tirto.id - Hingga sekarang belum diketahui secara pasti penyebab kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 bertipe B737-8 Max. Banyak spekulasi beredar, mulai dari inkompetensi pilot, bocornya bahan bakar, hingga pesawat yang dipaksakan tetap terbang meski rusak.
Bagaimana sebenarnya penilaian standar keselamatan Lion?
Sejatinya, Airline Ratings, situsweb tinjauan keselamatan dan penilaian produk maskapai penerbangan satu atap terbaik di dunia, menilai Lion telah cukup memenuhi standar keamanan penerbangan. Ia mendapat peringkat keselamatan bintang enam, setara AirAsia Indonesia dan Wings Air. Bahkan, maskapai berlogo singa merah itu telah mendapat sertifikasi International Operational Safety Audit (IOSA).
IOSA adalah sistem evaluasi internasional untuk menilai manajemen operasional dan sistem kontrol maskapai penerbangan secara terstandar dan konsisten. Evaluasi maskapai dilakukan setiap dua tahun dan tidak bersifat wajib. Maskapai yang melakukan audit akan mendapat tiga bintang di kolom penilaian IOSA. Jika tidak, maskapai tidak mendapat bintang.
Penilaian selanjutnya adalah maskapai yang masuk daftar cekal terbang ke wilayah udara Eropa. Maskapai yang dilarang oleh UE dapat memiliki catatan keamanan sempurna. Namun, UE memiliki penilaian sendiri terhadap risiko potensial keselamatan penumpang. Jika nilai risiko dianggap UE terlalu tinggi, larangan akan diberlakukan. Lion Air tidak masuk dalam daftar cekal UE.
Selanjutnya, Lion mendapat bintang karena tidak masuk daftar cekal Federal Aviation Authority (FAA). Seperti halnya UE, Amerika Serikat memiliki daftar maskapai yang dilarang terbang di wilayah udara Amerika karena risiko keselamatan. Ia juga telah memenuhi parameter keselamatan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). ICAO menetapkan standar keselamatan penerbangan, keamanan, efisiensi, keteraturan, serta perlindungan lingkungan penerbangan.
Namun, pada kolom catatan kecelakaan, maskapai ini mendapat penarikan satu bintang. Artinya, maskapai singa masih memiliki catatan kecelakaan dalam rentang waktu 10 tahun terakhir. Laman Airline Ratings membeberkan catatan kecelakaan Lion terjadi pada tahun 2002, 2006, 2009, 2010, dan 2013. Juga ditekankan bahwa sistem penilaian keselamatan Airline Ratings tidak mengaudit pelatihan pilot karena faktor tersebut masuk pada audit IOSA.
Maskapai dengan enam bintang lain, Air Asia Indonesia, juga masih memiliki catatan kecelakaan pada 2014. Di tahun itu, pesawat Air Asia Airbus A320 hilang kontak di sekitar Laut Jawa dekat Selat Karimata saat terbang bertolak dari Surabaya. Sementara itu, Wings Air tidak mendapat bintang pada kolom persetujuan EU. Artinya maskapai ini dilarang terbang di wilayah udara Eropa.
Maskapai di Indonesia yang memiliki bintang sempurna yakni tujuh atas prosedur keamanannya adalah Garuda Indonesia dan Batik Air. Keduanya sama-sama memiliki poin sempurna untuk seluruh kolom penilaian.
Sementara itu, maskapai dengan peringkat keselamatan empat bintang diperoleh Express Air dan Sriwijaya Air. Namun, kedua maskapai ini juga sama-sama belum memiliki sertifikasi IOSA. Terakhir, Citilink memperoleh peringkat keselamatan tiga bintang dan juga belum memiliki sertifikasi IOSA.
Maskapai Terbaik Dunia
Di tahun 2018 Airline Ratings telah melakukan seleksi 409 maskapai penerbangan di dunia dan mengumumkan 20 peringkat penerbangan terbaik.
Maskapai-maskapai itu adalah Air New Zealand, Alaska Airlines, All Nippon Airways, British Airways, Cathay Pacific Airways, Emirates, Etihad Airways, EVA Air, Finnair, Hawaiian Airlines, Japan Airlines, KLM, Lufthansa, Qantas, Royal Jordanian Airlines, Scandinavian Airline System, Singapore Airlines, Swiss, Virgin Atlantic, dan Virgin Australia.
“Maskapai-maskapai penerbangan tersebut selama ini berada di garis depan tentang keselamatan, inovasi, dan pergantian/peluncuran pesawat baru,” ujar Geoffrey Thomas, editor utama Airlineratings.com.
Qantas Australia, misalnya, telah diakui British Advertising Standards Association sebagai maskapai paling berpengalaman di dunia. Qantas telah menjadi maskapai paling terdepan di bidang keselamatan operasional selama 60 tahun terakhir dan belum memiliki satupun catatan kecelakaan fatal (berujung kematian). Dari 2014 hingga 2017, Airline Ratings menobatkan Qantas sebagai maskapai teraman di dunia.
Untuk masuk peringkat 20 besar di AirlineRatings.com, ada faktor-faktor keselamatan yang harus diperhatikan maskapai, di antaranya audit dari badan pengatur penerbangan dan asosiasi pusat, audit pemerintah, kecelakaan serta catatan insiden serius pesawat, dan usia armada. Seluruh penilaian dilakukan secara terbuka dan dapat dilihat oleh publik.
“Selain Qantas, ada maskapai penerbangan lain seperti Hawaiian dan Finnair yang punya catatan sempurna.”
Selain peringkat 20 penerbangan teraman, laman ini juga menyiarkan peringkat 10 penerbangan berbiaya murah di dunia. Jangan bayangkan bahwa penerbangan murah otomatis tak aman.
Di kelompok ini ada Aer Lingus, Flybe, Frontier, HK Express, Jetblue, Jetstar Australia/ Jetstar Asia, Thomas Cook, Virgin America, Vueling, dan Westjet. Sementara maskapai dengan peringkat terendah (satu bintang) diperoleh Air Koryo, Bluewing Airlines, Buddha Air, Nepal Airlines, Tara Air, Trigana Air Service, dan Yeti Airlines.
Editor: Maulida Sri Handayani