tirto.id - Pada 23 Juni 2021, akun Instagram @pandemictalks mengunggah sebuah informasi berbentuk foto. Akun yang sering memberi edukasi terkait COVID-19 tersebut menjelaskan bahwa positivity rate tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di kota Jakarta pada tanggal tersebut sangat tinggi, yakni mencapai 90,1 persen.
Dengan demikian, menurut akun @pandemictalks, kasus COVID-19 di luar Jakarta bisa jadi lebih tinggi beberapa kali lipat dikarenakan jumlah tes yang rendah. Akun tersebut juga menyampaikan kemungkinan 9 dari 10 orang di luar DKI Jakarta kemungkinan telah terinfeksi COVID-19.
Akun @pandemictalks menyatakan sumber data mereka dari Kemenkes dan DKI Jakarta per 22 Juni 2021. Unggahan tersebut mendapatkan likes sebanyak 13,8 ribu kali dan komentar dari 534 orang.
Saat ini, unggahan tersebut telah dihapus dan diganti dengan klarifikasi dari tim @pandemictalks. Akun @pandemictalks menyampaikan permintaan maaf karena salah melakukan interpretasi data pada unggahan tersebut. Sebagai catatan, artikel Periksa Fakta ini hanya bertujuan menjelaskan metode interpretasi data COVID-19 dan bukan untuk menjatuhkan pihak manapun.
Lantas, bagaimana sebaiknya cara yang tepat untuk membaca data positivity rate PCR COVID-19 dan bagaimana cara membandingkan tingginya kasus positif COVID-19 antar wilayah?
Penelusuran Fakta
Untuk memecahkan kasus ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mencari cara menghitung positivity rate. Menurut Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat (CDC), positivity rate atau persentase kasus positif adalah rasio jumlah kasus konfirmasi positif COVID-19 berbanding dengan total tes atau pemeriksaan di suatu wilayah.
Cara menghitung positivity rate yakni dengan membagi antara jumlah total kasus positif harian dengan jumlah orang (spesimen) yang diperiksa lalu dikalikan 100.
Dengan demikian, positivity rate seperti yang dimaksud oleh @pandemictalks merupakan perbandingan jumlah kasus positif dengan total spesimen yang diperiksa pada 22 Juni 2021 di luar kasus Jakarta dan tidak merepresentasikan seluruh penduduk di luar Jakarta. Karena tes PCR hanya dilakukan oleh segelintir orang dan bukan total populasi. Di sinilah interpretasi dari @pandemictalks sebelumnya keliru.
Sebagai contoh, kita ingin melihat positivity rate DKI Jakarta. Menurut situs corona.jakarta.go.id per 22 Juni 2021 (pemantauan situs dilakukan pada 24 Juni 2021 pukul 16:19), data menunjukkan bahwa terdapat orang positif harian -- yang artinya orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 pada hari tersebut -- yang berjumlah sebanyak 4.693 dari jumlah orang dites sebanyak 19.485 orang. Maka, positivity rate kasus baru harian adalah 24,1 persen merujuk seperti rumus yang telah dipaparkan.
Jika ingin melihat tingkat keparahan kasus di suatu wilayah dan dibandingkan dengan wilayah lainnya, perhitungan yang lebih adil adalah dengan melihat "Rasio kasus positif per 1.000 penduduk". Rasio kasus positif sendiri maksudnya adalah banyaknya orang yang terkonfirmasi positif terinfeksi COVID-19 di suatu wilayah setiap 1.000 penduduk.
Dikarenakan jumlah penduduk di tiap daerah berbeda-beda, membandingkan secara mentah-mentah kasus positif kumulatif di Jakarta dengan Jawa Barat misalnya, merupakan hal yang keliru, sebab populasi Jawa Barat jauh lebih banyak dari DKI Jakarta. Menurut Sensus Penduduk BPS, per September 2020, DKI Jakarta memiliki 10,56 juta jiwa penduduk dan di waktu yang sama, Jawa Barat memiliki penduduk sebanyak 48,27 juta jiwa.
