tirto.id - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengajak investor asal Cina untuk berinvestasi sarang burung walet di Indonesia. Hal tersebut ia sampaikan saat pertemuan bilateral dengan Minister of General Administration of Custom China (GACC), Ni Yuefeng di Kantor GACC Beijing, Cina, Jumat (19/7/2019).
Menurut Enggar, keberadaan investor Cina dalam usaha sarang walet asal Indonesia bakal mempermudah proses ekspor ke negara tersebut.
"Investasi sarang burung Cina di Indonesia akan memberi kemudahan atas produk makanan olahan dalam hal proses dan pemenuhan persyaratan ekspor ke Cina," ujar Enggar melalui keterangan resmi yang diterima Tirto, Minggu (21/9/2019).
Lawatan Enggar di Cina merupakan rangkaian kegiatan kunjungan kerja Mendag ke Cina pada 18—22 Juli 2019. Pertemuan Mendag dengan Menteri Ni Yuefeng juga merupakan tindak lanjut dari pembicaraan dan kesepakatan yang sudah dilakukan antara Presiden Yi Xin Ping dan Presiden Jokowi di Osaka, Jepang beberapa waktu lalu.
Saat itu, Presiden Jokowi menyampaikan kepada mitranya berbagai hal, termasuk kesulitan dalam ekspor dan defisit perdagangan ke Cina yang begitu besar. Presiden Yi Xin Ping berjanji menindaklanjuti dan memberikan prioritas untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Kementerian Perdagangan tengah mempercepat proses sertifikasi eksportir yang jadi hambatan masuknya sarang walet asal Indonesia ke Cina.
Saat ini, kata Enggatiasto, ada 21 eksportir sarang walet asal Indonesia yang bakal melego barangnya ke negeri tirai bambu. Namun, 7 di antaranya masih dalam proses sertifikasi.
Menurut Mendag, ekspor sarang burung walet merupakan komoditas prioritas yang berpotensi besar mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia terhadapa Cina, mengingat tingginya nilai dari produk sarang burung walet dan produk turunannya.
Total perdagangan Indonesia-Cina periode 2018 tercatat sebesar $72,67 miliar atau naik 23,48 persen dari total perdagangan 2017 yang sebesar $58,84 miliar. Total perdagangan Indonesia-Cina pada periode Januari-April 2019 telah mencapai $22,4 miliar.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dipna Videlia Putsanra