Menuju konten utama
Kebijakan Anti Deforestasi

Mendag Sebut Uni Eropa Tak Konsisten terhadap Produk Petani RI

Yang sangat disayangkan adalah volume perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa masih terbilang kecil, yaitu di angka 30 miliar dolar AS.

Mendag Sebut Uni Eropa Tak Konsisten terhadap Produk Petani RI
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyampaikan kata sambutan pada acara peluncuran Jakarta Muslim Fashion Week 2024 di Jakarta, Jumat (23/6/2023).ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.

tirto.id - Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan menilai kebijakan Anti Deforestasi Uni Eropa bersifat diskriminatif. Menurut Zulhas--sapaan akrabnya, Uni Eropa tidak konsisten terhadap produk olahan pertanian Indonesia beserta perkebunannya.

"Uni Eropa juga tidak konsisten, katanya kopi itu merusak lingkungan tapi dalam waktu yang sama dia juga beli batu bara dari kita, masak kopi lebih merusak lingkungan daripada batu bara. Enggak konsisten," ungkap Zulhas saat ditemui di kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (1/8/2023).

Maka dari itu, Zulhas mengatakan akan mengambil sebuah keputusan tegas dan terukur, guna menghadapi kebijakan Uni Eropa tersebut. Sebab, menurut Zulhas ada delapan juta petani kecil yang terdampak dari penerapan kebijakan Anti Deforestasi tersebut.

"Delapan juta petani kecil akan terdampak, Kemendag siap mengambil langkah terukur untuk kepentingan nasional. Ini merupakan kebijakan diskriminatif," terangnya.

Selain itu, Zulhas menyebut bahwa Indonesia mempunyai potensi dagang yang besar. Dan juga, yang sangat disayangkan adalah volume perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa masih terbilang kecil, yaitu di angka 30 miliar dolar AS.

"Kita punya potensi dagang yang besar, Kemarin saya menerima pengusaha-pengusaha Uni Eropa, saya bilang kalau kita ribut kepada hal-hal yang tidak produktif kita rugi, Uni Eropa rugi kita juga rugi," jelasnya.

"Dagang kita dengan Uni Eropa baru 30 miliar dolar volumenya, sedangkan Uni Eropa dengan Thailand 80 miliar dolar AS, kita sepertiga. Dengan Vietnam hampir 80 miliar dolar, dengan Singapura lebih besar lagi. Jadi kita baru 30 sangat kecil," lanjutnya.

Ia meminta kepada pengusaha Uni Eropa untuk memberikan win-win solution. Agar volume perdagangan yang dijalin dengan Indonesia akan sama-sama untung.

"Oleh karena itu saya minta kepada pengusaha untuk menyampaikan agar ada win-win. Kalau dagang kita bisa sampai 100 miliar dolar kan dia untung kita untung sama-sama," ungkapnya.

Zulhas menambahkan, perdagangan Indonesia khususnya pada pasar-pasar non-tradisional telah memberikan surplus yang besar ke negara Asia lainnya. Seperti Bangladesh hingga Eropa Timur.

"Oleh karena itu selain kita dengan Uni Eropa, kita juga mengembangkan pasar-pasar non-tradisional, Bangladesh itu kita surplus dua miliar dolar, Pakistan itu kita surplus tiga miliar dolar, India kita surplus 14 miliar dolar, Asia Selatan dua miliar manusia pasar di sana, juga dengan Timur Tengah, juga dengan Eropa Timur," imbuhnya.

"Afrika yang besar, kalau dulu Afrika kelaparan tapi sekarang enggak, cukup makan dan bisa belanja, cocok dengan produk-produk kita. Afrika itu 1,4 miliar orang, nah ini kita coba kembangkan ke sana," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait ANTI DEFORESTASI atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Bisnis
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Fahreza Rizky