tirto.id - Lebanon mengumumkan masa tanggap darurat bencana selama dua pekan setelah terjadi sepasang ledakan besar di Beirut, Selasa (4/8) pukul 18.00 waktu setempat.
Ledakan tersebut setidaknya menewaskan 113 jiwa, membuat 4.000 orang terluka dan merusak bangunan hingga radius 15 klometer serta memicu gempa lokal magnitudo 3,5. Suara ledakan bergema dan jendela bergetar di Siprus, berjarak 250 kilometer dari episentrum.
Palang merah setempat mengemukakan jumlah korban masih akan bertambah, karena ada puluhan dilaporkan hilang. Rumah sakit di Beirut telah penuh, seementara korban hilang terus dicari di lokasi ledakan tak jauh dari kawasan padat penduduk, tempat hiburan malam, dan pusat perbelanjaan.
Malapetaka itu diduga terpicu oleh aktivitas pengelasan lubang kecil sebuah gudang untuk menghindari pencurian. Api dari pengelasan diduga terbang mengenai tumpukan kembang api. Ledakan dengan percikan api merupakan yang pertama.
Ledakan kedua, hanya terjadi beberapa detik kemudian, diduga berasal dari gudang tak jauh dari lokasi ledakan pertama yang tersulut dari kembang api. Di dalamnya sekitar 2.750 ton amonium nitrat meledak-ledak hingga meninggalkan jejak asap kemerahan dan awan jamur.
Ledakan mengakibatkan persediaan gandum, bahan pangan pokok Lebanon, hanya bertahan hingga sebulan karena silo atau gudang penyimpanan di dekat pabrik telah hancur. Sejumlah negara telah menyampaikan niatan untuk mengirimkan bantuan medis hingga pangan, dari Iran hingga Amerika Serikat.
Kejanggalan Amonium Nitrat
Pemerintah Lebanon kini berfokus pada dua hal. Masa tanggap darurat berupa pencarian orang hilang dan perawatan warga luka serta menginvestigasi penyebab ledakan yang memicu kerugian hingga lima miliar dolar AS.
Menurut Hassan Diab, perdana menteri Lebanon, amonium nitrat terletak di gudang selama enam tahun, sesuai dengan laporan ada kapal pembawa bahan kimia itu dalam jumlah sama yang menurunkan muatan di pelabuhan sama pada 2013.
Amonium nitrat merupakan bahan kimia industri untuk campuran pupuk karena punya unsur nitrogen yang baik untuk tanaman. Tetapi ia juga salah satu komponen utama untuk bahan peledak.
Mengapa ledakan ini begitu luas dampaknya? Gabriel da Silva, dosen senior teknik kimia University of Melbourne, menduga ada kontaminasi bahan bakar minyak sehingga mengakibatkannya mudah meledak dan "itu yang terjadi di Beirut".
Kapal kargo dimaksud membawa amonium nitrat bernama Rhosus berbendera Moldova. Pemiliknya adalah Igor Grechushkin, warga Rusia yang telah menjadi warga negara Siprus. Kapal teregistrasi ke Beirut pada 21 November 2013 dan terakhir terdeteksi beroperasi pada 2014 tanpa jelas di negara mana.
Rhosus berlayar dari Pelabuhan Batumi, Georgia menuju Biera di Mozambik, Afrika membawa 2.750 ton amonium nitrat. Dalam perjalanan, kapal menghadapi masalah teknis yang memaksa kapal berlabuh di Beirut. Setelah otoritas pelabuhan negara memeriksa, Rhosus dilarang berlayar. Selama kapal ditahan, masih ada awak yang tak bisa pulang karena masalah imigrasi dan akhirnya bisa bebas ada permohonan.
My thoughts and prayers to all those affected. ๐๐
โ Enes Kanter (@EnesKanter) August 4, 2020
That explosion in #Beirut is one of the most horrifying things Iโve ever seen. ๐
pic.twitter.com/OYlMx81eWD