Menuju konten utama

Mendikbud Nadiem: Kesalahan Kamus Sejarah Dibuat saat Era Muhadjir

Nadiem menyebut hilangnya nama Hasyim Asy'ari dari kamus sejarah terjadi pada tahun 2017 saat Mendikbud masih dipimpin oleh Muhadjir Effendy.

Mendikbud Nadiem: Kesalahan Kamus Sejarah Dibuat saat Era Muhadjir
Mendikbud Nadiem Makarim mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/9/2020). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/NZ

tirto.id - Nadiem Makarim mengklaim jika peristiwa hilangnya nama pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari dari Kamus Sejarah Indonesia Jilid I Nation Formation (1900-1950) terjadi sebelum dirinya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

Founder Gojek ini menuturkan, hilangnya nama Hasyim Asy'ari dari kamus sejarah terjadi pada tahun 2017, atau saat Mendikbud masih dipimpin oleh Muhadjir Effendy yang kini menjadi Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK).

"Terkait dengan isu kamus sejarah, kamus sejarah ini disusun tahun 2017, sebelum saya menjabat," kata Nadiem melalui keterangan video yang diunggah melalui Instagram pribadinya @nadiemmakarim , Rabu (21/4/2021).

Dia menjelaskan, begitu mendengar isu bahwa adanya hilangnya nama tokoh besar NU itu pada era Muhadjir, Nadiem yang telah menjadi Mendikbud mengaku langsung mengambil langkah konkret dengan menugaskan Dirjen Kebudayaan untuk menyelesaikan permasalah dan melakukan koreksi.

"Saya perintahkan Kemendikbud untuk melakukan penyempurnaan kamus yang sempat terhenti dilanjutkan secara teknis dan lebih memadai dari berbagai pemangku kepentingan," ucapnya.

Dirinya berharap agar publik menyikapi permasalahan tersebut dengan jernih, apalagi saat ini adalah bulan suci ramadan.

"Di bulan yg suci ini menyikapi permasalahan dengan akal sehat, kepala dingin, dengan solusi," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait KAMUS SEJARAH INDONESIA atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Restu Diantina Putri