Menuju konten utama

Masyarakat Aceh Gelar Peringatan 12 Tahun Tsunami

Ratusan warga Aceh Barat mengenang tragedi tsunami yang pernah melanda wilayahnya 12 tahun lalu. Mereka beramai-ramai datang ke pemakaman massal korban tsunami untuk melakukan doa bersama.

Masyarakat Aceh Gelar Peringatan 12 Tahun Tsunami
Warga datang dan meninggalkan komplek kuburan massal korban gempa dan gelombang tsunami untuk melaksanakan doa mengenang 12 tahun bencana tsunami di Siron, Aceh Besar, Senin (26/12). Bencana gempa berkekuatan 9,2 Skala Ricter pukul 7.58 Wib dengan pusat 160 Km arah barat Aceh yang disertai gelombang tsunami pada 26 Desember 2004 yang berdampak pada pesisir 14 negara merupakan bencana terdasyat abad 21 yang merenggut 200 ribu nyawa manusia. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra.

tirto.id - Senin (26/12/2016) pagi, ratusan masyarakat Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh berkumpul di pemakaman massal korban tsunami Suak Indra Puri. Mereka datang untuk menghadiri zikir dan doa bersama mengenang tepat 12 tahun hari gempa dan tsunami Aceh.

Mayoritas masyarakat yang hadir di lokasi kompleks pemakaman korban tsunami 2004 itu, merupakan warga lokal yang telah kehilangan keluarga saat gempa disusul gelombang tsunami 26 Desember 2004. Mereka kini telah menempati perumahan relokasi di beberapa komplek perumahan bantuan.

"Alhamdulillah, pascatsunami kami mendapatkan rumah bantuan di komplek Blang Beurandang. Saya kehilangan anak lelaki satu-satunya saat tsunami ketika itu ia berusia 13 tahun, terpisah dalam suasana hempasan, digulung gelombang besar. Kami warga Suak Indra Puri yang saat itu sempat melihat air gelombang laut surut," kata salah seorang warga bernama Anto yang dikutip dari Antara.

Hingga 12 tahun bencana dahsyat itu berlalu, ia sendiri tidak mengetahui di mana tubuh atau jasad anaknya. Meski keluarganya kini sudah tidak punya anak lagi, mereka hidup tetap tegar dengan semua yang dimiliki saat ini.

Setiap tahun tanggal 26 Desember keluarga itu selalu menghadiri acara peringatan mengenang tsunami yang dilaksanakan secara bersama-sama dan membuat acara kenduri.

Di lokasi makam massal korban tsunami Suak Indra Puri terkubur ribuan jiwa masyarakat korban tsunami, serta korban-korban lainnya yang ditemukan dalam reruntuhan maupun tertimbun diangkut secara massal dengan alat berat dan dikuburkan dalam satu komplek pemakaman tersebut.

Sebagian korban tsunami juga diangkut dengan kendaraan ke pemakaman lain di Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, sehingga dua lokasi tersebut saat ini menjadi pemakaman massal korban tsunami yang menjadi tempat seremonial masyarakat bersama Pemerintah Daerah setempat melaksanakan acara mengenang gempa dan tsunami Aceh setiap tahunnya.

Sementara itu Arani Andah (63), warga lainnya menyampaikan, dirinya kehilangan 16 orang satu keluarga terdiri dari adik, abang dan orang tua dalam musibah itu. Mereka semua terkubur terpisah-pisah dalam makam massal korban tsunami di daerah itu.

"Saat tsunami itu saya masih menjabat sebagai kepala dusun (kadus) Suak Indra Puri. Kami kehilangan 16 orang satu keluarga, alhamdulillah saya masih diselamatkan oleh Allah SWT saat itu, entah dengan cara saya bisa berhasil lari dan selamat dari kejaran gelombang," sebutnya.

Pada acara tersebut Pemkab Aceh Barat menyerahkan santunan secara simbolis kepada 220 orang anak yatim masing-masing Rp200 ribu, kemudian dilanjutkan dengan acara tausiah, zikir dan doa bersama dan terakhir seluruh warga yang hadir makan bersama yang disebut kenduri rakyat di pantai bersejarah itu.

Diperkirakan sekitar 170.000 jiwa menjadi korban Tsunami Aceh 26 Desember 2004 yang juga berdampak sampai Malaysia dan Thailand itu.

Baca juga artikel terkait TSUNAMI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari