tirto.id - Usai Hari Raya Idulfitri, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto semakin sibuk dengan sejumlah agenda kunjungan di luar agenda sebagai Menko Perekonomian. Dari menemui presiden, ketua umum partai hingga seniornya di Partai Golkar.
Tak ada penjelasan konkret yang diberikan Airlangga mengenai aksi safari politiknya tersebut. Namun, yang jelas dia berusaha mencari wadah baru di saat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang sudah setahun dirintis, kini nyaris bubar.
Airlangga berusaha kokoh dengan KIB. Walaupun dua partai lainnya yaitu PAN dan PPP nampak goyah. Secara kasat mata di hadapan publik, PPP menyatakan dukungan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk menjadi capres di Pilpres 2024.
Dukungan tersebut disusul dengan merapatnya PPP ke PDIP dalam bingkai kerja sama politik. Sebab, PDIP enggan menyebut dengan istilah koalisi. Terakhir, DPP PPP berkunjung ke Istana menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerahkan hasil Rapimnas yang berisikan dukungan kepada Ganjar.
PAN mulai menunjukkan sikap yang sama dengan PPP. Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi menyatakan memiliki sejumlah kesamaan dengan ideologi dan pemikiran PDIP. Ditambah PAN pernah memberi isyarat dukungan kepada Ganjar untuk menjadi capres.
Namun, berbeda dari PPP, PAN masih berharap KIB eksis. Dia tidak ingin KIB bubar seperti yang disikapi oleh PPP. Viva berharap Golkar ikut jejak PPP untuk mendukung Ganjar di Pilpres 2024.
"Kita tunggu proses politik selanjutnya. Pendaftaran paslon masih di bulan September 2023. Masih banyak waktu untuk melakukan komunikasi," terangnya.
Sejumlah langkah yang telah dilakukan Airlangga antara lain bertemu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Restoran Plataran by Senayan pada Rabu (3/5/2023). Pertemuan itu menghasilkan kesimpulan bahwa dua partai akan sepakat membentuk Koalisi Inti.
Airlangga berharap Koalisi Inti dapat menjadi poros penggerak dari Koalisi Besar gabungan KIB dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang beranggotakan PKB dan Gerindra.
Meski pembentukan Koalisi Inti terkesan aklamasi untuk mewakili dua koalisi sebelumnya. Namun, partai lainnya menerima keputusan tersebut dan menganggapnya sebagai proses perluasan keanggotaan sebagaimana silaturahmi sebelumnya yang telah sering dilakukan.
Bahkan sebagai bentuk keseriusan terbentuknya Koalisi Inti, Golkar dan PKB mengutus masing-masing kader mereka untuk menjadi tim teknis Koalisi Besar. Airlangga masih menyimpan asa bahwa Koalisi Besar bisa diwujudkan.
Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menunjuk politikus Partai Golkar Nusron Wahid dan politikus PKB Faisol Reza menjadi Ketua Tim Teknis Koalisi Besar.
Menurut Airlangga, penunjukan dua politikus dari partai itu sebagai bentuk keseriusan untuk membentuk Koalisi Besar gabungan dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
"Selanjutnya kita berdua berdua berbicara Koalisi Besar dan Koalisi Besar itu membutuhkan Koalisi Inti. Dan Koalisi Inti itulah yang hari ini kita duduk bersama di mana Koalisi Inti ini antara Golkar dan partai koalisi Partai Kebangkitan Bangsa," kata Airlangga dalam konferensi pers di Restoran Plataran Senayan pada Rabu (3/5/2023).
"Bahkan kita sudah menunjuk tim pemenangan yaitu dari Golkar adalah Bapak Nusron Wahid dan dari PKB Pak Faisol Reza," imbuhnya.
Selain mendekati koalisi-koalisi yang dekat dengan Istana. Airlangga juga berusaha mencari kesempatan dengan Koalisi Perubahan yang notabene lekat sebagai antitesa Jokowi karena mengusung Anies Baswedan sebagai capres. Airlangga bertemu Jusuf Kalla, sosok di balik layar majunya Anies sebagai capres.
Pertemuan ini terkesan mendadak, karena informasinya tersampaikan kepada awak media beberapa saat sebelum dilaksanakan. Bahkan, demi memuluskan niat pertemuannya tersebut. Airlangga mengajak istrinya demi mencairkan suasana, sehingga timbul kesan kekeluargaan dalam perbincangan malam itu.
"Saya hadir dengan ibu. Jadi, karena dengan ibu [istri Airlangga], tentu bicaranya lebih kekeluargaan," kata Airlangga.
Sayangnya, Jusuf Kalla nampak bergeming atas tawaran Airlangga mengenai Koalisi Besar. Jusuf Kalla merasa pesimistis dengan Koalisi Besar karena, menurutnya, hal itu mustahil terwujud dalam proses praktik politik. Sebab, jumlah partainya terlalu besar dan sulit mengakomodasi kepentingan masing-masing partai.
"Ini tentu ada suatu pikiran, tapi dalam praktik politiknya tentu tidak mudah untuk menyatukan semua," kata Jusuf Kalla.
Pernyataan Jusuf Kalla yang menolak gagasan Koalisi Besar semakin dipertegas oleh Anies Baswedan. Hal itu disampaikan saat dia memaparkan mengenai mengenai sosok cawapresnya yang telah mengerucut menjadi lima nama dan tidak ada nama Airlangga di dalamnya.
"Biarkan Tim Kecil ini bekerja membahas mengenai kriteria. Alhamdulillah sudah sampai mengerucut pada lima nama sesuai konsiderasi dari koalisi yang ada saat ini. Yang bisa dipastikan tidak akan keluar dari yang Anda lihat saat ini," kata Anies di Sekretariat Perubahan pada Jumat (5/5/2023).
Membaca Langkah Airlangga Membangun Koalisi Baru
Langkah-langkah Airlangga untuk memaksa maju menjadi capres terbaca dari sejumlah profil partai yang dia temui. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno melihat langkah Airlangga yang menemui Cak Imin adalah kesamaan ambisi di antara keduanya.
"Saya kira itu bagian dari ikhtiar politik Airlangga Hartarto untuk maju di 2024. Terutama dari partai koalisi baru untuk mendapat tiket pencapresan. Terlihat dari safari politik yang dilakukan Airlangga kepada partai politik dan ketua umumnya yang punya harapan maju tapi masih belum jelas," kata Adi.
Adi menilai usaha Airlangga untuk menjadi capres cukup ambisius. Enam bulan jelang pendaftaran capres dan cawapres diyakini akan ada beberapa aksi Airlangga dan partainya dalam bermanuver. Sehingga tawaran yang akan diberikan oleh Airlangga akan semakin menggiurkan.
"Semakin mendekati hari pendaftaran tawaran yang diberikan Airlangga akan semakin menggiurkan. Maka bisa jadi Demokrat akan tergiur dengan tawaran cawapres yang tak kunjung diumumkan oleh para partai pendukung Anies," terangnya.
Selain itu, Peneliti Pusat Riset Politik - Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN), Wasisto Raharjo Jati mengingatkan kepada Airlangga dan jajarannya di Partai Golkar untuk segera mengakhiri manuver politik dan berpuas diri dengan hasil yang telah didapat.
Wasisto memandang semakin gencar Airlangga bermanuver, maka semakin besar risiko Golkar ditinggal partai lain. Karena partai lain sudah memiliki pilihan dengan masing-masing capres.
"Risikonya adalah parpol lain berpotensi tidak merapat ke KIB yang digagas oleh Golkar. Oleh karena itu, sikap dan orientasi Golkar perlu dipertegas," terangnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Maya Saputri