tirto.id - Alat utama sistem pertahanan atau alutsista adalah semua hal yang berhubungan dengan sistem senjata, kendaraan, dan perlengkapan militer dan komponen-komponennya.
Kementerian Pertahanan Indonesia merilis sebuah laporan, Defence White Paper, yang berisi kerangka strategis pemerintahan dan prioritas pengeluaran.
Alutsista termasuk persenjataan dan transportasi perang maupun perlengkapan lainnya yang dimiliki oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) maupun Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Indonesia memiliki beberapa industri yang mendukung kekuatan militer Indonesia, yaitu PT. Pindad (Persero) yang memproduksi persenjataan, PT. Dirgantara INdonesia memproduksi transportasi militer, dan PT. PAL.
Mulai dari persenjataan militer, sebagian diproduksi dalam negeri oleh PT. Pindad yang telah menghasilkan beberapa senjata andalan TNI dan Kopassus, di antaranya, PM2 (senapan mesin ringan), SPR atauSenapan Penembak Runduk (bedil jarak jauh), SS1 (bedil pembunuh), SS2 (bedil pembunuh), SS3 (senapan serbu), dan SS4 (Senapan perang), terangkum dalam Military Factory.
Senjata lokal dan beberapa senjata buatan luar negeri seperti Korea Selatan, Swis, Italia, dan militer Indonesia menduduki 20 besar atau tepatnya peringkat 16 dari 137 menurut rangking Global Fire Power (GFP).
Kepala staf TNI Angkatan Darat, Enderal Budiman menyampaikan pada 2014 lalu bahwa TNI akan merombak sistem alutsista terutama dalam bidang persenjataan dengan kolaborasi antara universitas lokal dan industri militer dalam negeri. Rencana tersebut akan direalisasikan pada 2015 hingga 2019.
"Lebih banyak dana dalam anggaran kami akan dialokasikan untuk sistem senjata," ujarnya pada saat konferensi pers di Jakarta Utara, dikutip Army Recognition.
Rencana tersebut bakal direalisasikan untuk membangun senjata laser, sistem senjata jarak jauh, UAV/SUper Drone, Sistem pertahanan Optronic Terpadu, Gyrocopter, Miltu Rotor, dan Flapping Bird.
Budiman menambahkan, bahwa TNI berencana mengekspor lebih banyak senjata dan peralatan militer buatan dalam negeri, namun saat ini militer lebih fokus pada penelitian dan peningkatan kemampuan.
Selain senjata, transportasi militer juga merupakan bagian dari alutsista. TNI-AU memiliki pesawat dan helikopter yang diproduksi di dalam negeri oleh PT. Dirgantara Indonesia.
Di antaranya adalah N-219 (pesawat lepas landas singkat), N-245 (pesawat lepas landas medium), CN-235, CN-295, NC-212, dan untuk helikopter, PT. DI bekerja sama dengan beberapa negara memproduksi Super Puma Family dan BELL 412 EP.
Di sektor kendaraan tempur, Indonesia memiliki PIndad Panser (APS-3 Anoa) dan KOmodo 4x4 yang menjadi andalan TNI AD. Selain itu, ada kendaraan taktis P6 ATAV.
Kapal perang milik angkatan laut paling baru adala KRI Banda Aceh (LPD-593) yang merupakan kapal perang timbul.
Indonesia bekerja sama dengan negara lain, seperti Rusia untuk alutsista kapal selam, seperti Whiskey (Project 613), sebuah kapal selam penyerang tenaga diesel, serta Belanda untuk kapal selam Type 209.
Sedangkan untuk corvet, TNI AD memiliki Parchim (Project 1331M) dari Belanda, dan Sigma, yang juga dijuluki kapal perang siluman modular, sebagaimana terangkum dalam Military Factory.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yandri Daniel Damaledo