tirto.id - Pemerintah mendorong sejumlah toko ritel modern di bawah naungan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) membidik pesantren. Toko-toko ritel tersebut di antaranya seperti Alfamart, Indomaret, Hypermart, Transmart, hingga Super Indo.
Langkah itu dilakukan seiring dengan inisiatif yang digagas Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) untuk meningkatkan ekonomi umat melalui penguatan peran toko ritel di pondok pesantren.
“Gerai itu sasarannya bukan hanya melayani pesantren saja, karena terlalu kecil secara ekonomis. Kami juga mau meningkatkan kegiatan ekonomi di pesantren tersebut,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta pada Senin (9/4/2018).
Enggartiasto membantah apabila kerja sama gerai di pesantren dengan toko-toko ritel modern cenderung padat modal. Ia memastikan gerai tidak akan dikenakan biaya sebelum memulai bisnis waralaba (franchise fee), di samping sistem penjualannya juga dalam bentuk konsinyasi.
Pemerintah sendiri tengah berupaya agar industri perbankan bersedia untuk mendukung program ini. Salah satunya dengan memberikan kredit untuk modal kerja. Meski membuka peluang bagi bank manapun, namun Enggartiasto mengaku bakal memprioritaskan bank berbasis syariah untuk membantu pembiayaan.
“Misalkan Bank Mega Syariah memberikan pembiayaan kepada gerai X yang merupakan binaan dari Transmart. Ke Transmart, (gerai) bayar tunai dari kredit ini. Tapi kredit tidak bisa digunakan untuk macam-macam, hanya untuk beli barang,” jelas Enggartiasto.
Lebih lanjut, Enggartiasto mengatakan bahwa pemerintah juga telah mengusahakan agar perbankan mau menerapkan sistem bunga rekening koran. “Sehingga tidak menimbulkan godaan, uang dipakai dulu untuk kegiatan lain. Lebih baik bunganya lebih tinggi dari KUR (Kredit Usaha Rakyat), daripada dengan KUR kemudian ada godaan,” ujar Enggartiasto.
Selain merenovasi dan memasok barang-barang ke gerai, pemerintah juga bakal mendorong adanya program digitalisasi desa. Ketua Umum Aprindo Roy Mandey menilai masyarakat setempat memang masih butuh penyesuaian untuk itu.
Aprindo lantas mendorong agar SDM (sumber daya manusia) yang sehari-harinya menjaga gerai dapat mengoperasikan gawai yang telah disiapkan untuk berkomunikasi. Pendidikan vokasi dan peningkatan literasi pun direncanakan sehingga tenaga kerja semakin terlatih.
“Yang kami lakukan ada tiga hal sebagai bentuk kerja sama, yakni sistem akan kami dukung dengan yang sudah baku, lalu SOP (Standard Operating Procedure/Prosedur Operasi Standar), dan standar pelayanan,” ungkap Roy.
Setidaknya akan ada 10 gerai di lingkungan pondok pesantren yang diresmikan pada tahap pertama. Menurut rencana, Presiden Joko Widodo bakal meresmikan kesepuluh gerai tersebut secara langsung pada Mei 2018 mendatang.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Agung DH