Perhitungan rasio kasus per 1.000 penduduk dilakukan sebagai berikut:
Rumus = "Jumlah Kasus Positif Kumulatif" / "Jumlah Penduduk Suatu Wilayah" (dikali) 1.000
Dengan menggunakan perhitungan ini, kita bisa menghitung rasio kasus positif DKI per 1.000 penduduk pada 23 Juni 2021. Kasus terkonfirmasi positif di Jakarta pada tanggal tersebut adalah 482.264. Jika dibandingkan dengan total penduduk Jakarta sebesar 10,56 juta jiwa, maka hitungan kasarnya kurang lebih:
Rasio kasus per 1.000 penduduk = 482.264 / 10.560.000 x 1.000
Dengan rumus tersebut, pada 23 Juni 2021, rasio kasus per 1.000 penduduk di Jakarta adalah 45,66. Artinya terdapat sekitar 45 kasus positif per 1.000 penduduk di Jakarta.
Lalu, bagaimana dengan kasus di daerah lain?
Misal, kita ingin membandingkan rasio kasus positif Jakarta dengan Jawa Barat. Menurut pemantauan di situs pikobar.jabarprov.go.id, kasus positif di Jawa Barat per 23 Juni 2021 adalah 350.719 kasus. Maka, rasio kasus per 1.000 penduduk Jawa Barat dengan jumlah penduduk 48,27 juta jiwa adalah 7,26. Berarti, di Jawa Barat terdapat 7 kasus per 1.000 penduduk.
Sementara itu, jika kita ingin melihat rasio kasus per 1.000 penduduk di Indonesia, maka perhitungannya adalah kasus positif tanggal 23 Juni 2021, yakni 2.033.421, dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 271.344.889 juta jiwa dan dikali 1.000. Hasilnya: 7,4. Artinya ada 7 kasus per 1.000 penduduk di seluruh wilayah Indonesia. Namun, perhitungan yang lebih umum adalah menggunakan 1 juta penduduk (7,4 ribu kasus per 1 juta penduduk).
Cara melihat data seperti ini dinilai lebih adil dan setara (apple to apple) karena menggunakan pembagi jumlah penduduk per wilayah dan dilihat per 1.000 penduduk. Namun, perbandingan ini juga perlu memperhatikan variabel lain seperti jumlah tes di suatu wilayah (dilihat rasio tes per 1.000 penduduk suatu wilayah), sehingga pada dasarnya perbandingan keparahan kasus tak bisa berdiri sendiri.Sebelumnya, akun @pandemictalks juga benar menyampaikan bahwa jumlah tes yang masih rendah di daerah. Padahal, menurut rekomendasi WHO setidaknya dilakukan 10-30 tes per kasus positif. Sementara rasio tes Indonesia baru sekitar 70.600 tes per 1 juta penduduk menurut pemantauan Worldometers saat diakses tanggal 28 Juni 2021. Jumlah tersebut masih sangat kecil jika dibandingkan dengan Singapura (2,2 juta tes per 1 juta penduduk) atau Malaysia (437 ribu tes per 1 juta penduduk).
Hingga saat ini, akun @pandemictalks masih membandingkan positivity rate antara DKI Jakarta dengan wilayah non-DKI. Padahal secara statistik, perbandingan secara langsung (direct comparison) tidak bisa dilakukan mengingat wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan dan ketersebaran penduduk yang tidak merata. Demikian pula dengan jumlah tes yang berbeda-beda antar daerah.
Jika ingin melakukan perbandingan, sebaiknya membandingkan rasio kasus positif tiap wilayah dan juga dibandingkan dengan rasio tes di tiap wilayah.
Untuk kepentingan penulisan artikel ini, Tirto juga telah berkonsultasi kepada ahli statistik dan mantan analis Satgas Covid Jabar.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa informasi 9 dari 10 orang di luar Jakarta yang melakukan PCR memiliki kemungkinan positif COVID-19 bersifat missing context atau memerlukan konteks lebih lengkap. Mengingat bahwa jumlah tes COVID-19 dan populasi di berbagai daerah berbeda-beda, analisis mengenai tingginya jumlah kasus positif COVID-19 di suatu daerah sebaiknya mempertimbangkan kedua faktor ini.
==============
Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id atau nomor aduan WhatsApp +6288223870202. Apabila terdapat sanggahan ataupun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.
Editor: Farida Susanty