tirto.id - Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, kesal karena sering dituduh komunis. Awalnya, Megawati menyinggung soal Lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman yang mereka ubah dengan tiga stanza.
Dia beralasan hal tersebut sebagai wujud rasa cinta Tanah Air. Megawati mencontohkan di Cina yang menanamkan rasa cinta sejak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
"Oleh karena itu Tiongkok, dari PAUD dia suruh anak-anaknya begini. Lalu apa? Kalau tidak begini, adalah begini. Coba bayangkan, masih kecil. Lalu saya dibilang komunis, saya enggak ngikut komunis. Saya ikut Pancasila," kata Megawati dalam sambutannya pada perayaan HUT ke-51 PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2024).
Megawati kemudian menyinggung Cina yang bersih dari kemiskinan hingga ke pelosok desa. Tidak hanya itu, dia juga menginginkan Indonesia juga bersih dari kemiskinan.
"Sekarang ini di Tiongkok sudah tidak ada kemiskinan sampai di tingkat desa. Pertanyaan saya, apakah sampai di tingkat desa, itu bukan ada rakyat yang masih yang kita sebut fakir miskin? Makanya kenapa yang namanya tagline saya pada rakernas tiga adalah fakir miskin musti dipelihara oleh negara. Bisa atau tidak? Bisa," tutur Megawati.
Lebih lanjut, Megawati juga meminta agar APBN betul-betul digunakan untuk memberantas kemiskinan.
"Kamu mesti hitung APBN nanti dengan Menkeu, iya, dong. Nah jadikan betul kalau ada Pak Mahfud. Gimana nih jangan korupsi-korupsi. Ya habislah kalau korupsi. Tapi kalau itu dikumpulkan, aih sebetulnya mudah. Indonesia itu kenapa disebutnya kaya raya, itu benar," kata Megawati.
Diketahui, Presiden Joko Widodo dan anaknya, Gibran Rakabuming Raka yang secara formal masih menjadi kader PDIP tidak hadir dalam agenda tersebut. Jokowi melaksanakan kunjungan kerja ke Filipina dan akan bertemu Presiden Ferdinand Marcos Jr saat gelarang HUT PDIP berlangsung.
Sementara itu, Gibran Rakabuming Raka, melakukan kampanye ke Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Gibran akan mengunjungi beberapa pondok pesantren, bertemu dengan 1000 kyai, menggelar pertemuan dengan komunitas anak muda, dan mengikuti olahraga santai.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Intan Umbari Prihatin