tirto.id - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, angkat bicara soal sejarah Gerakan 30 September (G30S) 1965. Megawati mengaku masih belum bisa menerima karena menyimpan luka yang terlalu besar, termasuk apa yang dialami dirinya. Untuk itu, putri Presiden RI pertama Sukarno ini meminta agar sejarah G30S dibongkar.
"Sampai hari ini saya menyatakan, ini seharusnya sejarah Indonesia harus dibuka. Enggak bisa disembunyikan, lukanya dalam. Seperti sekarang, kan isu PKI itu," kata Megawati di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Selasa (2/4/2019).
Beberapa pihak menganggap, Sukarno kala itu dekat dengan orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang kemudian dituding berniat melakukan kudeta lewat G30S. Megawati mengaku belum paham atas kebenarannya karena saat itu ia masih anak-anak.
Setelah dewasa, Megawati paham bahwa tidak mungkin ayahnya mendukung pihak yang melakukan kudeta. Pasalnya, Sukarno adalah Presiden RI yang tidak mungkin menggulingkan dirinya sendiri dari kursi kekuasaan.
"Jadi, mau mengkudeta presiden, berkolaborasi dengan partai komunis. Lho orang dia (Sukarno) presiden. Jadi dia mengkudeta diri sendiri?" tukas Megawati yang juga Presiden RI ke-5 ini.
Usai peristiwa G30S 1965 itu, pada akhirnya terjadi peralihan kekuasaan dari Orde Lama yang dipimpin Sukarno ke rezim Orde Baru yang dimotori Soeharto. Soeharto pun kemudian berkuasa sebagai presiden hingga 32 tahun lamanya.
Sampai saat ini, kata Megawati, PDIP sering dikaitkan dengan komunis. Padahal, menurutnya, hal itu tidak benar. "Pikir yang jernih. Kalau misal saya PKI, itu bobol berarti militer,” ucapnya lagi.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto