak cuma sekedar akomodasi penginapan, sekian kamar selesai,” ujar Haning saat ditemui kontributor Tirto, Jumat (20/9/2024).
Colomadu dipilih sebagai lokasi pembangunan vila lantaran sang pemilik mempunyai tanah di wilayah tersebut. Ayom Java Village menjadi awal mula dibentuknya manajemen Ayom Group.
Sebelum di Solo, Ayom Group telah memiliki Green House Hotel di Prawirotaman, Yogyakarta, yang sudah berjalan selama 10 tahun. Tak hanya di Pulau Jawa, Ayom Group juga telah melebarkan sayapnya di Pulau Lombok dan mengembangkan Lombok Ayom Suit Mataram yang juga mengusung spirit of the land.
Ayom Java Village dan Filosofinya
Ayom Java Village menyediakan lima tipe vila dengan nama-nama yang penuh dengan filosofi, yaitu Janur, Tunjung, Manik Jejantung, Gelung, dan Maduswara.
Tak hanya nama kamar, keseluruhan konsep yang ada di Ajavi–singkatan dari Ayom Java Village–sangat kental dengan filosofi Jawa. Ini tak lepas dari peran para founder yang telah melakukan riset dan banyak bekerja sama dengan para pegiat seni lokal di Solo.
Haning lantas menjelaskan tentang nilai-nilai yang tertuang di Ayom Java Village, di antaranya adalah local environment, culture atau tradisi, filosofi dan komunitas lokal.
Local environment di Ayom Java Village terlihat dari bagaimana mereka memilih bahan untuk arsitektur bangunannya, seperti pendopo dan kamar-kamar vila yang terinspirasi dari rumah tradisional Limasan.
“Suasana dari Solo sendiri bisa terlihat dari bangunannya, ada pendopo, dan kamar-kamar bentuknya rumahan Limasan asli Boyolali yang memang dikoleksi oleh salah satu founder. Tulang rusuk-rusuk Limasannya dikoleksi, kemudian dibawa ke sini (Ayom Java Village). Jadi kayu-kayu yang ada di sini bukan kayu yang fresh karena dulunya (Ayom Java Village) memang rumah beneran kemudian dibangun lagi,” terang Haning.
Ayom Java Village menyoroti tradisi budaya Jawa yang berupa gamelan atau karawitan dan jejamu. Jamu dipilih karena menurut penuturan Haning, masyarakat Jawa zaman dulu selalu mengandalkan jamu sebagai obat-obatan. Untuk itu, Ayom Java Village menyediakan jamu gratis untuk para pengunjung dari pukul 16.00 hingga 17.00 WIB.
“Nanti ada ibu jamu keliling vila kamar, menawarkan mau jamu apa sesuai kebutuhan. Itu tradisi yang masih kita jaga di sini,” tutur Haning.
“Ibunya orang Solo, beliau sering jualan jamu di pasar yang sudah puluhan tahun. Namanya Bu Surani. Untuk makanan dan minuman (harus) selektif (dalam) memilih rasanya untuk tamu,” imbuhnya.
Selain itu, nama-nama kamar vila dan tagline dari Ayom Group ini juga penuh filosofi. Adapun tagline dari Ajavi adalah “ngayomi, ngayemi, ngayahi”, yang dalam bahasa Jawa memiliki arti melindungi, memberikan kedamaian, dan mengurus.
Tipe kamar di Ajavi juga memiliki makna tersendiri. Yang pertama kamar tipe Janur yang menandakan kelahiran, pernikahan, kematian. Janur memiliki filosofi perputaran kehidupan atau circle of life. Yang kedua adalah tipe kamar Tunjung, berasal dari Bunga Tunjung yang jadi representasi keindahan.
Kemudian Gelung. Nama ini diadaptasi dari kebiasaan orang Jawa zaman dulu ketika mereka mengikat (menggelung) rambut, menandakan bahwa mereka siap untuk memulai hari.
Selanjutnya adalah Manik Jejantung, Manik merupakan perhiasan yang dikenakan di dekat hati. Jadi, Manik Jejantung menggambarkan bahwa sesuatu yang indah itu akan melekat di hati. Yang terakhir adalah tipe kamar Maduswara, yang berarti suara yang merdu.
Haning juga mengungkap bahwa peran sinden Peni Candra Rini turut memberikan masukan untuk nama-nama kamar vila tersebut. Tak hanya itu, konsep dan filosofi Ayom Java Village tak lepas dari riset mendalam oleh para founder, yang salah satunya adalah konseptor dan arsitek kondang, Paulus Mintarga.
