tirto.id - TNI Angkatan Laut (AL) memiliki armada legendaris yang masih berlayar hingga saat ini. Kapal RI (KRI) Dewaruci namanya, dibuat pada 1952 oleh HC Stücklen dan Sohn Hamburg di Jerman Barat.
Kapal Dewaruci melaut pertama pada 24 Januari 1953. Kini, Kapal Dewaruci dipakai untuk pelatihan bagi taruna akademi militer AL.
Selain itu, Kapal Dewaruci saat ini juga dipakai untuk strategi diplomasi TNI AL maupun pemerintah. Kapal ini salah satunya dipakai untuk program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), yakni Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR).
Melalui program tersebut, peserta dan undangan MBJR diperkenalkan kepada jalur rempah Tanah Air. Pada 2024, Kemendikbudristek melakukan MBJR untuk ketiga kalinya.
Bersama Kapal Dewaruci, MBJR 2024 menelusuri jalur rempah di wilayah barat Indonesia serta Malaka, Malaysia. Perjalanan MBJR 2024 dimulai pada 5 Juni-13 Juli 2024.
Perjalanan itu dibagi dalam tiga etape (batch). Tim Tirto berkesempatan untuk mengikuti perjalanan di batch dua alias batch Kayu Manis yang mengarungi Dumai, Sabang, Malaka, serta Tanjung Uban. Batch Kayu Manis mengarungi samudera mulai 17 Juni-7 Juli 2024.
Kapal Dewaruci memiliki panjang 58,3 meter dan lebar 9,50 meter. Kemudian, hal yang membuat Kapal Dewaruci berbeda dari kapal TNI AL lain adalah tiang utamanya.
Kapal ini memiliki tiga tiang utama, yakni tiang Bima, Arjuna, dan Yudhistira. Ketinggian ketiga tiang itu berbeda-beda.
Tiang Bima memiliki ketinggian 32,5 meter, Arjuna 35,87 meter, dan Yudhistira 33,25 meter. Total ada 16 layar di tiang Bima,Arjuna, dan Yudhistira.
Belasan layar itu akan dibentangkan saat Kapal Dewaruci melaju tanpa menggunakan mesin. Total ada tiga lantai yang aktif digunakan oleh undangan maupun peserta MBJR 2024. Lantai pertama atau lantai paling atas merupakan geladak serta anjungan.
Di geladak KRI Dewaruci, peserta MBJR 2024 biasa berlatih untuk menampilkan warisan budaya Indonesia seperti tarian hingga musik Tanah Air. Pada Batch Kayu Manis, total ada 25 peserta yang diseleksi oleh Kemendikbudristek.
Mereka biasa berlatih mulai pagi hingga sore hari di geladak dengan luas 30 meter persegi. Terkadang, puluhan peserta ini berlatih hingga malam hari.
Selain untuk berlatih para peserta, undangan MBJR 2024 biasa menghabiskan waktu selama berlayar di geladak Kapal Dewaruci. Para undangan terdiri dari wartawan media massa serta penulis.
Sementara itu, para anggota TNI AL aktif bekerja di anjungan atau ruang komando navigasi kapal. Mereka biasa memantau pergerakan kapal lain dari ruang tersebut.
Selain geladak dan anjungan, di lantai atas Kapal Dewaruci juga terdapat area untuk menurunkan jangkar serta tiga tiang utama kapal tersebut.
Turun ke lantai dua, ada sejumlah area yang juga biasa digunakan oleh tentara AL maupun peserta atau undangan. Kami biasa turun ke lantai dua saat makan.
Maklum, ruang makan serta dapur berada di lantai ini. Ruang makan di Kapal Dewaruci tak bisa dibilang sebagai barang mewah. Berukuran 15 meter persegi, ruang makan ini dipenuhi perabot kayu, mulai dari meja makan hingga tempat duduknya.
Ada televisi yang terkadang digunakan untuk berkaraoke oleh peserta maupun undangan. Kami biasa disuguhi makan berupa ikan ataupun ayam, yang dilengkapi dengan tahu atau tempe serta sayuran. Para kadet KRI Dewaruci yang memasak makanannya.
Saat pagi hari atau sarapan, tentara yang menyambi sebagai chef biasa menyuguhkan teh hangat. Kemudian, sekitar pukul 10.00 WIB, chef biasa membuat minuman kacang hijau.
Jam makan di Kapal Dewaruci tergolong ketat, hanya satu jam setiap makan pagi, siang, serta malam.
Berada di sisi belakang ruang makan ada dapur berukuran 15 meter persegi. Alat masak di dapur dapat dibilang cukup lengkap, mulai dari pemanas air hingga oven.
Peserta maupun undangan kerap meminta air mendidih untuk membuat kopi, teh, atau mie instan. Para tentara dengan hangat mempersilakan kami mengambil air mendidih itu.
Masih di lantai yang sama, ada toilet dan kamar mandi untuk peserta/undangan laki-laki dan kamar mandi untuk anggota TNI AL. Meski dipisah, lokasi keduanya bersebelahan.
Sementara itu, kamar mandi untuk peserta perempuan berada di dekat ruang makan tamu VIP. Aslinya, kamar mandi itu merupakan kamar mandi untuk tamu VIP. Tetapi, KRI Dewaruci menjadikan kamar mandi itu sebagai kamar mandi perempuan.
Kamar tidur perempuan juga berada di lantai dua. Ada dua kamar tidur perempuan. Di setiap kamar tidur ada kasur tumpuk yang bisa digunakan untuk tiga peserta. Ruang tiap kamar tidur tergolong kecil, tak sampai tujuh meter persegi. Satu kamar dihuni enam orang, sementara kamar lain dihuni tujuh orang.
Lalu, kamar peserta dan undangan laki-laki ada di lantai tiga. Ada puluhan kasur tumpuk di lantai tersebut. Setiap kasur tumpuk juga diisi oleh tiga orang. Tim Tirto kebetulan tidur seorang diri di kasur tumpuk yang bisa diisi tiga orang.
Saya bisa leluasa untuk meletakkan barang-barang pribadi di kasur atas dan kasur bawah yang ada. Pendingin ruangan tempat tidur laki-laki menyala selama 24 jam dengan suhu terbilang dingin, mendekati 16 derajat celcius.
Jika suhu pendingin ruangan naik atau kecepatan kipas pendingin ruangan menurun, peserta maupun undangan kerap mencium bau solar di ruang kamar laki-laki. Pasalnya, tangki bahan bakar KRI Dewaruci terletak di bawah ruang kamar tersebut.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Intan Umbari Prihatin