Menuju konten utama

Melihat Pencarian Model dari Dalam

Di kontes pencarian model, kemenangan bukan jadi yang utama. Memperluas relasi justru jadi hal yang dicari.

Melihat Pencarian Model dari Dalam
Kompetisi pemilihan Elite Model Look Prancis 2017. FOTO/elitemodellook.com

tirto.id - Ario Prakoso adalah seorang sarjana elektro. Setelah lulus kuliah, pria 27 tahun ini bekerja di beberapa perusahaan telekomunikasi. Salah satu pekerjaan yang paling ia ingat adalah memasang jaringan 4G di Indonesia. Suatu waktu, ia tertarik dengan tawaran pekerjaan di Malaysia. Malang, agen yang menawarinya pekerjaan ternyata menipunya. Ario memilih untuk mengundurkan diri sebelum kontrak kerja selesai. Risikonya, ia harus membayar denda yang menguras uang tabungannya.

Pulang ke Indonesia, seorang kawan menawarkan pekerjaan di bidang sama. Tapi Ario menolak. Ia memilih untuk menapaki jalan baru: menjadi model. Ancang-ancang pertama adalah mengikuti Nylon Face Off, kompetisi pencarian model yang diselenggarakan majalah gaya hidup Nylon. Ia optimis bisa menang.

Dengan tinggi 185cm, kulit sawo matang, rahang tegas, hidung mancung, mata sayu, rambut kribo yang dibiarkan megar, dan senyum lebar yang menawan; ia punya cukup modal untuk jadi model. Penampilannya nyentrik. Ia berbeda dengan model pria Indonesia yang biasanya tampil klimis dengan badan berotot.

Tapi harapan Ario pupus. Dalam kontes, ia dikalahkan oleh seorang pria berambut gimbal. Hal itu tidak bikin Ario kapok. Ia ditawari bergabung ke satu agensi model. Dari sana, muncul pekerjaan sebagai model foto, model iklan televisi, dan model peragaan busana. Termasuk info soal kompetisi pemilihan model. Beberapa bulan setelah gagal, Ario ikut audisi Gading Model Search (GMS). Kontes pencarian model yang menjadi bagian acara Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF). Di ajang itu, akhirnya Ario jadi pemenang.

“Kompetisi ini penting untuk portfolio. Ya saya milih- milih juga sih kalau mau ikut kompetisi,” katanya.

GMS adalah kontes tahunan yang sudah berlangsung selama 15 tahun. Buat Cut Meutia, Deputy Chairman JFFF, mempertahankan konsistensi dan reputasi GMS tidak gampang. Hadiah dari sponsor dan jaminan tampil dalam peragaan busana JFFF tidak cukup membuat kontes ini lebih diminati orang. Program worskhop mode dan kecantikan pun dibuat untuk para peserta kontes. Pada malam final, Meutia mengundang juri yang ia anggap berkualitas. Di antaranya desainer busana, model senior, redaktur mode, koreografer, dan perwakilan produk kecantikan.

“Kami sudah dikenal sebagai ajang yang bisa memunculkan model terkenal. Beberapa alumni berprestasi GMS adalah Patricia Gouw (Runner Up Asia’s Next Top Model cycle 4), Kezia Warouw (Putri Indonesia 2016), Bunga Jelitha (Putri Indonesia 2017), dan si kembar Valerie & Veronika (Finalis Asia’s Next Top Model cycle 5),” lanjut Meutia.

Foto Ario terpampang dalam iklan acara JFFF tahun ini. Ketika potretnya tersebar dalam iklan GMS, ia mengikuti kompetisi lain yaitu Indonesian Fashion Model Competition 2018. Kompetisi pencarian model yang diselenggarakan oleh pekan mode tahunan Indonesia Fashion Week. Di kontes itu Ario mendapat gelar juara favorit.

“Dapat voucher belanja, sepatu, kacamata. Sebenarnya yang juga saya cari dari kompetisi itu koneksi dan kesempatan buat dilihat pencari bakat,” tutur pria pendiri Infinity, perusahaan rintisan bidang web developer dan house application.

