Menuju konten utama

Mengejar Mimpi 20 Juta Kunjungan Turis Asing

Pemerintah menargetkan 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) atau turis asing pada 2019. Kunjungan para turis asing ini ditargetkan separuhnya di luar Pulau Bali yang selama ini masih jadi favorit.

Mengejar Mimpi 20 Juta Kunjungan Turis Asing
Ribuan pengunjung memadati kawasan wisata Pantai Ria Ancol ketika libur akhir pekan. TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Namun, untuk dapat memenuhi target 20 juta kunjungan wisman pada 2019 nanti, pemerintah harus bekerja ekstra keras. Sektor pariwisata termasuk yang rentan terhadap penurunan bila tak ada upaya serius.

Terakhir kali jumlah kunjungan wisman mengalami penurunan terjadi pada 2006. Saat itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kunjungan wisman mencapai 4,87 juta kunjungan, menurun jika dibandingkan 2005 yang mencapai 5 juta kunjungan. Sejak itu, jumlah kunjungan wisatawan asing dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Dalam lima tahun terakhir, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 44,33 juta kunjungan. Dengan rincian: 7,64 juta kunjungan di 2011, 8,04 juta kunjungan di 2012, 8,80 juta kunjungan pada 2013, 9,43 juta kunjungan di 2014, dan 10,40 juta kunjungan pada 2015.

Pada 2016, pemerintah menargetkan kunjungan wisman mencapai 12 juta kunjungan. Ini target yang ambisius karena meningkat hampir 1,6 juta kunjungan dari pencapaian tahun sebelumnya. Untuk diketahui, berdasarkan data BPS, tidak pernah terjadi peningkatan jumlah wisman mencapai 1 juta kunjungan.

Kenaikan jumlah kunjungan wisman paling tinggi terjadi pada 2013. Saat itu, jumlah kunjungan wisman mencapai 8,80 juta kunjungan dibandingkan 2012, ada peningkatan sebanyak 757.667 kunjungan. Jelas, target tahun ini tidak mudah untuk mengejar angka 12 juta kunjungan meski ada kebijakan perluasan negara-negara bebas visa.

Hingga September 2016, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia baru mencapai 7,86 juta kunjungan. Jumlah ini baru menghitung kunjungan wisman yang datang melalui pintu masuk seperti bandara atau pelabuhan, belum menghitung wisman yang masuk dari pintu di perbatasan Indonesia dengan negara tetangga.

Menjadi sangat penting pencapaian di tiga bulan terakhir 2016 dari Oktober-Desember untuk mengejar target 12 juta kunjungan wisman. Selain Juni-Agustus, periode kunjungan wisman memang mengalami peningkatan pada akhir tahun, khususnya pada bulan Desember terkait libur Natal dan Tahun Baru.

Dari 2011-2015, setiap Desember selalu tercatat sebagai bulan paling ramai dengan kunjungan wisman. Desember selalu memecahkan rekor jumlah kunjungan wisman dari bulan-bulan lain setiap tahunnya.

Pada 2016, bulan paling ramai dengan kunjungan wisman terjadi pada Juli yang mencapai 1,03 juta kunjungan wisman. Ini merupakan rekor baru dalam sepanjang sejarah pariwisata Indonesia. Hanya dalam satu bulan jumlah kunjungan wisman mencapai lebih dari 1 juta kunjungan dari turis Eropa hingga Asia.

Fokus ke Eropa, Jangan Lupakan Asia

Pada 2016 pemerintah, melalui Kementerian Pariwisata, banyak melakukan promosi untuk menggenjot jumlah kunjungan wisman ke Indonesia. Kegiatan branding dengan slogan Wonderful Indonesia mulai dilakukan di beberapa negara Eropa. Salah dua di antaranya, Indonesia hadir menjadi peserta Internationale Tourismus-Börse (ITB) Berlin dan World Travel Market (WTM) London, salah dua pasar wisata terbesar di dunia.

Di London, misalnya, pemerintah sangat aktif memperkenalkan kampanye "Wonderful Indonesia". Caranya dengan memajang logo "Wonderful Indonesia" dan foto-foto kawasan wisata Indonesia pada ratusan taksi dan bus di London sepanjang Oktober-November 2016. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London juga melakukan tender dengan puluhan operator wisata pada awal 2016 yang dimenangkan oleh Ethos Travel, Travel 2, Travelbag, dan Hayes and Jarvis.

KBRI di London mengklaim program-program di atas berhasil meningkatkan pemesanan tiket pesawat dan kamar hotel oleh warga Inggris ke Indonesia hingga mencapai 438 persen. Ditambah kemudahan berkat kebijakan bebas visa, kunjungan wisatawan dari Inggris memang mengalami peningkatan, terutama ke Bali.

Sesuai data Dinas Pariwisata Provinsi Bali, kunjungan wisman Inggris pada periode Januari-Juli 2016 mencapai 120.476 kunjungan, atau meningkat 40,05 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pada 2015, kunjungan wisman asal Inggris masih menempati peringkat keenam, namun pada 2016 Inggris menjadi negara asal kunjungan wisman terbanyak keempat di Bali. Di atas Inggris, secara berurutan ada Australia, Cina, dan Jepang.

Dari sepuluh negara yang paling banyak warganya melakukan kunjungan ke Bali, sembilan di antaranya mengalami peningkatan signifikan. Hanya satu yang menurun yaitu Malaysia yang mengalami penurunan sebesar 5,78 persen. Pada periode Januari-Agustus 2015, jumlah kunjungan wisman asal Malaysia ke Bali sempat mencapai 119.485 orang.

Ini perlu dicermati karena bagaimana pun negara-negara Asia, khususnya di ASEAN, masih menjadi penyumbang jumlah kunjungan wisman terbanyak ke Indonesia. Pada 2014, kunjungan wisman dari negara-negara ASEAN yang berkunjung ke Indonesia mencapai 3,75 juta kunjungan wisman, atau 30 persen lebih dari total kunjungan wisatawan asing pada waktu itu 9,43 juta kunjungan.

Singapura dan Malaysia menjadi penyumbang kunjungan wisman terbanyak. Pada 2013 dan 2014, jumlah kunjungan wisman asal Singapura mencapai 1,63 juta kunjungan dan 1,73 juta kunjungan. Sedangkan Malaysia, pada rentang tahun yang sama, masing-masing mencapai 1,43 juta kunjungan dan 1,48 juta kunjungan.

Setelah dua jiran itu, Australia dan Jepang menempati peringkat berikutnya dalam hal memasok jumlah wisatawan ke Indonesia. Australia menyumbang 997.984 kunjungan pada 2013 dan 1.128.533 kunjungan pada 2014. Sedangkan Jepang menyumbang 491.574 kunjungan pada 2013 dan 525.419 kunjungan pada 2014.

Dari statistik ini, menjadi sangat penting untuk terus meningkatkan promosi wisata ke negara-negara Asia dan ASEAN. Perhatian kepada pasar Eropa atau Amerika tentu harus terus dilakukan, namun menjaga dan meningkatkan jumlah kunjungan wisman dari negara-negara tetangga jadi sesuatu yang mutlak.

Infografik Pariwisata Indonesia

Variasi Tujuan Wisata

Salah satu yang harus dilakukan untuk merawat kepercayaan wisatawan dari ASEAN dan Asia adalah mempromosikan tujuan wisata yang lebih variatif. Bali tentu saja masih selalu menjadi destinasi favorit, akan tetapi menjadi penting untuk mengenalkan tujuan wisata yang lain dengan lebih gencar dan massif.

Ini penting agar wisatawan ASEAN dan Asia, yang jarak tempuhnya relatif dekat, dan sudah akrab dengan Indonesia, tidak melulu disodori tujuan wisata yang itu-itu saja. Dengan jarak yang dekat, opsi bagi turis-turis ASEAN menjadi lebih banyak.

Pada 2016 ini, pemerintah memang menyiapkan 10 tujuan destinasi prioritas untuk mengakselerasi pertumbuhan sektor pariwisata. Sepuluh tujuan wisata itu adalah Borobudur, Mandalika, Labuhan Bajo, Bromo-Tengger-Semeru, Kepulauan Seribu, Toba, Wakatobi, Tanjung Lesung, Morotai, dan Tanjung Kelayang.

“Pembangunan 10 destinasi prioritas Ini merupakan percepatan akselerasi dalam mencapai target 20 juta (kunjungan) tahun 2019, karena dari 10 destinasi prioritas ini kita akan diperoleh 8,5 juta wisman (wisatawan mancanegara),” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Untuk mempercepat kesiapan tujuan-tujuan wisata di luar Bali, pemerintah memutuskan akan membentuk badan otorita yang akan menangani akselerasi pembangunan di wilayah tersebut. Yang paling siap di antaranya adalah Badan Otorita Toba. Berikutnya adalah Badan Otorita Borobudur. Melalui badan otorita itulah akan dikembangkan tujuan wisata yang terkoneksi dengan wilayah-wilayah di sekitarnya.

“Badan Otorita Borobudur bisa mencakup Sangiran, Karimun Jawa, Dieng dan Joglo Semar (Jogjakarta, Solo, Semarang), “ kata Arief.

Pembentukan badan-badan otorita inilah yang dimaksudkan oleh Arief Yahya sebagai “single destination single management”. Struktur badan otoritas tersebut akan terdiri Dewan Pengarah yang diisi oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Ketua Harian yang diisi oleh Menteri Pariwisata.

Paparan Arief Yahya itu terjadi pada akhir Januari 2016. Namun, langkah-langkah realisasinya terhitung lambat. Baru pada akhir Juni 2016 Presiden Jokowi mengumumkan Badan Otorita Danau Toba melalui Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016.

Langkah yang lambat itulah tidak heran jumlah kunjungan wisman ke Danau Toba, khususnya yang masuk melalui Bandara Kualanamu, tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Dari Januari-Juni 2016, misalnya, jumlah kunjungan wisman yang masuk dari Bandara Kualanamu hanya mencapai 82.202 kunjungan saja. Sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah kunjungan wisman yang masuk melalui Bandara Kualanamu mencapai 101.066 kunjungan, malah telah berkurang hampir 20 persen.

Kelambanan macam ini perlu dihilangkan jika ingin serius mengejar target 20 juta kunjungan wisman pada 2019. Pada tahun itu, pemerintah menargetkan 10 tujuan wisata prioritas akan menyedot sekitar 8,5 juta kunjungan wisman. Ini bukan hal yang mudah karena angka itu, jika merujuk pencapaian pada 2015 lalu, ini setara dengan 80 persen total kunjungan wisman.

Masih ada beberapa tahun lagi untuk menggapai mimpi 20 juta kunjungan wisman, dan ini tentu bukan pekerjaan yang mudah bagi pemerintah. Perlu banyak terobosan dan percepatan agar bisa mewujudkan mimpi jadi kenyataan.

Baca juga artikel terkait WISATA atau tulisan lainnya dari Zen RS

tirto.id - Indepth
Reporter: Zen RS
Penulis: Zen RS
Editor: Suhendra