Terakhir, ada komunitas lokal, di mana Ayom Java Village memiliki visi jangka panjang untuk bisa berdampak bagi warga sekitar. Karena Solo kental dengan pertunjukan seninya, maka Ajavi menggandeng para seniman lokal dan bekerja sama dengan sanggar tari di sekitar. Mereka bisa memakai pendopo di Ajavi sebagai tempat latihan.
Tak hanya itu, Ajavi juga telah memiliki sanggar dolanan (permainan) anak yang diberi nama Nadi Nala. Sanggar ini dimentori oleh pegiat seni lulusan Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI), Widiatmoko, yang juga aktif di Wayang Orang Sriwedari.
"Karena sudah jadi komitmen kami untuk bisa berdampak pada komunitas lokal utamanya bidang seni budaya," kata Haning.
Lebih lanjut, Haning menjelaskan bahwa komunitas lokal dan warga menyambut baik kehadiran Ajavi. "Karena kita memberdayakan warga lokal salah satunya, ada beberapa warga sekitar sini bekerja (sebagai) tim housekeeping, kitchen, security yang kita berdayakan,” tutur Haning.
“Sejauh ini responsnya positif karena kita juga beberapa kali sering dengan warga lokal dan komunitas (membantu) dalam bentuk menjaga kebersihan area kampung. Kita sering ikut bersih-bersih dengan warga lokal,” sambungnya.
Trip Lokal “A Day as Javanese”
Hal lain yang membuat Ajavi begitu istimewa adalah paket trip lokal yang mereka tawarkan. Mereka menamainya dengan “A Day as Javanese”, di mana pengunjung akan merasakan kehidupan masyarakat Jawa di masa lalu.
Pengunjung akan diajak untuk memasak makanan seperti urap dengan alat-alat tradisional, kemudian berkunjung ke sawah menggunakan sepeda ontel. Haning menyebut, paket ini biasanya untuk pasangan, dan yang lebih tertarik untuk merasakan pengalaman ini adalah turis asing.
Argyo Demartoto, pengamat sosiologi pariwisata Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), berpandangan bahwa setiap destinasi wisata berupaya untuk mempunyai ciri khas masing-masing. Hal itu bisa menjadi daya tarik bagi turis, baik domestik maupun asing.
Menurut Argyo, pengenalan kebudayaan Jawa yang dibawa Ajavi dapat menjadi pembeda dari berbagai akomodasi penginapan lainnya. Trip lokal “A Day as Javanese” menjadi daya tarik tersendiri bagi turis asing.
“Turis asing akan belajar tentang filosofi, belajar tentang norma atau nilai di masyarakat Jawa itu seperti apa, gotong royong, atau saling tolong menolong, serta belajar mengenai interaksi sosial masyarakat Jawa seperti apa,” ucap Argyo saat dihubungi Tirto, Senin (23/9/2024).
Ayom Java Village memang sarat akan filosofi Jawa di setiap konsepnya. Hal ini, menurut Argyo, merupakan upaya untuk melestarikan nilai-nilai Jawa karena filosofi bersifat abadi.
“Filosofi lebih abadi, langgeng. Ada transfer pengetahuan dari generasi lama ke generasi muda, yang itu merupakan upaya untuk melestarikan (budaya Jawa),” tutur dia.
Keunikan yang ada di Ayom Java Village, menurut Ahmad Dani Ismail, Bidang Pengembangan Pariwisata Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar, menjadikan pengalaman baru bagi pengunjung dari luar daerah maupun turis asing.
Dani, sapaan akrabnya, juga menyoroti lokasi Ayom Java Village yang strategis.
“Ayom Java Village berada di lokasi yang sangat strategis, yaitu berada di Kecamatan Colomadu tepatnya di Desa Gajahan. Lokasi yang mudah dijangkau oleh wisatawan dari luar daerah/luar kota karena ada dua exit tol yang berada dekat dengan lokasi vila yaitu exit Tol Klodran dan exit Tol Bandara Adi Soemarmo,” ujar Dani kepada Tirto.
Manager Operasional Ayom Java Village, Haning, berharap dapat mengembangkan restoran yang ada di Ajavi, supaya lebih nyaman, baik untuk tamu menginap, maupun tamu yang tidak menginap. Selain itu, Ayom Group juga berharap jika iklim bisnisnya bagus, akan tumbuh vila-vila serupa di daerah lain dan membawa dampak besar.
Penulis: Adisti Daniella Maheswari
Editor: Fahreza Rizky