Hari Kamis lalu, ia jadi finalis Model Search yang diadakan pekan mode Jakarta Fashion Week (JFW). Acara pencarian model itu sudah diadakan sejak tahun 2012. “Kami ingin show JFW bisa menampilan wajah-wajah baru. Nggak cuma model bule yang sudah jago. Sejak tahun lalu kami buat audisi di beberapa daerah dan menemukan model-model yang potensial,” kata Zornia Devi, Program Director of Jakarta Fashion Week.

Infografik Kompetisi Model Fashion

Setiap tahun JFW membutuhkan sekitar 130 model. Tahun ini peserta Model Search di Jakarta mencapai 275 orang. Jumlah ini menurun hampir setengah dari jumlah peserta tahun lalu. “Setidaknya kualitas pesertanya lebih bagus,” tutur Andru, tim JFW.

Dalam kompetisi, penyelenggara memilih enam pemenang. Para pemenang akan diadu dengan pemenang-pemenang kontes dari daerah lain yaitu Medan, Surabaya, dan Yogyakarta. Dari kompetisi antar daerah, akan dipilih dua pemenang. Tahun ini pemenang berasal dari Surabaya dan Jakarta. Hari itu Ario bahkan tidak masuk di jajaran enam besar. Meski demikian sikapnya santai. Ia tetap punya kesempatan berjalan di peragaan busana JFW.

Saat itu dewan juri terdiri dari model, koreografer, perwakilan L’Oreal Profesionnel (sponsor JFW), dan kepala relasi internasional JFW. Sebelum mengumumkan pemenang, salah satu juri mengingatkan peserta agar siap bila diminta mengubah bentuk tubuh dan penampilan.

Hal itu sudah terjadi pada Chaterine, pemenang Model Search Medan. Ia bisa ke Jakarta dengan satu syarat yakni memotong pendek rambutnya sampai di bawah kuping. “Katanya agar leher terlihat jenjang,” kata Chaterine, 18 tahun, mahasiswi pendidikan pariwisata di Medan. Ia menuruti saran juri.

Di Jakarta, Chaterine kalah tetapi ia mendapat panggilan dari sebuah agensi model. Ia segera merespons panggilan tersebut. Kini fotonya sudah diunggah di media sosial sang pencari bakat yang pertama kali melihat Chaterine di Instagram penyelenggara kompetisi. Unggahan itu menandakan Chaterine sudah bisa direkrut sebagai model. Ia tak masalah bila harus terbang Jakarta- Medan untuk bekerja.

“Semua model pengen jalan di sana. Siapa tahu dilirik desainer internasional dan lokal. Saya cari kemungkinan-kemungkinan seperti itu.”

Satu minggu sebelum kontes, ia mempersiapkan diri dengan melatih cara berjalan dengan melihat tayangan di YouTube yang memuat para model Victoria’s Secret. Dari sisi kesehatan, ia menghindari konsumsi karbohidrat. “Nantinya ingin seperti Ayu Gani (model Indonesia yang jadi Pemenang Asia’s Next Top Model),” tutur Chaterine.

Zornia berkisah tentang kesempatan-kesempatan muncul dari ajang pencarian model. Ia baru pulang dari Korea untuk menemani para model pemenang audisi Asia Model Festival yang finalnya diselenggarakan di Seoul. “Model bisa kemana-mana. Kita nggak pernah tahu kesempatan apa yang bisa datang,”

Tahun lalu, pemenang kompetisi Model Search dikontrak oleh L’Oreal Profesionnel sebagai model kampanye tren warna teranyar. “Bila ada model yang sesuai dengan karakter brand dan koleksi warna baru, kita akan ajak kerjasama,” kata Indra Tanudarma, Creative Director L’Oreal Profesionnel Indonesia.

Baca juga artikel terkait MODEL atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Joan Aurelia
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono